4

502 91 20
                                    

Suara kehidupanku memang tak akan mampu menjangkau telinga kehidupanmu; tapi marilah kita coba saling bicara barangkali kita dapat mengusir kesepian dan tidak merasa jemu. (Kahlil Gibran)

                       

Mingyu melongokkan kepalanya di depan pintu kayu besar. Dengan gugup Ia melangkahkan kaki memasuki ruangan megah, berderet puluhan bangku dan benda-benda sakral lainnya. Benaknya berujar apakah Ia pantas memasuki tempat suci seperti ini, orang kotor sepertinya?

Perkataan pemuda angin aka Wonwoo telah memberikan sugesti ke relung hatinya, sempat tak habis pikir mengapa ia bisa seperti ini. Tungkai panjangnya dilangkahkan menuju bangku paling depan, berhadapan dengan patung yang disebut sebagai Tuhannya. Terakhir kali Mingyu ke gereja dan berdoa adalah saat Ia berumur sepuluh tahun. Mingyu memandang sekitar terdapat orang tua yang menangis sesenggukan mengatupkan tangannya,  apa sampai sebegitunya?

Mingyu mencoba berdoa, mengikuti Wonwoo mengatupkan kedua tangannya dan memejamkan mata. Selama itu pula bayang-bayang buruk yang telah dilakukan menggerogoti pikiran dan hatinya, mengingat bagaimana Ia menyiksa, merampok dan membunuh orang lain.

Di saat itu, di hadapan Tuhan pemuda yang tak pernah tahu kasih sayang menunduk penuh penyesalan atas apa yang diperbuatnya hanya karena seorang pemuda asing yang baru bertemu. Penyesalan tanpa berujung dan pengungkapan penuh syukur telah dipertemukan dengan Wonwo.

.
.
.

Mingyu menggeliatkan tubuhnya di kasur keras miliknya. Sebuah kontrakan kecil di tempat yang kumuh. Semalam Ia pulang pukul empat malam tapi tidak seperti sebelumnya, Mingyu terlalu hanyut di Gereja dan tak ingat waktu.

Sepanjang malam itu pula Ia hanya mengingat Wonwoo. Pemuda manis berhati lembut. Dengannya Mingyu menyadari apa arti doa dan kekuatannya, jika tidak ada tempat di dunia maka Tuhan akan menyediakan tempat yang terbaik untukmu.

Mingyu melangkah menuju kamar mandi, tidak berguna juga Ia menyendiri di rumah yang bau dan kotor seperti ini. Tujuannya kali ini hanya satu yaitu ke tempat Ia pertama kali bertemu dengan Wonwoo. Tidak peduli jika waktu masih menunjukkan pukul dua siang.

Selesai dengan urusannya Mingyu meninggalkan rumahnya dengan keadaan tidak terkunci lagipula siapa yang ingin mengambil barang dari rumahnya? Tikus dan kecoa?

Mingyu berjalan santai tidak mempedulikan pandangan orang-orang yang mengejek. Ia kembali melewati gang sempit yang di dalamnya terdapat berandal pengangguran, bedanya Mingyu hanya melewati mereka tanpa sapaan dan pemalakan. Para berandal pun hanya melongokkan mulutnya kaget.

Hari ini Mingyu benar-benar berubah sembilan puluh derajat dan itu disebabkan seorang pemuda yang tidak tahu asal-usulnya. Memang keajaiban Tuhan benar-benar nyata.

Langkah kakinya tiba di tempatnya biasa. Daun dan angin berhembus ke arahnya seakan menyambut kedatangannya, menyambut seorang Mingyu yant baru. Ia menatap ke langit, matahari masih bersinar walau tidak terlalu terik.

"Mengapa hidupku menjadi lebih tenang?" Mingyu memejamkan mata.

"Itu karena Tuhan berbaik hati kepadamu." Mingyu menoleh dan mendapatkan pemuda yang ditunggunya tiba, reflek Ia memeluk Wonwoo yang lebih kecil darinya. Mengungkapkan rasa terima kasih dan ungkapan bahagia tak terkira.

"M-mingyu sesak." Mingyu melepaskan pelukannya dan menyengir tanpa bersalah. Wonwoo meninju perut Mingyu pelan sebelum mereka berdua duduk di bawah pohon seperti kemarin.

"Kau datang setiap hari Wonwoo-ya?" Mingyu menoleh menatap wajah Wonwoo yang hanya memandang jauh langit sana.

"Ya. Aku merasa bahagia berada di sini, seakan hidupku lancar begitu saja tanpa beban. Kau berpikir begitu bukan? Tempat yang indah." Mingyu mengangguk mengiyakan. Sebenarnya baru kali ini Ia melihat Wonwoo, atau dirinya saja yang tidak meperhatikan sekitar.

"Kupikir kau hanya ke sini jika menjelang malam," ujar Mingyu

"Memang, hanya saja aku terlalu bergembira untuk bertemu denganmu jadi dengan cepat aku ke sini. Dan benar saja aku bertemu."

"Apa kau tidak takut pada orang lain?" Mingyu takjub dan juga bingung dengan perkataan Wonwoo. Sekaligus tersanjung karena baru kali ini kehadirannya diharapkan.

"Tentu takut hahaha. Tapi jika denganmu entah mengapa aku merasa aman, aku merasa terlindungi." Pemuda tan menoleh mencari kebohongan tapi tidak satu pun sarat kebohongan dari wajah itu.

"Apa kau ingin berjalan-jalan? Hitung-hitung menunggu matahari terbenam." Lantas Wonwoo melonjak kegirangan dan menarik tangan Mingyu untuk segera bangkit.

Kedua pasang sesama jenis itu berlari ke sana-kemari seakan beban terangkat dari pundak keduanya. Senyum yang selama ini menghilang dari wajah Mingyu pada hari ini mulai terbentuk juga dengan tawa.

Saling menggoda, berkejaran, dan bermain drama mengisi hari keduanya. Di saat keduanya lelah dan matahari telah di ujung senja mereka merebahkan diri, memandang langit indah di atas sana.

"Won apa yang kau lakukan saat menatap senja di sana?" Mingyu membuka percakapan. Penasaran dengan apa yang Wonwoo lakukan.

"Aku berdoa. Berdoa kepada Tuhan untu diriku, keluargaku, teman-temanku dan semua orang. Berterima kasih telah memberikanku hidup." Pemuda tan di sebelahnya kagum mendengar penuturan si pemuda angin. Berdoa katanya? Lagi-lagi penyesalan membuncah di dada. Sudah berapa  lama Ia tidak berdoa? Sudahkah Ia mengucapkan rasa syukur kepada sang pencipta?

Bergelut dengan pikirannya, suara lembut di sebelahnya menghentikan segala pemikiran yang membelenggunya.

"Ya tuhan terima kasih telah memberikan hari yang indah ini untukku. Memberiku napas untuk kembali menatap matahari dari terbit hingga terbenam. Tuhan kuucapkan terima kasih karena telah mempertemukanku dengan seorang teman yang sangat baik hati, tolong jagalah Ia, cintailah Ia sebagaimana engkau mencintai makhluk lainnya. Maafkan dia jika dia bersalah dan kumohon biarkan Ia selalu berada di sisiku. Kumohon Tuhan."

Doa itu berakhir dengan turunnya liquid merah dari kedua hidung Wonwoo.

TBC

A/N : Saya tau kalo alurnya kecepetan HAHAHA. Entah kenapa saya enjoy menulis ini. Vomment juseyo?

Di Senja Itu [✔]Where stories live. Discover now