The Tyrant's Eyes

73 5 1
                                    

CASE 4: The Tyrant's Eyes

Saat aku membuka mataku, aku menemukan diriku sedang berdiri di hadapan sebuah sungai yang begitu familiar. Langit nampak begitu biru, dan matahari bersinar dengan terik. Sesekali aku bisa mendengar suara angin berhembus dan juga gesekan dedaunan yang berwarna kecoklatan, membuat suasana hatiku diliputi ketenangan.

Aku menatap tangan kananku saat aku merasakan sesuatu berada disana, hanya untuk menemukan sebatang rokok Dunhill yang merupakan merk favoritku tersemat diantara jari telunjuk dan jari tengahku. Rokok itu menyala dan nampak telah berkurang dari ukuran aslinya, membuatku berfikir apakah aku telah menghisap benda tersebut.

"Huh? Kau masih belum bisa berhenti merokok rupanya."

Aku menoleh cepat kearah belakangku begitu suara yang sangat familiar terdengar olehku. Dan benar saja, sosok seorang gadis kecil dengan rambut hitam panjangnya yang tergerai, berdiri tak jauh dariku. Senyuman yang hangat khas miliknya terpantri di wajahnya, membuat suasana hatiku turut menghangat meskipun udara disekeliling kami yang dingin. Tak ingin asap itu mengganggunya, aku segera menjatuhkan benda itu ke tanah dan buru-buru menginjaknya.

"Bocah, kau pikir akan semudah itu?"

Gadis itu hanya terkikik geli mendengar kata-kataku. Bisa kulihat kedua tangannya tampak menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya, membuatku menaikkan sebelah alisku, penasaran.

"Apa yang kau sembunyikan disana?"

Ia tampak panik saat aku menanyakan hal itu. Ia kemudian melirik kearah benda tersebut dan kearahku bergantian. Kemudian ia tampak berfikir sejenak, sebelum akhirnya sebuah cengiran terlukis jelas di wajahnya.

"Ini adalah sesuatu yang sangaaat hebat! Penasaran?"

"Oho, mari kita lihat seberapa hebat benda itu, bocah? Apa itu lebih hebat dari rokok favoritku?"

Gadis itu kembali tertawa, ia kemudian menunjukkan padaku benda yang ia sembunyikan semenjak tadi di belakangnya, membuat kedua alisku terangkat saat aku melihat sebuah benda yang tampak familiar berada disana.

"Ta-raaa!! Ini adalah Ko—"

"Konpeito."

Gadis itu menatapku dengan takjub. Ia kemudian mengangguk dengan cepat dan berjalan perlahan kearahku. Senyuman manisnya tetap terpantri disana, membuatku turut tersenyum bersamanya. Saat ia telah berdiri di hadapanku, ia kemudian mulai menarik pita yang menyegel permen tersebut dan membukanya. Ia kemudian mengambil sebutir permen berwarna merah dan menyodorkannya padaku.

"Kau tahu? Ini adalah permen ajaib yang bisa mengabulkan permohonan siapapun yang memakannya!!" ujarnya bersemangat. "Makanlah permen ini, dan ucapkan permohonanmu sambil tersenyum!! Dan aku yakin, permohonanmu akan terkabul!!"

Aku tersenyum menatapnya dan memasukkan permen itu kedalam mulutku. Aku hendak akan memejamkan mataku dan melakukan apa yang ia minta, ketika aku melihat sebungkus konpeito yang berada di tangan gadis itu tiba-tiba terjatuh ke tanah, bersamaan dengan ambruknya gadis itu ke tanah.

"Bocah?"

Aku membulatkan mataku terkejut saat aku menemukan tubuh gadis kecil itu kini tergeletak di atas tanah dan basah kuyup. Rambut panjang hitamnya biasanya bergelombang dan rapi, kini nampak seperti dipotong asal-asalan. Wajahnya yang biasanya bersih tanpa noda, kini terlihat penuh memar dan luka. Iris kecoklatan miliknya yang selalu memancarkan kehangatan dan kepolosan, kini nampak kosong dan redup, seolah kehidupan telah meninggalkannya.

Kehidupan... meninggalkannya...

Aku segera merengkuh tubuh gadis itu dan menempelkan telingaku pada dada kirinya, memastikan bahwa kehidupan belum meninggalkan tubuh mungil tersebut.

Ikesen High Series : Case Of NobunagaWhere stories live. Discover now