Becoming a Modern Slave

77 7 3
                                    

Part 2 : Becoming a Modern Slave

"Hanamori."

Aku yang semenjak tadi menyembunyikan wajahku yang muram diantara kedua lenganku yang terlipat, mengangkat kepalaku ketika mendengar namaku dipanggil.

Kou Ichinose berdiri menjulang di sebelahku, menutupi cahaya matahari senja yang sempat menerpaku tadi. Iris kelabu miliknya menatapku dari balik poni hitamnya yang panjang. Aku dapat melihat kilatan penuh kecemasan disana. Pria yang merupakan teman sekelasku semenjak kelas 1 hingga sekarang ini, menjulurkan tangannya dan menepuk-nepuk punggungku.

"Kau baik-baik saja? Kau tampak tak bersemangat?"

Aku memutar bola mataku padanya.

"Kau tahu kenapa dan kau sepertinya menikmati ini, huh..." ujarku.

Ia tampak memasang wajah seolah tak tahu apa-apa. Aku meninju pelan bahunya dan ia tak bisa mempertahankan ekspresi palsunya. Ia kemudian tertawa sembari memegangi perutnya.

"Ha ha ha, yeah, senang bisa menjadi hiburanmu hari ini, Ichi-kun." cibirku sambil kembali merubah posisiku dan memunggunginya. Namun Ichinose mencegahku.

"Oh ayolah, jangan marah padaku. Kau ingin aku memberi pelajaran pada Oda sensei? Aku bisa melakukannya."

Aku menoleh cepat ke arahnya dan menatap iris kelabunya dengan serius. "Kau tidak boleh melakukannya. Aku masih menjadi pengawasmu dan kau tidak boleh melakukan kekerasan fisik pada siapapun, kapanpun, dan--"

"... dalam bentuk apapun. Yeah yeaahh, aku paham, mom."

Aku menatapnya tajam sesaat, sebelum kembali mengatur posisi ke seperti semula. Jika kalian mengingat salah satu tugas yang diberikan Uesugi sensei sebagai tugas dalam kontrak yang kukatakan sebelumnya, mengenai pengawas anak berandalan, Ichinose adalah orangnya.

Dulu ia sering dicari oleh kakak kelas untuk di ajak adu kekuatan ataupun untuk dipukuli beramai-ramai karena fisiknya yang kuat. Kalau dikatakan, ia adalah orang yang selalu dicari masalah, bukan mencarinya. Namun, setelah aku dan dia menjadi teman dekat karena kelas PKK karena kami satu kelompok dan memakan hasil kami yang gosong bersama-sama, Ichinose mulai berhenti meladeni orang-orang yang mencari masalah. Yah meskipun terkadang, ia tetap meladeni mereka yang tidak menyerah melawannya dan mengirimnya ke ICU terdekat.

"Ngomong-ngomong, Hanamori, bagaimana kalau sekarang kita pergi makan di MacDonald? Aku akan mentraktir Sundae dan Kentang Goreng untukmu."

Mendengar kata 'traktir', aku mengangkat kepalaku dengan semangat. Namun wajahku kembali muram saat melihat jam yang berada di atas papan tulis. Jam menunjukkan pukul 3.30, yang berarti 30 menit sebelum waktu yang dijanjikan untuk bertemu Oda sensei.

"Kau tahu persis aku tidak bisa pergi, dan kau masih bilang mau mentraktirku... jahat sekali."

"Hey, aku serius! Kau bisa menemui Oda sensei besok dan kita bisa pergi sekarang, ide yang bagus kan?"

"Tapi, Ichi--"

"Hanamori."

Kata-kataku terhenti ketika suara berat milik seseorang yang familiar terdengar dari belakangku. Dengan gerakan lambat, aku menoleh ke arah belakang, dimana pintu belakang berada.

Disana, Oda sensei berdiri sambil menyender di ambang pintu. Iris keemasannya menatapku dan Ichinose bergantian, sebelum akhirnya ia mendaratkan tatapannya padaku. Senyuman, kali ini sungguh senyuman, yang tipis terlukis di wajahnya.

"Kau bisa pergi dan menunggu di ruanganku sekarang. Aku hanya perlu menyerahkan dokumen ini pada Hideyoshi dan aku akan kesana."

Aku melirik sebentar ke arah Ichinose, yang hanya menatap Oda sensei dengan tatapan sebal, sebelum akhirnya aku mengangguk ke arah Oda sensei.

Ikesen High Series : Case Of NobunagaWhere stories live. Discover now