Invisible Boundaries

76 9 1
                                    

Untuk pertama kalinya setelah menjadi asisten Oda sensei, aku merasakan suasana ruangannya begitu panas dan menyesakkan.

Aku tidak pernah membayangkan sebelumnya kalau akan tiba sebuah hari dimana ada tubuh seorang pria, terutama milik guru Matematika tampan yang menjadi pujaan ratusan siswi Ikesen High, akan berjarak sedekat ini denganku. Aku bahkan bisa merasakan panas tubuhnya dan juga mencium aroma khas cologne yang selalu ia gunakan setiap hari. Irisnya yang warnyanya selalu menarik perhatianku, kini menatapku dengan tatapan layaknya seorang predator, menahan kedua irisku untuk terus menatapnya dan mengawasinya. Ia kemudian berbisik di telingaku dengan suara yang berbeda dari biasanya, mengirimkan sensasi asing dan menggelitik pada sekujur tubuhku, yang tak pernah kurasakan sebelumnya.

"....kau ingin tidur denganku?"

Kata-kata itu bagaikan mantra sihir yang ditujukan untukku. Aku merasakan tubuhku memanas, seolah suaranya dapat menyulutkan api di sekujur tubuhku. Rasa panas itu juga kurasakan pada wajahku, hingga kedua pelupuk mataku terasa berair. Kurasakan jantungku berdegup dengan sangat kencang, seolah ingin membebaskan diri dari tulang rusukku, dan tubuhku mulai bergetar hebat.

Tangannya terulur dan menyibak rambut yang menutupi telingaku dengan jari-jarinya yang panjang. Aku bisa merasakan bibir Oda sensei perlahan menggesek pada daun telingaku. Aku mendengar deru nafasnya yang ntah kenapa memberat. Ia menahan kepalaku dengan tanganku dari belakang dan mendekatkan telingaku pada bibirnya dan meniupnya pelan, membuat sekujur tubuhku terasa lemas. Nafasku semakin terasa berat mengikuti irama nafasnya, dan semenjak tadi, aku harus menahan diri agar tidak mengeluarkan suara. Aku sendiri tak paham, namun ntah kenapa aku merasa aku tak boleh mengeluarkan suara yang ingin keluar ini. Aku merasa bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi jika aku mengeluarkannya.

"Mhh...O-Oda... sense—nggh?!"

Nafasku tercekat saat aku merasakan bibirnya kali ini menyentuh leherku. Aku hendak akan menjauh darinya, ketika tiba-tiba aku merasakan rasa nyeri pada leherku. Aku berusaha mendorongnya, namun ia menahanku. Aku bisa merasakan ia sedang menghisap leherku, layaknya seorang vampir. Sebuah gelombang panas seolah menyebar dari tempat dimana Oda sensei menghisapku, membuat dunia di sekelilingku seolah berputar dan aku merasakan kupu-kupu berterbangan di perutku. Sensasi yang kurasakan begitu asing dan membingungkan, membuatku merasa panik dan ketakutan dengan apa yang terjadi pada tubuhku.

"AAAARRRRGGGHHHHH!!"

Oda sensei langsung menjauhkan dirinya dariku dan menutup kedua telinganya ketika aku menjerit. Aku kemudian memegangi leher tepat di bawah telinga kiriku, yang merupakan sumber dari sensasi aneh yang kurasakan pada tubuhku. Dengan perasaan campur aduk, aku menatap tajam pada Oda sensei, yang sedang menatapku dengan ekspresi terkejut, yang baru pertama kali kulihat setelah pertemuan kami.

"A-apa yang ba-barusan itu?!! Ke-kenapa... A-Apa yang ka-kau lakukan??!"

Oda sensei tampak meringis sembari memegangi telinga kanannya. "Kau sendiri... kenapa kau berteriak begitu?"

Aku berfikir sejenak, kemudian secara perlahan, aku menggeleng.

"Tidak tahu, tubuhku merasa aneh dan geli, lalu tiba-tiba aku merasa begitu frustasi... jadi aku berteriak."

"Jadi, kau mau tidur bersamaku?"

"Tidak mau!!"

"Kenapa?"

"Karena sebentar lagi ada pelajaran Toyotomi sensei. Seberapa nyamannya sofa sensei di ruangan ini, aku tak ingin melewatkannya karena ketiduran disini." ujarku.

Toyotomi sensei adalah guru yang dikenal baik dan disebut-sebut sebagai 'Holy Mother Ikesen High' karena selain baik, ia juga dikenal sebagai pribadi yang bersahabat dan jarang sekali untuk marah. Namun meskipun begitu, biasanya orang-orang yang terlalu baik akan mengerikan jika marah. Dan aku SUNGGUH tak ingin mengetes teori itu pada Toyotomi sensei.

Ikesen High Series : Case Of NobunagaWhere stories live. Discover now