Hujan turun, membasahi keringnya hati malam ini
saat telah tak kutemui kembali pancaran senyummupada secangkir kopi yang kuracik senja tadi
tampaknya kau mulai muak mendengar mimpiku yang selalu berubah jadi debu.
Tak banyak yang kupinta,
kukuhkan cinta milik kita, biar alurnya tak sesegak dalam cerita,'pun tak se'elok taswir jiwa.
Gelap mengundang kita mengelana ke celah kalbu yang berdarahhingga melengkungkan luka,
adakah surya kan meredakan gelisah,
terpotong menjelma serpihan perih yang patut jua kau cicipi?
Ingatlah, aku tak memerlukan filosopi cinta,
karena semata hanya menyesakkan dada.
Sedangkan akhirnya menjelma nestapa.
Sunyi merayuku akan duka yang meluka,
ketika pada akhirnya kau menjadi miliknya,
sedangkan aku dipaksa untuk selalu bahagia
di segala puing mimpi yang sempat kita jaga.
Lantas, mengapa tak kau tancapkan saja belada itu ke jantungku?
Agar ajal ku mampu membuat kau merana,
dan kita tinggal sejarah yang tak pernah jadi apa pun .
...
Tangerang, 13 September 2017
YOU ARE READING
PATAH
PoetryKetika cinta berupa bahagia, segala mimpi bak pelangi penuh rona, bianglala menjelma hari raya. Namun, saat cinta menjadi nestapa, semua patah bagai kuntum tak bernyawa, dunia berpeluh jelaga. ... duka, luka, ...