2 : home

625 101 11
                                    

Oliver sampai di rumahnya dengan selamat, setelah melewati hari yang cukup berat karena hujan deras dan menerjang banjir yang terjadi dimana-mana. Ia merasa lelah.

"Mom?" panggil Oliver ketika dirinya sudah masuk kedalam rumah. Ia menunggu cukup lama untuk mendapatkan sahutan dari seseorang dari rumahnya. Tetapi tidak ada jawaban.

Oliver segera menulusuri rumah supaya dapat menemukan siapapun. Ketika ia membuka pintu kamar terdapat seseorang yang sedang berbaring di tempat tidur.

"Mama?" Ujar Oliver ketika melihat wanita yang sedang terbaring itu adalah Mamanya. Ia segera berlari mendekati ke kasur itu, lalu duduk disampingnya.

Mamanya memejamkan mata, tertidur. Oliver menempelkan punggung tangannya ke atas dahi Mamanya yang bernama Olivia itu. "Panas," ujar Oliver.

Ia panik, ia sedih melihat ibu yang melaharikannya tengah terbaring lemas seperti itu. Meskipun ini bukan yang pertama, melihat Olivia terbaring seperti itu. Tetap saja hatinya merasa hancur.

Tak lama kemudian, pintu kamar itu terbuka. Terdapat nenek Oliver sambil membawa kantong plastik yang Oliver tebak adalah beberapa obat untuk Olivia.

"Oma, mama sakit," katanya lirih.

Sang nenek mengangguk. "Iya, Oliver. Oma sudah bawakan obat untuk mama kamu."

Oliver tersenyum kecil, "Makasih banyak, Oma." Neneknya membalas senyum itu.

Oliver hendak keluar dari kamar tersebut, tiba-tiba wanita tua itu memanggilnya, "Oliver, oma mau bicara."

Oliver berdiri di ambang pintu menunggu neneknya berbicara sesuatu, "Ya, Oma?"

"Kita bicarakan di ruang tamu saja ya."

Mereka berdua melanjutkan perbincangan di ruang tamu.
•••

"Oliver," kata sang nenek.

Oliver memandang mata neneknya yang berwarna abu-abu karna faktor usia dengan lekat, "Ya, Oma?"

Wanita tua yang sudah tinggal bersama Oliver sejak ia kecil, merasa berat untuk mengtakan hal ini. Tapi, ia merasa harus mengatakannya.

"Mama kamu sakit." Ujarnya.

Oliver menunduk dengan membalasnya lirih, "Iya, Oma. Oliver tahu."

"Mama kamu sakit leukimia." Lanjut Oma Helen, membuat Oliver tertegun.

"Ngga, Oma. Mamanya cuma kecapekan aja," bantah Oliver karena ia pikir Omanya sedang ngelindur atau pikun.

Oma Helen memegang tangan Oliver, "Mama kamu sakit Leukimia."

Meskipun Oliver jarang menangis, tapi kini ia merasakan bahwa terdapat genangan air membungkusi matanya.

"Maafin Oma merahasiakan ini dari kamu, karena Mama kamu yang minta untuk ngga beritahu kamu, Oliver," sahut ibu dari Olivia itu.

Oliver memeluk neneknya, meneteskan air matanya diikuti tetesan air mata lainnya. Kenyataan ini terlalu berat untuk ia terima. Hatinya hancur medengar kabar tersebut.

•••

Tempat kursus pelatihan tinju itu sangat sepi karena sudah melewati jam tengah malam. Sementara itu suara tinjuan masih terdengar kentara.

Revilo meninju keras dan terus menerus samsak tinju berwarna merah yang tergantung tepat di hadapannya. Tangannya yang dibalut oleh sarung tangan itu terus melakukan pukulan hingga samsak itu bergerak tak beraturan.

Keringat bercucuran dari kepalanya, tanpa ia sadari juga air mata terkadang keluar dari matanya meskipun ia menyangkali bahwa ia menangis.

Setelah meninju dengan rentetan pukulan, Revilo mengakhirinya dengan tinjuan yang sangat kencang diiringi dengan teriakan lantang, "ARGH!!"

Revilo OliverWhere stories live. Discover now