24. restu (2)

9K 1.4K 310
                                    

Tahhhh eta bibir jedingnya kliatan bener massss.
Isep nih isep nih 😂😂😂

Dino POV

Aku berjalan ke arah garasi, terdiam mematung di depan pintunya, menimbang-nimbang mau naik motor atau mobil ke kostan Dita.

Tepukan di pundakku membuatku menoleh ke arah samping. Pak Erwin tersenyum, walaupun sinar matanya tampak terlihat sedih.

"Mau kemana den pagi-pagi gini?" Tanyanya.

"Mau nyari orang ilang Pak" Jawabku membalas senyumannya.

"Nyari orang ilang? Oh iya den, bisa nitip sekalian gak?" Tanyanya.

"Nitip apaan Pak?" Aku balik bertanya, lalu menyenderkan bokongku ke kap sedan BMW ku.

Tangan kanan Pak Erwin masuk ke dalam kantung celananya, wajahnya menunduk mengamati lantai garasi.

"Gini den, bapak akui, bapak menyesal karena udah gak percaya sama Dita, 3 minggu dia hilang, bapak sedih den, bapak benar-benar menyesal" Katanya pelan, wajahnya masih menunduk.

Aku tersenyum.

Tipikal tipe orang keras yang kalau mengakui kesalahannya rata-rata seperti ini.

"Bapak nitip tolong sekalian cariin Dita, kan mumpung den Dino mau nyari orang ilang" Lanjutnya lagi lalu mendongak menatapku.

Aku kembali tersenyum.

"Pak Erwin minta tolong nitip cariin Dita?" Tanyaku.

Dirinya mengangguk.

"Bapak bingung mau nyari di mana lagi den, Jakarta kan luas, bapak udah tanya-tanya juga orang di kampung apa mereka liat Dita atau ngga, ternyata Dita gak pulang ke kampung" Jawabnya lesu.

"Pak, emangnya gampang juga buat saya nyariin Dita, bapak aja yang orang tuanya sendiri bingung apalagi saya Pak" Kataku, mengulum senyumku.

Bisa dapat restu dua kali sekaligus nih pagi-pagi gini, pikirku.

Kulihat Pak Erwin yang kembali menunduk menekuri lantai garasi lagi.

"Ya kan den Dino banyak relasinya, mungkin aja bisa minta tolong sama teman-temannya yang lain buat nyariin, kalo ngelibatin polisi ngelapor orang ilang, ribet den, apalagi ini urusan keluarga" Katanya.

Aku menarik nafas lalu melipat kedua tanganku di depan dada.

"Kalo minta tolong sama teman-teman saya, harus ada konpensasinya pak, saya harus ngeluarin dana buat kasih mereka"

Pak Erwin mendongak menatapku.

"Konpensasi apa den?" Tanyanya bingung.

"Ya upah karena nemuin Dita Pak, kan besar tuh upahin nyari orang ilang" Kataku.

"Wah, ngeluarin uang banyak ya den" Pak Erwin menggaruk-garuk rambut belakangnya.

"Gini Pak" Aku kembali memulai pembicaraan negosiasiku. Restu yang ku dapat dari Ibu Ida membuatku percaya diri untuk mendapatkan restu dari Pak Erwin.

"Saya usaha nyariin Dita, gak perlu minta tolong teman-teman saya karena bakalan ngeluarin uang banyak, jadi mending konpensasinya buat saya aja" Lanjutku.

Keningnya berkerut mendengar perkataanku.

"Den Dino minta konpensasi ke saya den? Ya, tapi jangan minta upahnya banyak-banyak ya den, bapak gak punya uang banyak buat bayar den Dino" Katanya dengan wajah polos.

Aku tersenyum.

"Saya gak minta konpensasi uang Pak, cukup restu dari bapak aja udah cukup" Kataku.

KisahkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang