4. pengganggu tamvan

13K 1.6K 244
                                    

Dita POV

Aku menghentikan langkahku ketika melihat sesosok pria yang tidak ingin aku lihat.

Sejak aku bekerja di perusahaan ini, aku benar-benar menghindari untuk bertatap muka, berselisih jalan atau berpapasan dengannya.

Pria paling narsis, paling sebel sama orang yang sadar diri kalau dirinya mempunyai fisik dan tampang sempurna.

Bayangin aja, beberapa kali aku memergoki dirinya yang berselfie ria di depan dinding kaca lift atau di lorong menuju lift atau di tangga darurat atau di, ahh pokonya aku sering memergoki dirinya deh.

Berselfie dengan raut wajah yang di buat se'cool mungkin, terkadang raut wajah manis manja (kaya nama group penyanyi dangdut hahaha) dan terkadang duck face, ewww.

Narsis kan?

Apalagi dirinya itu sering tebar pesona, sok kegantengan, tapi emang beneran ganteng sih, cuma ya itu tadi aku langsung ilpil sama pria yang tipenya kaya gitu.

Apalagi matanya itu suka jelalatan kalau lagi ngomongin soal pekerjaan. Bikin risih. Dan gerak bahasa tubuhnya itu bikin aku gak nyaman.

Entahlah apa dirinya hanya bersikap seperti itu kepadaku atau kepada teman kantorku yang lain, hanya saja melihat gerak-gerik teman-teman sekantorku yang memuja dirinya, aku rasa ahhhh entahlah, ilpil, malas bahasnya.

Sekali lagi aku melongok ke arahnya, kulihat sekarang dirinya berjalan ke arah pintu keluar kantor menuju lift yang langsung berhadapan dengan kantorku.

Aku menunggu dirinya benar-benar menghilang dari pandanganku.

"Ngapain lu diem di situ Dit?"

Aku menghela nafas panjang dari mulut lalu menoleh ke belakang, Putri kulihat berdiri, tangannya sibuk membetulkan kuncirannya.

"Nungguin si manusia narsis itu turun dulu" Kataku sambil mengarahkan daguku ke arah pria yang masih terlihat.

Putri melongok melewati punggungku.

"Aishhh masih dapet pemandangan indah sebelum gue pulang, Shaun emang ganteng, terlepas dari panggilan lu itu tuh" Kata Putri, tubuhnya mendekat ke arahku lalu menopang sikunya di atas pundakku.

Nah, ini dia nih salah satu korban dari penggemar berat si manusia narsis itu. Putri sangat menyukai Shaun.

Dirinya sampai memasang wallpaper di handphonenya memakai photo Shaun hasil dari photo candid.

Jijay level to the max.

"Sopan dikit, mentang-mentang tinggi, emang gue sandaran kursi" Kataku sambil menepis sikunya dari pundakku.

Putri terkekeh.

"Makanya minum susu yang bikin panjang ke atas, bukan nyusut ke bawah" Katanya masih terkekeh.

Aku mendengus kesal, lalu melirik lagi ke arah pintu, Shaun, si pria narsis itu sudah tidak terlihat. Sepertinya dia sudah masuk ke dalam lift.

"Selama ini emang gue salah minum susu, mustinya minum susu langsung dari tete laki-laki bukan dari tete sapi, udah ah bayyy gue mau pulang"

"Elu juga pulang langsung ke rumah ya, jangan mangkal ngicrik dulu, jangan mangkal gelar tiker di balik semak-semak, bae-bae Put, masih banyak razia" Lanjutku sambil melengos meninggalkan Putri, tidak kuhiraukan celotehannya yang membalas perkataanku dengan berteriak di belakangku.

Mau buru-buru sampe rumah bapak tuan besar, mau korek-korek informasi dari ibu.

Aku berjalan masuk ke dalam lift dan langsung memencet tombol basement, tempat parkir motorku berada.

°°°

"Kamu ngapain lagi sih Dit, malam-malam kemari, bukannya langsung pulang ke rumah, siapin makan buat adik-adikmu, tadi pagi kan udah ke sini, jangan sering-sering kemari, ga enak sama tuan"

Belum buka suara aja, ibu sudah menyeramahiku ketika dirinya baru muncul di hadapanku.

Gimana kalau aku tanya-tanya soal Dino.

Aku nyengir ke arah ibu, misi korek-korek informasi harus berhasil.

Kami sedang berada di samping pintu garasi setelah aku menelpon ibu untuk menemuiku di sini.

Kami memang tidak pernah bertemu di dalam rumah, terkadang ibu memintaku untuk menunggunya di depan gerbang atau di pos security.

Tapi akunya saja yang suka nakal, suka masuk menyelinap ke dalam rumah untuk sekedar meneteskan air liurku melihat photo-photo pangeran tampanku yang berjejer.

"Tenang bu, tadi Dita udah pesenin adik-adik makanan lewat ojol, peseninnya yang enak-enak lagi, biar mereka makin sayang sama kakak pertama hehehe" Kataku.

"Bapak belum pulang bu?" Lanjutku berusaha mengalihkan pembicaraan agar ibu bisa diajak kompromi untuk mengorek-ngorek informasi.

"Belum pulang, tadi sih nelpon ibu, katanya lagi diajak ngopi sama den Dino" Jawab Ibu.

Mataku langsung berbinar.

Waktunya pas nih buat nanya-nanya. Mumpung ibu sebut-sebut nama pangeran tampanku.

"Ngomong-ngomong soal mas Dino bu, ibu kok gak bilang sih kalo mas Dino udah pulang" Kataku sambil pura-pura merengut. Memulai strategiku untuk mencari tahu.

Ibu menjetikkan jarinya di keningku.

"Pulang sana, ke sini pasti mau nanya-nanya soal den Dino kan? Gak bakalan ibu jawab" Ibu menatapku dengan mata mendelik.

"Yahh bu, cuma nanya itu doang ko" Kataku masih berusaha untuk mendapatkan informasi.

"Dit, ibu sama bapak udah bersyukur di kasih kepercayaan sama tuan dan nyonya, kamu jangan coba genit-genitan ke den Dino ya, inget, kamu tuh sekolah di biayai sama tuan buat angkat derajat ibu sama bapak"

"Buat pengabdi juga di keluarga in...."

"Bu, iya kali mengabdinya beda, mungkin aja nasib Dita jadi pengabdi mas Dino seumur idup alias jadi istrinya" Kataku memotong perkataan Ibu sambil membusungkan dadaku yang tidak terlalu menonjol.

Ngarep banyak gak sih?

Aku mengulum senyumku.

Mimpi setinggi langit kan gak ada larangan.

Ibu menatapku horor.

"Ngimpi.... Udah sana pulang, den Dino itu bukan kalangan kita Dit, inget, kamu kerja di sana juga harus rajin-rajin, jangan malu-maluin orang tua dan tuan yang udah baik ke kita"

Aku meringis mendengar perkataan ibu, selalu seperti ini kalau aku bertanya soal Dino, wejangannya selalu sama.

Aku menunduk lesu.

Percuma juga udah penuh semangat datang ke sini, tapi tidak menghasilkan apa-apa.

"Ya udah bu, Dita pulang, jangan lupa ya, doain Dita, biar mas Dino gelap mata, terus jatuh cinta ke Dita hehehe" Aku menarik punggung tangannya dan menciumnya cepat.

Aku langsung memutar tubuhku dan melangkah meninggalkan ibu dengan cepat sebelum dirinya menanggapi perkataanku.

Aku menutup pintu gerbang di belakangku setelah berbasa-basi menyapa Pak Didi sang security yang mendapatkan tugas shift malam ini.

Diriku dikejutkan suara klakson mobil yang baru saja tiba.

Aku mengenali mobil BMW seri X6 kepunyaan Dino.

Wajahku berbinar.

Pucuk dicinta Dino pun tiba.

Tbc

Lanjut ntar lagi yaaaa

Mamam dulu 😂

KisahkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang