"apakah 'calon suamiku' bisa dipindahkan kerumah sakit dikonoha saja dokter", tanya hanabi yang terang terangan menatap tidak suka terhadap sakura, dia merasa sasuke selalu memperhatikan gerak-gerik dokter muda itu, apakah sasuke menyukainya, batinnya.

"mungkin saja, tapi untuk serang lebih baik beliau dirumah sakit ini saja, 3 tulang rusuknya yang patah akan bertambah parah jika dipaksakan untuk perjalanan sunna konoha".

Hanabi masih tidak puas dengan penjelasan sakura,

Sasuke masih tetap menatap kearah wanita musim seminya, 'Haruno Sakura', eja sakura dalam hati, dia tersenyum tipis, akhirnya dia mengetahui nama perempuan yang dia cari-cari sejak 7 tahun yang lalu. Dia menatap secara menyeluruh kearah sakura

'perasaanku saja atau dia menjadi semakin cantik', pikirnya, wanita dihadapannya jelas sangat berbeda dengan gadis remaja yang ditemuinya 7 tahun lalu, gadis yang ditemuinya dulu masih sangat kekanakan dengan emosi meledak-ledak, sedangkan wanita yang sekarang dia temui terlihat lebih tenang dan terkesan lebih dewasa, tanpa sadar sasuke mengulas senyum tulus kearah sakura. Dan sialnya Itachi melihat senyum tipis dan sejenak sasuke, anikinya tengah menatap curiga kearahnya, sasuke memalingkan wajahnya dari itachi.

Ponsel sakura berdering cukup nyaring mengalihkan atensinya kembali pada wanitanya.

"hallo, sayang", sakura pamit untuk keluar dari ruangan sasuke.

Satu kalimat yang meluncur dari bibir sakura membuat sasuke tegang seketika, 'sayang?'

'apakah dia sudah mempunyai kekasih?, atau yang lebih buruk apakah dia sudah mempunyai seorang suami?', memikirkannya membuat sasuke semakin emosi.

"sasu, ada apa?", melihat putranya menegang membuat mikoto khawatir.

Sasuke hanya menggeleng sebagai jawabannya, otaknya tengah memikirkan berbagai kemungkinan tentang status dokter yang sudah dia doktrin sebagai miliknya.

'siapapun kekasih bahkan suaminya sekalipun tidak akan menghalangiku memilikimu cherry, menjadi PHO tidak buruk juga, aku harus menyuruh jugo untuk kembali menyelidiki wanitaku'.

.

.

.

Sakura masih menjawab telepon dari anaknya,

"ada apa sayang",

"mama,... cepat kemari, sarada dan yuki membuat masalah lagi", lapor haru.

Sakura berhenti berjalan, "apa?".

"emmh,.. sebaiknya mama kesini saja, sensei menyuruhmu untuk datang sepulang sekolah nanti"

Tut

Haru memutuskan sambungan. Sakura memijit pelipisnya, anak-anaknya berulah lagi, ini bukan yang pertama untuk sakura dipanggil kesekolah mereka, 'apa lagi masalah yang mereka perbuat sekarang, tidakkah mereka bisa menjadi anak manis saja'.

Huft...

.

.

..

.

"ini semua salahmu sarada", gerutu yuki yang duduk diruangan guru.

"hn", jawaban sarada malah membuat yuki semakin memdesis tidak suka.

"harusnya aku tidak ikut-ikutan disini, aku bahkan tidak satu kelas dengan kalian", protes haru yang duduk disamping yuki. Dia cemberut membayangkan wajah marah sakura.

Yuki mencubit pipi haru gemas, "hey kau tidak setia kawan sekali, kita saudara kalau susah ya harus susah bersama",

"aku tidak mau susah bersama kalian, akh mama pasti akan marah marah sepulang sekolah nanti", seru haru frustasi, dia mulai membayangkan rentetan kata-kata ocehan dan omelan sakura yang seperti kereta malam menghantui otak kecilnya, 'bencana'.

TOK TOK TOK

Dan disanalah mimpi buruk mereka berdiri. Mamanya yang berdiri dengan pandangan lasernya membuat nyali mereka menciut seketika.

'tamat sudah', batin sarada

'hiks... telingaku', yuki membayangkan telinganya yang akan memerah karena dijewer oleh sakura

'akutidak bersalaaaahhh', haru menatap memelas kearah sakura 

.

.

.

minna maaf baru up, author lagi nggak fit

 oh ya, makasih buat dukungan kalian para  reader,    berkat kalian, aku agaknya bisa ngetik dikit dikit, semoga suka, maaf kalau nggak sesuai ekspektasi, 

kepala lagi berdenyut mesra kawan, 

rasanya semua penyakit lagi PDKT sama gue, 

haduh kepala rasanya jalan-jalan, *muter-muter

.

.

ya sudahlah bye bye semua

salam senyum dariku :D

Little Secret (End)Where stories live. Discover now