"bicaralah yang jelas saki", Sasori merasa tidak sabar sendiri.

"aku hamil nii-chan"

DUAR

Sasori merasa dunianya runtuh seketika, mendapati adik tersayangnya hamil diluar nikah benar-benar membuatnya bungkam, Sakura yang melihat reaksi Sasori semakin kalut.

"maafkan aku nii-chan maafkan aku hiks ini semua salahku, aku mohon maafkan aku, kau sudah janji tidak akan membenciku kan, aku mohon maafkan aku",

Melihat adiknya kacau begini membuat Sasori tidak tega juga, namun dilain sisi dia benar-benar kecewa terhadap adiknya yang dia kira masih polos dan suci ternyata sudah pernah melakukan sebuah dosa besar, dia tidak tahu harus bersikap bagaimana terhadap Sakura, kekecewaannya benar-benar terlampau besar.

"siapa?", suara Sasori berubah dingin.

Sakura menatap kearah Sasori, dia tahu maksud persis apa pertanyaan Sasori, dia menggeleng sebagai jawabannya.

"apa maksudmu saki, kau tidak mau memberikan nama 'BAJINGAN' yang sudah menodaimu huh, apakah kau sebegitu bodohnya, katakan Sakura, aku tidak mau kau menanggung malu sendiri, aku akan mencabut nyawa siapapun dia yang sudah menodaimu, katakan saki,".

Sakura terus saja menggeleng, tangisannya menjadi lebih keras dari yang pertama, Sasori mengepalkan tangannya, dia meninju lantai marmer kamar Sakura,

"KATAKAN SAKURA SIAPA DIA", kesabaranya telah habis sekarang

"AKU TIDAK TAU NII-CHAN SUNGGUH AKU TIDAK TAHU, SEMUANYA TERJADI BEGITU SAJA", seru Sakura tak kalah kalut, dia benar-benar merasa tertekan sekarang.

"a-apa?",

Sakura merasa perutnya sakit, rasanya sangat sakit seperti keram atau seejenisnya, dia meringis memegangi perutnya.

Sasori memperhatikan Sakura yang terlihat kesakitan, pelipisnya mengeluarkan keringat dingin, tangannya bergetar, "sa-Sakura?"

"AKHH, Sakiiit", Sakura menggelinjang kesakitan, sungguh rasanya sangat sakit dibagian perut – tepatnya bagian rahimnya. Sasori memengangi lengan Sakura,

"saki, kau kenapa? Bagian mananya yang sakit", dia cemas bukan main saat dillihatnnya Sakura tidak menjawab pertanyaannya, dia terus memegangi perutnya. Sasori melihat darah mengalir dipaha dalam Sakura,

"to-tolong, sakit sekali nii-chan", Sakura pingsan ditempat.

Sasori langsung menggendong Sakura keluar dari rumah, dia menaruh adiknya dikursi penumpang, setelah dirasa Sakura sudah cukup nyaman dan aman, dia langsung tancap gas menuju rumah sakit, tidak memperdulikan bermacam pelanggaran lalu lintas yang dia menge mudiakan mobilnya seperti orang kesetanan, berbagai sumpah serapah dia layangkan pada mobil yang menghambat lajunya.

Saat sampai dirumah sakit, dia langsung memarkirkan mobilnya asal, Sasori menggendong Sakura keluar dari mobil, dia berlari masuk kedalam rumah sakit.

"DOKTEER SIAPAPUN CEPAT TOLONG AKU SEKARANG", teriakan Sasori menggema didalam rumah sakit, tenaga medis langsung mengeluarkan ranjang pasien dengan cepat, mereka langsung mendorong ranjang tersebbut memasuki ruangan UGD.

Sasori mencengkram rabutnya gelisah, dia duduk terpekur dilantai, bersandar pada dinding rumah sakit yang terasa dingin, 'ini semua salahku', dia merutuki emosinya yang tak terkendali seperti tadi, demi tuhan seumur hidup sasori tidak pernha membentak adiknya, semarah apapun dia kepada sakura dia selalu mensikapinya dengan tenang, baru kali ini dia membentak adik bungsunya, dan dia sangat menyesalinya sekarang.

Adiknya dan keponakannya ada didalam saat ini, yah keponakannya,.. tanpa sadar dia membayangkang seorang bayi lucu dengan rambut merah muda hadir dalam keluarganya, bayi lucu yang akan memeriahkan keluarganya, mereka tidak akan bertiga lagi, namun berempat mungkin. Tapi semuanya terancam gagal karena kesalahannya. Dia berjanji, apapun yang terjadi, jika kedua nyawa didalam ruangan itu selamat, dia tidak akan mempertanyakan siapa ayah dari bayi yang dikandung adiknya tersebut. Dia bayi sakura, dia bagian dari 'haruno'. Dia yang akan melindungi keduanya. Persetan dengan ayah sibayi.

.

.

.

DEG

Sasuke merasakan jantungnya berdetak lebih cepat, dia merasakan sesak diarea dadanya, rasanya seperti ada yang tidak beres, dia terus memikirkan apa yang membuatnya gelisah saat ini.

'apa yang sebenarnya terjadi',

Raut cemas tergambar jelas diwajah tampannya, 'semoga tidak ada hal buruk yang akan terjadi', firasatnya menjadi tidak enak sekarangg. Dia membenci perasaan ini, menjadi cemas tidak beralasan, ini seperti bukan dirinya.

.

.

.

Sudah lebih dari satu jam sakura ditangani oleh orang-orang rumah sakit, dan selama satu jam itu juga dia harus menahan diri agar tidak mendobrak paksa pintu UGD yang sedari tadi tertutup.

Tak lama kemudian seorang dokter wanita keluar dari dalam ruangan, dokter masih terlihat muda diusia senjanya, nama Dokter Tsunade tertera diname tagnya.

Sasori bergegas mendekati dokter tersebut, "bagaimana keadaannya dok"

Tsunade tersenyum, "apakah aku keluarga pasien"

"saya kakaknya"

"adikmu baik-baik saja, dia beruntung cepat ditangani, jika tidak, bisa jadi nyawanya dan bayi dalam kandungannya tidak tertolong".

"ja-jadi, adikku sudah tidak apa-apa dok",

"yeah, dia hanya terlalu tertekan, kusarankan dia untuk tidak membuatnya stres berlebihan, karena itu dapat mengakibatkan dampak yang buruk seperti saat ini", naseha Tsunade, sasori mengangguk paham.

"adikmu akan dibawa keruang rawat, dia harus menginap disini setidaknya dua atau tiga hari lagi, kau bisa menemuinya nanti",

Tsunade pamit pergi meninggalkan sasori, tak lama, ranjang yang mengangkut sakura keluar dari ruangan UGD, sasori hendak mengikutinya, tapi dia terburu ditegur salah satu perawat untuk mengurus registrasi rumah sakit terlebih dahulu.

Setelah mengurus registrasi, sasori langsung menyusul sakura didalam kamar VIP rumah sakit, sasori melenggang masuk kedalam kamar, terlihat adiknya yang tertidur pulas dengan raut wajah pucat, tangannya diinfus dan dia diberi alat bantu pernapasan. Sasori duduk dikursi disamping ranjang, dia menggenggam tangan sakura yang terasa dingin, dia mengecupnya pelan.

Air mata sasori terasa disudut matanya, dia memejamkan matanya sejenak, meresapi penyesalan akan kesalahannya, salahnya tidak bisa menjaga adiknya dengan baik, salahnya yang membuat adiknya sekarag di opname sekarang, dan salahnya juga yang membuat sakura hampir kehilangan anaknya. "maafkan nii-chan saki", gumamnya penuh penyesalan.

Tangan itu bergerak, perlahan emerald sakura terbuka, "nii-chan", panggil sakura dengan suara serak, dia menatap sendu kearah kakaknya, "maaf", ucap sakura dengan suara lirih.

"jangan katakan apapun lagi saki, aku hampir mati karena melihatmu sekarat, jangan berbicara apapun lagi"

"maaf", ucap sakura kembali

Sasori tersenyum, "tak ada yang perlu di maafkan, kita akan merawat bayimu bersama mulai sekarang, aku tidak perduli siapa yang menanam benih dalam rahimmu, yang kutahu dia anakmu, keponakanku dan karin, dia bagian dari haruno sekarang",

Sakura menangis tertahan, dia mencoba bangkit untuk memeluk kakaknya, "terima kasih nii-chan",

Sasori mengangguk dalam rengkuhan sakura.

.

.

.

to be continou

.

.

.

.

bonus buat kalian


Little Secret (End)Where stories live. Discover now