Vrischika, wilayah masyarakat proletar yang benar-benar terpuruk dan diperbudak kaum borjuis. Orang-orang yang dianggap tak pantas bersanding dan hidup bersama orang-orang borjuis diusir hingga ke pelosok negeri, yang disebut sebagai Vrischika. Masyarakat proletar diperbudak di Tanah Air sendiri, tak diayomi, tak dilindungi, tak diberi keadilan!

Dan Biduk. Wilayah yang dihuni oleh masyarakat yang memegang teguh nilai agama. Mereka hidup damai berdampingan satu sama lain. Meski tak pernah bercampur atau bertemu dengan mereka, pernah sekali aku mendengar dari cerita Mama, mereka adalah orang-orang yang masih menjunjung tinggi bhineka tunggal ika. Berbeda-beda tapi tetap satu jua. Tidak seperti Pari maupun Vrischika yang dianggap sebagai hunian golongan pembelot berbahaya, penduduk di Biduk lebih mengedepankan perdamaian di negeri ini tanpa kekerasan.

Pemerintah negeri ini enggan mendengarkan keluh-kesah apa pun. Mereka hidup untuk masyarakat borjuis, mencukupi dan memperkaya diri—serta memberikan kedudukan di parlemen—tanpa memedulikan nasib rakyat yang berada di tiga wilayah lainnya, sehingga tak heran apabila masyarakat wilayah lain selalu mengirimkan protes yang tak pernah didengar oleh Presiden kami.

Mereka selalu menyebutnya Presiden bajingan.

Aku hanya tahu sedikit tentang Pari dan Vrischika dari berita-berita yang disiarkan oleh televisi. Masyarakat penghuni wilayah tersebut sering diberitakan sebagai ancaman untuk pemerintah. Mereka dianggap pemberontak paling berbahaya.

Dan kini, kami hidup dalam bayang-bayang kegelapan yang sewaktu-waktu dapat mengancam satu sama lain.

"Oy, jangan melamun! Get your place!"

Aku yang telah lama mengantre hanya untuk satu es krim maju satu langkah di depan mesin es krim. Kupijit jari-jariku pada tombol virtual memilih es krim mana yang menggoda indera perasaku—rasa coklat dengan selai stroberi—setelah memasukkan koin ke dalamnya. Beberapa menit menunggu, sebuah wadah plastik muncul diikuti keberadaan benda cair kental yang menetes membentuk spiral memenuhi wadah. Lalu diikuti selai stroberinya yang telah menyatu dengan es krim coklatku. Aku mengambil es krim tersebut, menjilat tanganku yang terkena tetesan sambil berjalan menjauhi mesin es krim. Mmm... kurasakan sensasi ledakan kecil di lidahku bagaikan kembang api yang membuatku mengernyit dan bergidik.

Aku berdiri memandang gedung-gedung tinggi pencakar langit yang memenuhi mataku. Ada kereta listrik menggantung di udara, berjalan sesuai jadwal yang ditetapkan. Di kanan-kiriku, masyarakat borjuis berlalu-lalang melakukan aktivitas mereka. Ada segerombolan wanita dengan pakaian dari brand ternama saling mengobral tawa. Salah seorang dari mereka menyibak rambutnya yang berwarna merah, seperti kelebatan api di udara. Kuku-kukunya yang diberi kuteks mengkilat diterpa sinar mentari. Sedang kawannya yang berbadan langsing dan berkaki jenjang bercicit ria membicarakan tren mode terkini. Rambut pirang dan scraft tipisnya berkibar ke belakang tatkala angin datang menyapanya. Mobil-mobil dari yang beroda empat biasa, giroskopis, hingga bioelektrik melaju melewati jalan raya. Nah, di sisi kiriku aku melihat dua bocah lepas dari gandengan ibu mereka, saling berkejaran sambil menggenggam robot mainan dan boneka porselen. Lalu di belakang ibu mereka, tiga remaja tengah menjalankan segway tampak terbahak-bahak, melempar candaan satu sama lain, melewati si ibu dari dua bocah tadi. Begitu lewat di depanku, mereka menambah kecepatan, berniat main kebut-kebutan. Tak jauh dariku, seorang wanita lansia berhenti sambil mengangkat tangannya dan melakukan panggilan melalui jam yang dililitkan pada pergelangan tangannya. Muncullah holografik di udara dan ia mulai berkomunikasi dengan seseorang yang menampakkan diri sebagai hologram di sana.

Kuhela nafas pendek. Sungguh, aku bosan melihat pemandangan seperti ini.

Di tempat ini nyaris tak ada kejahatan yang dilakukan orang miskin secara materi. Tidak ada perampokan, penjambretan, pencurian, dan segala kriminalitas lain yang biasanya terjadi di kota-kota besar, sesuai dengan ketetapan Presiden pertengahan abad 21. Seluruh kota di wilayah ini bersih dari tindak kejahatan, kemiskinan, dan segala hal yang pernah menjadi masalah serius di sini. Hanya wilayah ini, tentu saja. Eksistensi penjara di sini hanya diperuntukkan bagi mereka yang dianggap ancaman; para pembelot dan kaum proletar tak berduit. Sebab orang-orang sepertiku mudah lolos dari hukuman menggunakan sejumlah uang yang dilempar di depan muka para penegak hukum negeri ini.

Kata Mama aku harus banyak bersyukur diberikan kehidupan sempurna seperti sekarang. Terngiang-ngiang suara Mama yang kerap kali ia ucapkan padaku: banyak-banyak bersyukurlah, sebab negeri ini sudah menuju kemerdekaannya yang mutlak, beruntunglah kau tidak hidup di era kolonial.

Nah, sebenarnya kemerdekaan itu untuk siapa?

*

Gaaaessss sori for some reasons, saya pikir saya harus menghapus Supernatural Hunters karena tidak ada feel menulis cerita itu lagu hiks

Jadi, sebagai pengganti, dengan genre yang meski beda tapi tidak jauh beda (lah???) saya hadirkan cerita yang pernah saya publish di GWP dan saya komersilkan dalam format PDF pada beberapa orang yang saya percayai saja

Berhubung saya ini bukan orang yang egois (eak), maka kalian juga harus baca yang satu ini!

Maksa amat yak wkwkwkwkwk

Mungkin cerita ini cocok buat kalian penggemar cerita dystopia

STILL WITH CHELSEA ISLAN FOR MY BTARIIIIIIIIII

DeWYFZ



Kersik Luai (SELESAI)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin