38

87.9K 5.4K 147
                                    

Entah ada rasa kasihan di hati Azkil kepada orang-orang yang terus menangisi Alana terutama tangisan Kanzea yang tak kunjung henti, tiba-tiba Azkil jujur tentang sandiwaranya. Karena kejujurannya lah yang membuat Gavril hampir saja membunuhnya untung saja ada Satria yang langsung menghentikan aksi Gavril, sementara Azkil hanya bisa pasrah wajah tampannya menjadi bonyok.

"Hentikan! Ini rumah sakit bukan ring tinju!"

Berulang kali Azkil mengucapkan kata maaf, idenya memang konyol siapapun yang dibohongi pasti akan marah, apalagi ini berbohong tentang kematian seseorang tapi niat Azkil cuma satu memberi pelajaran untuk orang-orang yang tidak pernah menganggap keberadaan Alana.

"Kenapa lo nggak hajar gue juga?" tantang Bian yang sedari tadi hanya diam saja. Baru saja Gavril ingin melayangkan bogeman mentah ke wajah Bian lagi-lagi Satria menghentikan aksinya. "Papa tidak pernah mengajari kamu untuk menyelesaikan masalah dengan cara kekerasan," ujar Satria.

Gavril menatap Alana yang sedang menggendong Kanzea. "Acting kamu luar biasa!" sindiran itu tertuju untuk Alana. Jujur Gavril juga kecewa dengan Alana, ia menangis siang dan malam, berdoa hampir setiap detik, makan tak enak, tidur tak nyenyak. Ia seperti kehilangan semangat hidup hanya karena Alana yang terbaring koma tapi ternyata itu semua hanya sandiwara.

"Jangan salahkan Bian atau Alana, ini murni ideku———"

Gavril langsung memotong ucapan Azkil. "Ini memang salahmu!"

"Gavril, biarkan Azkil selesai bicara dulu!" ujar Jasmin.

Kemudian Gavril diam dan membiarkan Azkil melanjutkan ucapannya. "Aku hanya ingin menyadarkan kalian semua kalau Alana itu orang yang penting, kalian yang awalnya mengabaikan Alana setelah tahu Alana meninggal kalian sedih 'kan?"

"Terutama buat daddy, kak Airyn dan om Winata," Azkil melirik secara bergantian ke-tiga orang itu. "Kalian adalah orang yang sering mengabaikan kehadiran Alana, aku hanya ingin kalian sadar kalau Alana bukan orang yang pantas diabaikan."

Azkil menatap Alana yang kini menatapnya. "Ide aku memang konyol dan sangat jahat tapi lihat ide aku berhasil buat kalian sadar kalau Alana itu penting," ujar Azkil dengan senyuman bangga atas keberhasilan idenya.

Sekarang Gavril sadar kalau Alana memang sangat penting, wanita itu segala-galanya buat Gavril, melihatnya koma saja sudah membuat Gavril kehilangan semangat hidup apalagi saat tahu Alana meninggal, dunia Gavril seakan hancur.

"Sorry buat babak belurnya dan thanks buat ide konyolnya yang sudah buat kami sadar," Azkil mengangguk mendengar ucapan Gavril.

"Anak mommy memang jenius," puji Vania yang semakin membuat senyuman Azkil mengembang.

"Kalau begitu kita siap-siap pulang ke rumah!" ujar Gavril.

Ide Azkil memang patut diacungi jempol, terkesan jahat tapi itu semua untuk kebaikan.

***

Sudah tiga hari Alana dan Gavril berada di Lombok, awalnya Alana mau menolak meninggalkan Kanzea di Jakarta, apalagi bayi mungil itu membutuhkan ASI tapi Gavril selalu bilang 'selama ini kita beum pernah liburan berdua anggap ini honeymoon' Dan joke Alana membahas tentqng Kanzea 'Zea sudah terbiasa tanpa kamu sewaktu kamu pura-pura koma dan dia sudah terbiasa dengan susu formula'

Kalau sudah begini mau tidak mau Alana menuruti kemauan Gavril yang katanya ingin lebih lama di sini. Dulu kota impian di Indonesia yang ingin dikunjungi oleh Alana memang Lombok.

Lombok, pulau kecil yang berada di Bagian Timur Indonesia dan terletak di Bagian Barat wilayah Nusa Tenggara, merupakan pulau yang sering dikunjungi oleh tourist mancanegara karena Lombok memiliki sejuta keindahan alam.

Seperti sekarang ini Alana dan Gavril sedang berada di Gili Trawangan salah satu tempat yang paling sering dikunjungi oleh orang dari dalam maupun luar negeri.

Alana tengah berjalan di pinggir pantai menikmati keindahan yang baru dikunjunginya pertama kali. Rasa bahagia begitu ia rasakan saat ini. Dulu ia hanya berangan-angan datang ke sini apalagi bersama pria yang ia cintai tapi sekarang harapan itu telah terwujud, kini ia datang bersama kekasih halalnya, Gavrilio Vasco Anggara.

Gavril menghampiri Alana. "Ayo duduk, kamu bukan bule yang harus berjemur 'kan?"

Gavril menggandeng tangan Alana lembut dan menuntunnya untuk duduk di salah tempat duduk yang telah di sediakan.

Mereka menempati kursi kosong itu dengan genggaman tangan yang tak pernah lepas, mereka seperti pengantin baru padahal nyatanya mereka pengantin yang sudah hampir setahun menikah.

Gavril memandangi wajah cantik Alana yang sedang menatap lurus ke arah laut, hatinya bahagia bisa menjadikan wanita itu miliknya, wanita yang mempunyai wajah dan hati seperti malaikat, hati yang tidak pernah menyimpan rasa benci dan senyuman yang selalu menghiasu wajahnya.

Aku bersyukur takdir yang mempertemukan kita dan menjadikanmu milikku seutuhnya, aku mencintaimu, Mama Kanzea.

Karena merasa terus ditatap membuat Alana menoleh ke arah Gavril dan menikkan sebelah alisnya. "Ada apa?"

Gavril semakin tersenyum lebar dan menggeleng. "Aku hanya sedang menatap istriku yang cantik dan aku tidak rela kamu memakai baju kekurangan kekurangan bahan ini karena yang boleh melihat keindahan tubuhmu hanya aku sayang, kekasih halalmu."

Alana tersenyum, kali ini senyuman yang benar-benar bahagia bukan senyuman yang terkesan dipaksakan seperti dulu. Ia bahagia memiliki Gavril dalam hidupnya dan ia tidak pernah menyesal karena telah menjadi Gavril pilihan, pangeran hatinya.

"Apa kakak benar-benar mencintaiku?" tanya Alana, bukan iq meragukan Gavril hanya saja ia ingin mendengarnya langsung dari bibir suaminya itu.

Gavril menatap Alana lembut dan semakin menggenggam erat tangan istrinya seakan ia sedang menggenggam berlian yang tidak akan rela jika jatuh lalu diambil oleh orang lain.

"Aku sangat mencintaimu, rasa ini akan tetap berulang setiap harinya dan bahkan akan semakin bertambah."

"Sejak kapan?"

"Aku tidak tahu kapan persisnya aku mencintaimu, tapi yang jelas aku sudah nyaman denganmu sejak dulu. Sejak Saski mengenalkanmu kepadaku."

"Selama itu?"

"Tapi dengan bodohnya aku yang tidak menyadari perasaanku sendiri dan justru malah memacari kakakmu, aku pikir dulu aku sangat mencintai Airyn tapi ternyata yang benar-benar aku cintai hanya kamu, Mamanya Kanzea,"

Alana tidak dapat menyembunyikan wajah merahnya akibat ucapan Gavril. Detak jantungnya semakin berdegub kencang, ia seperti anak SMP yang baru merasakan apa itu cinta.

"Mau berenang?" tawar Gavril yang langsung diangguki antusias oleh Alana.

Mereka main air layaknya anak kecil dengan tertawa lepas yang membuat semua orang yang melihat mereka ikut tersenyum, seperti merasakan kebahagiaan yang dirasakan dua insan yang sedang jatuh cinta itu.

Untuk meraih kebahagiaan itu bukanlah hal yang mudah, butuh air mata, tantangan dan rintangan serta kesabaran yang tinggi, jika berhasil melewati itu semua maka kebahagiaan akan menghadampiri.

Percayalah, memang hidup tidak seindah drama korea tapi juga tidak sedramatis sinetron di TV.

Atau seperti kata bah haji Rhoma Irama 'berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian'

Gavril mendekatkan wajahnya ke arah Alana lalu menempelkan bibirnya ke bibir Alana hingga terjadi lumatan dan gigitan sampai mereka kehabisan napas, Gavril menempelkan hidung mereka lalu berbisik. "Ich liebe dich."

"Saranghae." Balas Alana.

Setelah itu Gavril mengahadap laut dan berteriak. "PLEASE DON'T LEAVE ME BECAUSE I LOVE YOU!"

***

Bentar lagi ending guys.
Jangan lupa vote dan comment.
Part ini gimana menurut kalian?
Baper/tidak?
Maaf jika ada typo, malas edit guys.

Alana (Sudah Terbit) ✔Where stories live. Discover now