17

77.5K 6.2K 350
                                    

Makasih buat kalian yang selalu menunggu kelanjutan cerita abal-abalku ini. Tanpa kalian aku tidak akan semangat next.

Kalau ad typo mohon di maklumi.

Happy reading.

***

Gavril menatap nanar wajah perempuan yang dicintainya, hatinya meringis melihat keputus-asaan perempuan itu atas hidupnya sendiri.
Airyn sudah sadar sejak 15 menit yang lalu, dokter mengatakan bahwa sayatannya tidak sampai membuat nadinya putus dan Gavril sangat bersyukur masih bisa melihat Airyn bernapas.

"Kenapa Tuhan tidak biarkan aku mati saja?"

"Ryn, kamu tidak boleh berbicara seperti itu kamu harus bersyukur Tuhan masih membiarkan kamu hidup dan ini saatnya kamu merenungi kesalahan kamu bukannya malah protes. Kamu tahu hukuman orang yang bunuh diri apa? Dia tidak akan masuk surga, Airyn. Kamu ingin jadi penghuni neraka untuk selamanya?"

Ucapan Lisa panjang lebar sama sekali tidak membuat Airyn menyesali perbuatannya. Ia tidak peduli kalau seandainya ia memang harus jadi penghuni neraka setidaknya tugas dia di dunia sudah selesai, tidak akan ada lagi air mata kekecewaan.

"Aku masuk neraka atau tidak, sama sekali bukan urusan kalian, untuk apa aku hidup kalau Gavril tidak akan kembali sama aku!"

Gavril tidak bisa berkata apa-apa, jujur hatinya memang masih mencintai Airyn tapi hatinya juga tidak ingin meninggalkan Alana.

"Jangan memaksakan kehendakmu, Airyn. Berhenti bersikap egois!" ujar Lisa.

Airyn tersenyum sinis. "Iya, aku memang egois dan biarkan aku pergi dari dunia ini!"

Airyn berusaha melepaskan infus di tangannya tapi Winata langsung bergerak cepat. "Jangan macam-macam, Ryn."

Winata memeluk anaknya yang sedang menangis, belum pernah ia lihat Airyn serapuh ini ternyata kehilangan Gavril sangat memberi pengaruh buruk untuk Airyn. "Maafkan ayah sayang, seharusnya dari awal ayah tidak mengizinkan Alana menikah dengan Gavril."

Airyn masih menangis di pelukan Winata sementara Gavril dan Lisa diam saja.

"Kamu akan mendapatkan Gavril kembali. Gavril dan Alana akan segera bercerai."

Winata menoleh ke arah Gavril yang sedang menatapnya. "Kapan kamu urus surat perceraian itu?"

Bahkan Gavril sendiri bingung apa yang harus ia lakukan mempertahankan Alana atau kembali dengan Airyn, rasanya berat sekali meninggalkan Alana saat hatinya sudah merasa nyaman, apalagi di rahim Alana ada anaknya. Ia tidak ingin anaknya tumbuh tanpa orang tua yang lengkap.

***

Sekitar jam 11 malam Gavril kembali ke rumah, sepanjang perjalanan ia memikirkan Alana, ia merasa bersalah karena sudah membentaknya saat ke rumah sakit.

Ia melihat Alana yang sedang duduk di pinggir kolam renang sambil mengayunkan kakinya ke air. Azkil mengantarnya pulang ke rumah satu jam yang lalu karena Alana tidak ingin menginap di rumah sakit.

Alana tidak seperti perempuan di novel-novel romance yang kalau ada masalah dengan suami akan kabur ke tempat yang jauh karena menurutnya itu tidak akan menyelesaikan masalahnya.

"Apa yang kamu pikirkan?"

Alana langsung menengok ke belakang dan melihat Gavril yang berdiri tak jauh darinya. Ia kembali menatap ke depan, sungguh untuk saat ini ia sama sekali tidak mood berdebat.

"Bangun Alana, nanti kamu sakit kalau kaki kamu terus di kolam."

Karena tak kunjung mendapat respon dari Alana akhirnya ia mengangkat tubuh Alana ala bridal style dan membawanya masuk ke dalam. Alana berontak tapi tenaga Gavril lebih kuat.

Alana (Sudah Terbit) ✔Where stories live. Discover now