(Bag.1) 1. Don't Wanna Play

157 16 14
                                    

Dengan nafas tak berarturan, seorang gadis berlari dengan raut wajah ketakutan.

"Tetep jalan dibelakang kakak, dek" ucap Shani, namun tak terlalu terdengar.

Shani yang sedari tadi fokus berjalan pelan melihat suasana sekitar yang telah gelap akibat listrik padam. Kini ia menoleh kebelakang dimana sang adik mengikuti.

"D..dek..." ucap Shani lemas saat tak melihat sosok adik yang mengikuti dibelakangnya.

Tubuh serasa menggigil, lidah kaku untuk berucap. Suasana malam yang gelap dan sangat sunyi oleh aktifitas apapun. Berdiri diatas lantai yang dingin, ia berpijak sendiri tanpa ada orang lain didekatnya yang bisa menenagka, memberi rasa aman.

"Kak !" samar-samar terdengar suara teriakan yang memanggil.

"Dek..." balas Shani tak terlalu keras sambil memastikan sumber suara tersebut.

Suara tersebut berasal dari lorong bawah yang panjang dari Villa. Dengan langkah yang bergetar Shani mencoba mendekat. Sesaat satu kakinya menginjak anak tangga pertama. Hanya kesunyian dan suara angin malam beserta suara detak jarum jam yang bisa ia dengar.

---

Susana pagi hari disalah satu rumah kediaman keluarga yang harmonis. Terlihat kesibukan disana. Barang-barang yang dikemas dalam Box kardus mulai diturunkan dari Truk pengangkut barang. Mereka baru saja sampai di rumah yang baru saja dibeli oleh seorang yang mereka panggil Ayah dan Suami. Dilihat, sebenarnya tempat itu bisa lebih disebut sebagai Villa. Villa dengan ukuran yang bisa dikatakan juga dengan ukuran yang besar.

Terlihat juga para putri mereka yang baru keluar dari dalam mobil berjumlah Tiga anak. Anak yang paling besar keluar dengan Headset melingkar dilehernya bernama Shani Indira Natio. Dipanggil Shani. Diikuti oleh adiknya dengan menenteng Botol minum berwarna Ungu, bernama Shania Gracia, Gracia atau dikeluarganya sering dipanggil Gre. Sementara dipintu sebelahnya terdapat adiknya yang paling muda, Anindhita Rahma atau Anin. Anin sendiri terlihat baru bangun dari tidurnya. Bisa dilihat dari gerakannya yang mengucek kedua matanya dan menguap.

Tak berselang lama setelah mereka bertiga keluar dari dalam Mobil. Dua orang anak Laki-laki mendekat ke arah mereka. Dua anak tersebut adalah anak dari adik ayah Shani, Gracia dan Anin. Anak Laki-laki itu bernama Ido dan Willy. Mereka berdua memang sudah hampir setahun ini tinggal bersama keluarga tersebut dikarenakan kedua orang tua mereka bekerja ke luar negri. Bukannya tak diajak, tapi mereka lebih memilih tetap tinggal di Indonesia, makanya mereka dititipkan ke keluarga tersebut.

"Bantuin masukin barang kek" ucap Willy pada ketiga anak perempuan.
"Iya bawel. Ini juga mau bantuin" balas Gracia.
"Angkat yang enteng-enteng aja" ucap Ido.
"Ngeledek" Sahut Anin.

Setelah semua barang selesai diturunkan dari dalam Truk. Truk tersebut kembali pergi menjauh setelah barang bawaannya telah selesai diturunkan. Dengan saling membantu mereka membuka kardus-kardus dan mulai menatanya didalam ruangan sesuai fungsi atau letak yang telah diinginkan.

Shani dengan langkah pelannya mulai menelusuri sekitaran rumah barunya. Dengan alunan musik lewat Headset menempel dikedua telinganya yang tersambung ke Smartphone nya, ia berjalan menikmati suasana. Setelah berjalan cukup jauh dari yang lain, ia tertarik saat dirinya melihat bangunan Gubuk kecil disamping rumah. Karena rasa penasaran akhirnya ia pun mulai mendekati bangunan kecil itu. Bangunan usang, namun masih terlihat terjaga kebersihannya.

Shani mencoba membuka pintu tersebut, tapi ternyata terdapat kunci Gembok yang tergantung. Ia mengambil jepitan rambutnya yang ia gunakan dan mulai membuka Gembok tersebut dengan alat itu. Ia coba membukanya karena sering melihat juga cara tersebut di Film Action yang ia tonton. Siapa tau benar bisa?

Minutes To MidnightWhere stories live. Discover now