Part 10

851 68 1
                                    

Rere terbangun dari tidurnya hampir saat dini hari. Lelah menangis dan menelaah semua kejadian yang di saksikannya sebelumnya.
Ia pun turun memutuskan untuk membuat hot cokelat, mungkin bisa menenangkannya.

Langkahnya terhenti ketika ia melihat sosok yang tak asing baginya terlihat penampilannya begitu kacau . Tertidur dengan wajah yang nampak gusar, dahinya masih mengkerut seperti menahan kegelisahan dalam dirinya.
Rendi nampak terlelap di sofa ruang keluarga rumah orang tua Rere.
Tak tega dengan keadaan suaminya, Rere mengambilkan selumut dan menyelimuti tubuh Rendi.

"Jangan begini, kumohon—" lirih Rere dengan suara sendunya menyentuh pipi Rendi yang terlelap.

Belum benar benar beranjak meninggalkan Rendi yang terlelap, langkahnya terhenti oleh cekalan tangan di belakangnya.

"Re —" panggil Rendi pelan.

Rere tak menoleh.
"Jika sudah bangun, pulanglah kak" ucapnya lirih

Rendi memeluk tubuh Rere dari belakang.

"Re, aku mohon dengarkan aku. Setelah kamu dengerin semuanya, aku akan menerima apapun keputusanmu. Dan aku harap kita masih bisa bersama" ucap Rendi yang tak kalah lirih

Mereka pun duduk di sofa itu. Beberapa saat tak ada satupun yang bicara. Rendi bahkan bingung bagaimana memulainya.

"Sheryl ... dia pacar pertamaku, wanita pertama yang menyentuh hatiku" kata Rendi memulai penjelasannya

DEG —
Sakit kak, bahkan hanya mendengar 1 kalimat saja darimu — batin Rere yang berusaha, menjaga agar air matanya tak tumpah lagi

"Aku satu kampus dengannya, hubungan kami sangat hangat sebelumnya, sampai dia memutuskan ke luar negeri untuk impiannya, tanpa memberi tau kepergiannya dan tanpa mengabariku sedikitpun. 4 Tahun aku hidup dengan hanya menunggunya yakin akan kembali sampai Mama Papa mengatur pernikahan kita" jelas Rendi panjang

Rendi memperbaiki duduknya membuat Tubuh mereka saling berhadapan yang tadinya hanya duduk bersebelahan.

"Awalnya aku sangat membenci perjodohan ini. Bahkan aku tak menginginkanmu. Tapi Re, setelah aku terbiasa dengan mu. Dengan semua tingkah mu, perlakuan mu padaku. Hatiku yang kosong seperti telah menemukan tuannya yang tak pernah aku biarkan siapapun masuk sebelumnya" Rendi mengungkapkan seluruh isi hatinya.

"Bahkan aku sudah mengatakannya di atap Kantor waktu itu" lanjunya

Rendi menggenggam tangan istrinya berharap apa yang ia rasakan kini dapat tersalurkan pada Rere dengan baik. Rere hanya bisa diam menatap tangan mereka yang sudah bertautan.

"Dan yang kamu lihat itu, bukan berarti aku masih menginginkannya" lanjut Rendi lagi

"Bagaimanapun dia cinta pertamamu, dan pasti sangat melegakan jika dia kembali padamu kan?" Lirih Rere yang kini berani menatap Rendi

"Ya, aku rasa begitu. Bahkan saat saat bisa bertemu dengannya adalah moment yang sangat aku dambakan. Tapi ternyata tidak. Diriku. Bahkan hatiku tak menginginkannya lagi." Ujar Rendi cepat

Rere dan Rendi saling menatap ke dalam manik mata orang yang ada di hadapnnya. Rere mencari kepalsuan disana yang tak kunjung ia temukan. Sementara Rendi menemukan kekecewaan yang makin menghilang di mata kekasih hatinya itu.

"Aku begitu sakit melihat mu menyentuh wanita lain kak" ungkap Rere yang belum melepas pandangannya ke manik mata suaminya

"Maafkan aku, menyakitimu lagi dan lagi" Ucap Rendi penuh sesal.

Aku Milik MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang