Desyca meneguk air mineral dari botol minumnya. Begitu haus nya sampai isi botol itu habis lebih setengahnya. "Hahh!! Segar!" teriak Desyca senang. Cewek slebor itu duduk di bangku lapangan di belakangnya. Dia menatap langit biru dengan sinar matahari yang sedikit redup. Memain-mainkan kakinya yang menggantung dari tanah. Dia tersenyum puas. Sambil menoleh ke arah Bejo, dia memanggil nama cowok berambut blonde itu. "Mas jo."
Mas Bejo yang baru saja ingin lanjut meneguk sisa air di botol yang dipegangnya, berpaling menatap Desyca. "Ya dek? Kenapa?" tanya cowok itu halus.
"Makasih udah ngajak aku ke sini ya, mas. Rasanya, kekesalan ku selama seminggu ini berkurang." ujar Desyca tersenyum.
"Sama-sama dek."
Meraih tas ransel nya, Desyca berpamitan ke mas Bejo. "Mas, aku balik ke kamar hotel dulu ya. Kayaknya mulai lapar hehe." cewek itu dengan slebornya menepuk-nepuk perutnya.
Mas Bejo mengangguk. "Yowes, duluan aja dek. Mas masih mau di sini."
Sesaat setelah Desyca mulai melangkahkan kakinya meninggalkan lapangan basket hotel itu, Bejo teringat akan sesuatu. 'Ah iya! Surat Dirga!'
"Dek!" panggil mas Bejo lagi.
Desyca berhenti. Menengok ke arah mas Bejo. "Ya mas? Kenapa?"
Bejo terdiam di tempatnya. Memikirkan kira-kira apa yang telah dituliskan Dirga di dalam surat itu. Apa mungkin, ini surat Cinta? Bejo berpikir kalau selama ini dia selalu mendukung apapun hal baik yang terjadi pada semua anggota tim nya. Tapi untuk kali ini, tidak apa-apa kan kalau dia bersifat egois hanya untuk kali ini saja? Tapi, apa hal itu benar-benar sikap seorang ketua?
"Mas? Kenapa?" pertanyaan Desyca membuyarkan lamunan Bejo.
"Gapapa, dek. Kamu balik aja."
"Oke! Duluan ya mas."
Bejo mengangguk. Pasti tidak apa-apa. Hanya untuk kali ini saja. Dia ingin menjadi egois. Lagipula, untuk urusan ini, dia bukan seorang ketua tim yang harus memikirkan anggotanya bukan?
🐱🐰🐱
Dirga menatap jam yang menghiasi tangan kirinya. Terus menatap jarum detik yang tak henti berjalan. Dirga mengernyitkan dahinya. Ini sudah lewat satu jam dari jam yang dijanjikan Dirga untuk Desyca di dalam suratnya. Tapi kenapa Desyca tak datang juga? Sejenak sebersit rasa curiga muncul di benak Dirga. Sesaat dia berpikir, apa mungkin mas Bejo tidak memberi surat itu pada Desyca?
Dirga menggeleng. 'Tidak mungkin! Tidak ada untungnya mas Bejo berbuat seperti itu. Lagipula, mas Bejo bukan orang yang seperti itu.' Dirga sudah bertekad, dan kini dia harus menjalankannya. Dia hanya perlu menunggu lagi. Sebentar lagi. Hanya sebentar lagi saja.
YOU ARE READING
URL
FanfictionAndai rasa rindu yg begitu dalam Terus menerus yg tumbuh dapat kupendam Takkan hatiku tertahan seperti ini cinta yg menyatukan tangan kita, untuk saling menggenggam Dan merapatkan tubuh kita untuk saling memeluk Juga menuturkan kata untuk saling men...
