Part 3

529 38 0
                                        

Bunyi jam berdetik terdengar di kamar hotel Dirga dan Reihan. Di kasur, Reihan sudah terlelap sambil memeluk gulingnya. Terlalu larut dalam mimpi sampai tak menyadari kalau Dirga, teman sekamarnya sedari tadi sudah terbangun dari tidurnya. Dirga--atau yang biasa dipanggil Desyca dengan sebutan Dirgarong--sedang duduk di bangku meja belajarnya. Menatap kertas putih yang tergolek pada meja di hadapannya. Dirga terus menatap kertas yang sudah berisi beberapa kalimat itu sambil mengetuk-ngetuk pena biru ke dagunya. Cowok pinter itu terus berpikir keras. Sibuk menulis kalimat dan mencoret kembali kalimat yang dia tulis atas rasa kurang puas.

"Arghh, kenapa membuat karya sastra seperti ini sulit sekali." gumam Dirga sambil menggaruk rambutnya frustasi.

Sungguh, saat ini Dirga Mahesa Wijaya tak tau lagi huruf apa yang akan digoreskannya pada kertas putih di hadapannya itu. Pemikiran nya buntu. Dia tak tau, dengan kata apa dia dapat mendeskripsikan apa yang dia rasakan saat ini.

Kedua bola mata Dirga perlahan membesar. 'Itu dia! Rasa!' batin Dirga. Dia mendapatkan satu kata itu.

🐱🐰🐱

Dirga menggenggam amplop polos itu erat. Terus berlari melewati kerumunan maupun lorong kosong dengan nafas yang mulai tersengal. Itu dia!  Punggung orang yang sedari tadi dia cari. Punggung lebar yang berjalan santai itu semakin dekat untuk digapai Dirga.

"Mas Bejo!!" sang pemilik nama langsung menoleh saat Dirga memanggilnya. Kornea biru miliknya menatap Dirga yang tengah sibuk mengatur nafas di hadapannya.

"Kenapa dek? Kok pake lari-lari gitu?"tanya mas Bejo pada Dirga yang tengah mengatur nafas nya. Tau Dirga tak akan langsung menjawab pertanyaannya, Bejo menunggu salah satu anggota tim fisika nya itu sampai nafasnya kembali normal.

"Mas jo." panggil Dirga saat pola pernafasannya mulai seirama. "Mas jo mau pergi main basket sama Desyca kan?"sambung Dirga yang disambut dengan anggukan dari ketua tim nya. Menatap anggukan itu, Dirga segera menyodorkan amplop putih yang sedari tadi digenggamnya erat. "Sekalian mas, tolong kasihin ini ke Desyca."ujar Dirga.

Bejo meraih amplop dari tangan Dirga. "Apa ini dek?" tanya Bejo. Sambil menatap amplop dari Dirga yang kini sudah berada di tangannya.

"Uh, bukan apa-apa kok mas. Tolong kasihin aja. Balik dulu ya mas Bejo." Belum sempat Bejo menanyai nya lagi, Dirga sudah melesat pergi. Meninggalkan surat itu di tangan mas Bejo. Yang mungkin merupakan pilihan yang salah, kalau Dirga menyerahkan benda itu pada Bejo.

URLWhere stories live. Discover now