PART 14

363 11 0
                                    

Gwen sekali lagi menyemprotkan parfumnya ke tubunya. Dan memastikan lipstik yang ia pakai sudah terulas sempurna di bibirnya yang mungil. Kevin mengajaknya untuk jalan-jalan bersama sore ini. Satu hal, Gwen tidak mungkin lupa akan janjinya. Sungguh merasa benar-benar beruntung menjadi Gwen. Renee mengintip dengan hati-hati menerawang apa yang dilakukan Gwen daritadi sehingga sama sekali tidak bisa diganggu. Renee mengerjapkan matanya dan berdeham. Gwen menyadarinya dan menengok ke arah pintu. Gwen membukakan pintu,

"Oh, Renee?" tanyanya dengan senang karena sudah banyak hal yang ia ingin katakan pada Renee.

Renee juga cukup terkejut, bukannya marah diintip, tapi Gwen malah menyambutnya dengan ramah. Renee tidak sengaja membuat suara yang menyebabkan Gwen sadar akan keberadaan dirinya. Renee duduk di atas kasur Gwen. Gwen menatapnya sembari tersenyum.

"Menurutmu, bagaimana?" penuh harap.

"Bagaimana? Ehm...sangat menawan. Ngomong-ngomong Nona ada acara apa hari ini?" Renee hanya basa basi sebenarnya, ia benar-benar penasaran.

"Kevin mengajakku jalan bersama. Tawaran menarik, bukan?" Gwen mengedipkan matanya dan kembali menatap cermin riasnya. Satu sapuan warna lagi di pipinya, maka akan menjadi sempurna.

Renee diam dan tidak menjawab. Hanya mengangguk. Hatinya begitu kaku untuk menjawab. Matanya terlalu sedih untuk berbinar. Mulutnya terlalu malas untuk tersenyum.

"Renee, aku teringat sesuatu," ujar Gwen nyaring mengagetkan pandangan Renee.

"Beberapa hari yang lalu, kamu seharian pergi dan saat malam, aku melihatmu di ruangan Ayahku. Kalau boleh tahu, apa yang kamu lakukan hari itu? Sungguh mencurigakan," Gwen tersenyum merayu Renee berkata jujur sembari tetap berdiri di depan cermin panjang yang ada di kamarnya.

"Oh, masalah itu," Renee pura-pura tenang dan mengulur waktu mencari-cari alasan. "Saya sedang mencari pekerjaan untuk magang. Harus diakui, selama ini aku belum punya kerjaan apa-apa. Jadi, mulai melamar sana sini,"Renee menghela nafasnya. Dia rasa alasannya sungguh meyakinkan.

"Pekerjaan apa itu?" Gwen nampak sangat tertarik untuk mendengarkan penjelasan panjang lebar dari Renee. Tetapi, semuanya batal. Renee hanya menjawab,

"Itu rahasia," sembari tertawa yang dipaksakan. Gwen tidak memaksanya memberi tahu apa pekerjannya. Mungkin memalukan atau mungkin terlalu keren. Entahlah, yang jelas Renee baru saja berbohong pada Gwen.

"Nona, kemana Kevin mengajak Anda?" Renee jadi penasaran sekaligus berharap hanya ke kantornya.

"Aku tidak tahu. Dia datang menjemputku sepuluh menit lagi,"Gwen melihat jam dindingnya dan mengangguk memastikan sepuluh menit lagi.

"Pastilah menyanangkan sekali," Renee agak terpaksa mencari respon yang sesuai. Sebenarnya tidak ada yang sesuai dengan perasaannya sekarang. Tapi...itu yang paling netral.

"Ngomong-ngomong, apa perasaan Nona terhadap Tuan Kevin?" lanjut Renee setelah diam beberapa detik.

Gwen duduk di kasur, di samping Renee. Matanya berkedip sekaligus memberikan isyarat. Dia tersenyum malu seolah Kevin berada di hadapannya. "Aku ingin terus berada di dekatnya. Aku ingin menjalani hidupku dengannya. Aku berharap tidak pernah berada jauh darinya meskipun hanya satu detk," Gwen diam dan menghela nafasnya sebelum hatinya terasa semakin melayang. Dia rasa, dia belum pernah menyatakan apa yang ada di dalam hatinya sejujur itu.

Renee seolah tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Ia dapat mendengar jantungnya meringis kesakitan. Apakah ini yang disebut jodoh? Jika iya, maka hancurlah seluruh harapannya.

All of My Fears (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang