PART 11

393 9 0
                                    

Renee bilang bahwa ia melihat Kylie mati dengan tragis. Kylie diikat pada kaki tangannya. Renee melihat kejadian sekitar pukul sebelas malam. Kylie sendirian di dalam gubuk kuno. Dia berdarah banyak sekali. Namun, tidak dibunuh. Di sekujur tangannya terdapat banyak tusukkan. Wajahnya habis tercambuk kawat besi. Kakinya hampir terbakar semua. Namun, Kylie masih bertahan hidup dan pembunuhnya tidak membunuh Kylie. Kylie sudah tidak sanggup merintih kesakitan. Sekujur tubuhnya seperti sudah dipotong. Renee mendekat, namun dia takut kalau penculik itu masih berjaga-jaga di sekitar Kylie. Renee yang tadinya ingin meminta bantuan,namun sudah terlambat. Baru saja Renee pergi beberapa langkah mencari bantuan, Kylie berteriak kencang sekali. Pembunuhnya masih disitu. Kylie dipukul untuk kesekian kalinya hingga mati.

"Kevin Cooper!" teriak Kylie dengan amat keras sebelum akhirnya Kylie mati. Renee tidak berani mendekat. Dia segera berlari dan bingung harus kemana di tengah malam dan di tengah hutan. Itulah alasan mengapa Renee tidak pernah ingin kembali ke panti asuhan. Ia bingung harus menjawab pertanyaan mulai darimana. Renee mendengar Kylie berteriak menyerukan nama Kevin Cooper. Hal itu menunjukkan bagaimana Kylie begitu menyayangi Kevin.

Saat Gwen mendengar cerita Renee, hatinya seakan ikut sakit.

"Baru kali ini aku mendengar cerita cinta sejati."

"Kylie sepertinya sangat menyayangi Kevin Cooper."

Gwen berhenti mengunyah dan berdiri.

"Renee, meskipun ceritamu sangat menarik, berhenti menyebut nama Kevin Cooper."

Gwen beranjak dari meja makan meninggalkan Carlotta dan Renee yang ikut ada di meja makan. Carlotta segera memanggil Gwen untuk menghentikan langkahnya.

"Nona Gwen, ada hal yang harus aku bicarakan."

Gwen berhenti dan dengan malas membalikkan tubuhnya lalu kembali ke meja makan.

"Aku akan baik saja selama kalian tidak menyebut nama pria itu lagi."

"Nona, sepertinya kita berada dalam situasi yang sama."

Gwen mulai bingung. Dan dia tertawa.

"Maksudmu?"
"Aaron bilang padaku kalau dia mencintai wanita lain. Dia menolakku dengan mentah-mentah."

Gwen hampir tersedak.

"Apa yang baru kamu katakan?"

"Aaron bilang padaku..."

"Bukan,maksudku,apa yang kamu katakan padanya?" Gwen meletakkan cangkirnya dan mengurungkan niatnya untuk minum.

"Aku katakan bahwa aku mencintainya."

Gwen semakin terkejut dan memukul kepalanya sendiri.

"Bagaimana kamu bisa dengan semurahan itu berkata seperti itu? Jangan khawatir,Carlotta. Kamu telah berjasa banyak padaku, oleh sebab itu maka aku akan membantu kamu."

Carlotta menggeleng.

"Tidak ada yang perlu diselesaikan, semua sudah jelas. Dia tidak akan bisa mencintaiku."

Gwen segera mengambil ponselnya dan menelepon Aaron. Carlotta sudah terlambat untuk mencegah Gwen melakukannya.

"Hallo,Aaron? Besok kita harus bicara dan temui aku di kantor Ayahku tepat pukul sepuluh pagi."

Gwen segera menutup telepon dan menghela nafasnya.

"Semua selesai,"ujar Gwen pada Carlotta yang sudah tidak sanggup bicara.

Carlotta hanya tersenyum dengan heran, "Aku kira itu hanya akan memperparah keadaan."

"Carlotta, cowok itu gak bisa seperti itu. Pokoknya,besok aku akan bicara sama Aaron. Dan kamu gak perlu khawatir. Kita adalah sahabat sejak kecil."

All of My Fears (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang