Daren berdecak, ada yang Alexa sembunyikan dari dirinya. Selalu saja seperti ini, Alexa tidak pernah mengatakan yang sebenarnya pada dirinya. Wanita itu selalu saja menutupi masalahnya, entah ia anggap apa sebenarnya kekasihnya ini.

"Apa penggemar ku mengancam mu lagi?" herdik Daren, ia menatap tajam ke arah Alexa agar wanita itu tidak bisa berkelit lagi. "Sudah ku bilang, Al. Seharunya aku mengenalkan mu pada semua orang bahwa kau adalah kekasih ku, aku yakin penggemarku tidak akan melakukan sesuatu yang buruk pada mu!"

"Astaga, tidak Daren. Aku tidak masalah dengan penggemar mu, itu sudah menjadi resikoku."

Bahkan ada yang jauh lebih Alexa takuti dari hanya sekedar cacian yang penggemar Daren berikan. Menjadi kekasih seoarang aktor ternama sudah menjadi resikonya jika harus di tidandas oleh penggemar Daren, mereka hanya bisa menganggap bahwa Alexa adalah seoarang fans fanatik yang tergila-gila akan Daren. Alexa menyukai predikatnya itu, 'fans fanatik seorang Daren Muller.'

"Lalu apa yang membuat kau ragu padaku, Al?"

Oh astaga, bisakah Daren tidak mendesaknya seperti ini. Dengan alasan apalagi yang harus Alexa katakan untuk menghindari Daren, menghindar dari alasan yang sebenarnya.

"Daren.."

"Cukup, Al. Pegang saja janjiku ini, aku tidak akan meninggalkan mu atau bahkan menyakitimu. Aku mohon jangan membuatku kecewa dengan penolakan mu kali ini, Al!"

Alexa benar-benar bungkam, keinginannya sama besarnya dengan Daren. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain menerima perlakuan Daren.

Daren mengecupnya dengan lembut, seperti yang biasa Daren lakukan padanya. Tidak ada penolakan dari Alexa, ia membiarkan Daren mengangakat tubuhnya untuk berpindah ke kamar Daren, bahkan televisi yang sejak tadi menyala di tengah-tengah perdebatan mereka sama sekali tidak Daren hiraukan.
Kekhawatiran yang sejak tadi menghantui Alexa seakan lenyap begitu saja, ia bisa mengetahui bahwa dirinya benar-benar sudah berada di dalam kamar Daren, bukan hanya itu saja. Punggung Alexa sudah mendarat sempurna di ranjang dengan Daren di atasnya. Sentuhan-sentuhan yang Daren berikan membuatnya lupa akan segalanya, melupakan pantangan-pantangan yang sudah ia samatkan pada seseorang.

"Aku hanya ingin agar kau tetap menjadi miliku, Alexa. Kumohon ingatkan aku jika aku menyakitimu!" bisik Daren di telinga Alexa, deruan nafas Daren semakin membuatnya tergoda. Layaknya seperti seorang jalang, Alexa menginginkan yang lebih dari ini.

Alexa tidak bisa menjawab apa pun, ia hanya bisa mengadahkan kepalanya ke atas seiring dengan kecupan-kecupan Daren di lehernya. Membiarkan tangan Daren bergerak sesuka hati, Alexa benar-benar akan menyerahkan dirinya pada Daren.

**

Alexa menatap dirinya di depan cermin, tidak ada yang berbeda dari pantulan cermin itu. Ia masih terlihat sama seperti kemarin, hanya saja ada sesuatu yang terasa hilang dari diri Alexa, sesuatu yang sudah ia berikan kepada kekasihnya.

Samat-samat ia merasakan pantulan tubuh Daren di blakangnya sambil bersandar di samping dinding di ambang pintu kamar mandi. Untung saja Alexa sudah mengenakan jubah mandi, setidak nya Daren tidak mendapatkan jatah tambahan lagi pagi ini.

"Kau masih terlihat cantik, Al. Mau sampai kapan kau menatap dirimu di depan cermin itu?" kekeh Daren dengan tawa gelinya pada Alexa. Daren kesal mengapa ia tidak bangun lebih awal saja tadi, seharusnya ia bisa melihat berapa tanda yang sudah berhasil ia buat di tubuh Alexa.

Short Story Where stories live. Discover now