Bab II : Kos-Kosan

25 2 0
                                    

Welcome in My Second Story! Cerita ini akan update (mungkin) setiap hari minggu

Jika kau tertarik, apa salahnya untuk menekan tanda bintang dan comment (σ‾▿‾)-σ

»»»»»»»»»»

Pocong itu berdiri tepat dihadapan gue, entah kenapa keringat gue bercucuran. Padahal tuh pocong ga ada serem-seremnya, cuma ga enak aja kalo lama-lama dipandang. 

"Kok malah bengong dek?" suara pocong itu benar-benar membuat gue kaget.

"Eh, iya malah bengong... Btw om kenapa rambutnya bisa gondrong gitu?" tanya gue dengan penasarannya.

"Oh ini, Pas saya masih hidup. Saya mau potong rambut gara-gara rambut udah panjang."

"terus?" (Anehnya gue ngelanjutin obrolan itu seperti ngobrol sama teman sebangku.)

"Pas udah siap mau dipotong, abang-abangnya ga sengaja malah layangin guntingnya dan ga sengaja gores leher saya dan akhirnya saya meninggal."

"Kok, bisa tiba-tiba abang-abangnya gorok leher om?" 

"Dia kaget soalnya ada cicak yang tiba-tiba loncat ke lehernya."

Buset itu lah yang langsung gue ucapkan dalam hati, 'kok, bisa gitu. Cicak bisa bunuh orang...' Saat gue denger dari cerita om pocong itu, gue sendiri jadi punya pikiran buruk semisalnya gue sendiri pengen cukur rambut.

"Btw saya panggil Condrong gak masalahkan?"

"Ga masalah sih dek..."

"Btw Condrong, jangan manggil saya dek. Condrong keliatan jadi kaya om-om penculik anak-anak..."

"Oh iya maaf, kamu siapa ya namanya?"

Gue pun langsung memperkenalkan diri gue dengan sehebat-hebatnya.

"Gue Diki, Diki Al Gunawan!!"

"Btw, Diki kenapa bisa ada disini?"

"Gini Condrong, gue mau nyari kos-kosan di sekitar sini. Condrong tau kos-kosan sekitar sini ga?"

"Tentu tau, sini ikutin saya."

Saat itu juga gue langsung percaya aja perkataan dari Condrong. Gue berjalan sambil mengikuti Condrong di depan yang menunjukan arah dan tujuan. Gak lama, sampai juga di sebuah kos-kosan 2 tingkat dan punya pohon nangka besar tepat di sampingnya.

"Disini Ndrong?" 

"Iya! Coba aja dulu..." 

Gue menuruti perkataan Condrong, gue pun mencoba mengetuk pintu penghuni kos-kosan. Gak berselang lama ada remaja yang mungkin seumuran dengan gue ngebuka pintu.

"Hmmm... nyari siapa mas?" remaja itu bertanya ke gue.

"Yang punya kos, rumahnya di mana yah kak?" tanya gue 

"Ohhh... itu, tuh di rumah di belakang masnya..."

Belakang gue? Gue langsung menengok dan ga disangka memang benar ada rumah di sana.

"Owh yang itu... Terima kasih kak..."

"Sama-sama."

Dan langsung aja gue deketin tuh rumah, menurut gue tuh rumah kaya rumah peninggalan. Gaya dan bentuk rumah mirip dengan jaman dahulu. Tanpa basa-basi gue pun langsung mengetuk pintu berwarna merah.

"Tuk...Tuk...Tuk..."

Gue tunggu 5 menit belum keluar juga yang pun kos-kosan. Mau pergi tapi, si Condrong udah pergi. Untung saja nasib berkata lain, di dalam rumah itu pun ada yang menjawab dari dalam dan langsung membukakan pintunya. Gue lagi-lagi kaget kedua kalinya,

"Pak?"

"Eh kamu nak... ada apa?"

Bapak-bapak yang nepuk punggung gue pas di lapangan ternyata yang punya kos-kosan disini!

"Anu pak... disini masih ada kos-kosan yang kosong ngga?" tanya gue dengan malu-malu.

"Owh, masih ada ko dek. Tapi di lantai 2 gpp kan?" tanya balik bapak itu.

"Gpp pak, ngomong-ngomong untuk biaya 1 bulan berapa pak?"

"Cuma 650 ribu dan fasilitasnya nanti kamu liat sendiri yah..."

"Oke pak..."

Akhirnya gue diantarkan oleh bapak itu ke kos-kosan dan diperlihatkan kamar yang kosong. 

"Gimana?Mau?"

Gue pun mikir sejenak untuk menjawabnya, menurut gue lumayan fasiltas di sana udah tergolong nyaman dan enak. Gue tinggal tidur dan orang yang jual makanan di sini juga tergolong murah.

"Oke pak, saya ambil. Ngomong-ngomong nama bapak siapa ya?"

"Nama bapak, Hasan Sumara."

"Ok pak hasan, untuk biayanya mungkin saya langsung bayar sekarang dan langsung memasukan barang saya di kamar ini." 

"Oh baiklah, dan ini kunci kamarnya. Jangan sampai hilang ya..."

"Baik pak..."

Pak Hasan pun langsung meninggalkan gue sendiri di kamar itu. Langsung aja gue taruhin barang-barang gue yang ada di tas ke dalam lemari dan tempatnya. Di dalam kamar itu juga tidak terlalu panas ataupun dingin, suhu normal tepatnya. Tapi yang gue herankan adalah tidak adanya hantu atau setan yang biasa gue lihat di kamar-kamar orang. 

"Untung ga ada apa-apa di kamar ini, tenang hidup gue."

Baru aja gue ngomong untung langsung aja gue dikejutkan pengalaman seperti Condrong. Ada cicak yang loncat ke arah gue dan langsung merayap di hidung gue. Kampret!! dengan sekuat tenaga gue tangkep tuh cicak dan langsung gue lempar keluar.

"Nasib gue kapan berubah ya?"

Ternyata mengeluh tentang nasib gue ga membuat itu semua berubah. Justru itulah yang membuat nasib semakin memburuk, dan hal itu langsung terjadi kepada gue. Gue ngeliat bocah pendek berdiri di depan pintu keluar kamer gue! 

"Kampret!!!"

CONTINUED

Diki Story!Where stories live. Discover now