Ibuku langsung kembali menghampiriku yang saat ini masih tetap di ruang tengah bersama dengan lembaran kertas ujian. Aku melihat senyum cerah penuh kelegaan milik ibuku yang membuatku semakin merasa senang. Seorang anak pasti akan memiliki kepuasan tersendiri ketika bisa membuat ibunya tersenyum seperti ini. Terakhir kali aku melihat Ibu tersenyum seperti ini adalah ketika aku diterima mengajar di SMA negeri yang aku impi-impikan.

"Whatsapp apa dia, Na? Bilang apa?"

"Cuma nanyain kabar doang sih.."

"Ya udah buruan bales, jangan buat dia terlalu lama nunggu. Kamu kalo ngomong sama dia yang sopan," ujar ibuku penuh semangat.

"Iya Bu iyaaa..."

Ibuku pun kembali lagi ke dapur karena air untuk kopi Ayah sudah mendidih. Seperginya Ibu, akupun kembali fokus pada layar ponselku dan membalas pesan Mas Irshad. Sebenarnya aku tak langsung membalasnya, aku bingung harus membalas seperti apa. Maksudnya aku bingung bahasanya seperti apa. Astaga aku tak pernah seribet ini hanya untuk sekedar membalas pesan seseorang.

Mas Irshad

Waalaikumsalam..
Alhamdulillah baik Mas.
Mas sendiri gimana kabarnya?

Alhamdulillah baik juga
Ayah sama Ibu sehat?

Sehat Mas, alhamdulillah.
Ayah sama Ibu Mas gimana?

Sehat jg alhamdulillah
Lg apa?

Aku lagi ngoreksi ini Mas.
Mas lagi apa?

Oalah iya.
Aku baru plg dr kantor.

Oalah iyaa...

Ya Tuhan sungguh aku tak tahu harus membalas apa lagi. Bagaimana kalau dia merasa bosan dengan chatku. Bukankah chat ini terlalu kaku. Sampai aku sekarang bingung, sebenarnya siapa yang kaku? Dia atau aku?

Mas Irshad

Udah maem?

Tiba-tiba aku merasa merinding dengan pertanyaan 'udah makan?'. Ngomong-ngomong aku paling sangsi dengan pertanyaan itu. Dulu waktu aku masih berpacaran dengan Mas Ardha dia hampir tidak pernah menanyakan hal itu. Namun sekarang rasanya aku ingin guling-guling di kasur karena pesan itu.

Mas Irshad

Sudah Mas.
Mas juga udah makan?

Terkutuklah kau Atsnaita Yashinta! Pesan macam apa itu huh? Bukankah itu terlihat cheesy? Biasanya aku akan langsung illfeel ketika ada laki-laki yang menanyakan hal itu kepadaku. Tapi ini, bahkan aku menimpali pesan yang sering aku bilang menggelikan itu. Sebenarnya ada apa denganku?

Kalian pikir chatingku dengan Mas Irshad lancar-lancar saja. No! Kalian salah. Dia tak langsung membalas pesanku, dia akan membalas pesanku setelah sekitar lima menit. Selama lima menit itu pula pikiranku sudah ke mana-mana, apakah ia tak berniat melanjutkan chating denganku, apakah aku membosankan, dan banyak pikiran-pikiran negatif lainnya. Aku pun tak mau kalah, aku juga tak langsung membalas pesannya. Ya, aku akui gengsiku memang cukup tinggi.

Obrolanku dan Mas Irshad pun masih terus berlanjut. Selayaknya orang yang baru berkenalan, kami saling menayakan kesibukan masing-masing. Aku juga menceritakan kesibukanku mengajar di dua sekolah dan menjadi tentor les privat Matematika. Kami tadi juga sempat membicarakan masa-masa kuliah, dan ternyata dia kuliah di tempat yang sama denganku bahkan kami satu fakultas. Sampai akhirnya obrolan kami terhenti ketika jam sudah menunjukkan pukul 21.00.

Mas Irshad

Udah malem. Sampean cepet
istirahat. Jgn terlalu diforsir.

Ya, saat itu aku memang sedang megerjakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Aku tadi sempat cerita ke Mas Irshad soal tagihan RPP dan perangkat mengajar lainnya yang harus dikumpulkan ke kurikulum beberapa hari lagi.

Aku tak hentinya tersenyum membaca pesan terakhirnya itu. Ah, mungkin itu karena aku sudah terlalu lama sendiri jadi tak ada yang memberiku perhatian seperti itu.

Mas Irshad

Iya Mas..
Selamat istirahat :)

Iya

Melihat balasan singkat Mas Irshad membuatku melengkungkan bibir ke bawah. Aku merasa sedikit kecewa. Bukankah seharusnya dia membalas 'selamat istirahat juga'? Ah benar-benar, apa yang sedang kau pikirkan Atsnaita?

Aku tidak tahu ini adalah awal yang baik atau bukan, namun dalam hati kecilku aku berharap ini adalah awal yang baik. Sekarang prioritasku adalah kedua orangtuaku. Ibuku menyukai Mas Irshad, itu poinnya. Aku tidak peduli dengan perasaanku bagaimana, toh aku percaya cinta bisa datang karena terbiasa dan yang terpenting adalag ridho orangtua. Bahkan sebenarnya beberapa hari ini aku berdoa di setiap sujudku, jika Irshad Maulana Adi memang yang terbaik untukku dan orangtuaku mohon didekatkan dan diperlancar segalanya.

🌷🌷🌷

M A R R I E D ?  ?  ? Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora