Sepuluh

32.6K 1.5K 20
                                    

Suasana panti terlihat sepi, Maria tampak membereskan ruangan tengah. Ia menghentikan kesibukannya karena mendengar suara mobil memasuki pekarangan. Maria keluar mendapati sosok Kevin yang menghampirinya dengan menundukkan kepala. Mempersilakan masuk dan sedikit penasaran ada hal apa yang membuat pria ini datang menemuinya di saat jam sibuk kantornya. Padahal bisa dengan mudah ia menyuruh pegawai menemuinya tanpa repot datang sendiri.

Tanpa basa-basi Kevin segera memberitahukan maksud kedatangannya dan sukses membuat Maria terkejut kebingungan.

"Aku ke sini ingin meminta izin padamu, aku ... akan menikahi Nina Samantha, putri asuhmu," jelas Kevin penuh keseriusan. "Aku sudah membicarakan dengannya, tapi aku yakin dia belum memberitahumu sedangkan aku ingin segera melaksanakan pernikahan ini." Kevin menatap lekat wanita paruh baya itu.

"Kau pasti terkejut, karena memang ini kenyataannya, tanpa sepengetahuanmu kami menjalin hubungan. Hubungan kami memang terlampau singkat, tapi dia sudah menerima kehadiranku di hidupnya," bohong Kevin.

Mana mungkin Maria bisa memercayainya. Bahkan mereka saja kurang lebih baru dua bulan bertemu. Tapi melihat kesungguhan ucapan Kevin, ibu paruh baya itu sedikit percaya.

"Kau yakin dengan ucapanmu, Tuan? Bahkan kau tidak tahu masa lalu Nina se--"

"Aku tahu ... aku tahu semuanya dan itu tidak masalah buatku. Kami sama-sama menerima dengan segala bentuk masa lalu dan akan memulai hidup baru. Kuharap kau merestuinya. Karena aku tidak akan lama mengulur waktu untuk menikahinya," ucap Kevin mantap.

Maria tersenyum, akhirnya ada laki-laki yang menerima Nina apa adanya. Tidak menyangka pria tampan arogan di hadapannya akan menjadi pendamping anak asuhnya. Seandainya Maria tahu apa yang sudah dilakukan pria ini dengan putrinya, tentu saja perlakuan yang diterima tidak sebaik ini.

Kevin yakin Nina pasti akan menyetujuinya karna gadis itu juga tidak mungkin bisa menutupi kehamilannya yang semakin lama semakin membesar. Ya, Nina pasti menerima pernikahan ini.

"Kalau memang seperti yang Tuan katakan, aku tentu saja merestuinya. Tapi aku juga tidak bisa mengambil keputusan. Karena Nina sendiri yang akan menentukan sebab ini menyangkut kebahagiaannya," ucap Maria.

"Nina pasti menyetujuinya. Dia hanya takut mengutarakan langsung padamu. Jadi lebih baik aku yang bergerak memulainya. Maaf, kuharap kau bisa mengerti, Nyonya." Kevin berbohong lagi.

Banyak pertanyaan ada di kepala Maria tapi rasanya sulit sekali mengutarakannya. Karena ia benar-benar melihat kesungguhan di mata pria ini. "Apakah seseorang yang kau maksud saat membatalkan proyek kemarin adalah .... Nina?" Maria memastikan.

Kevin mengangguk membenarkan. Maria menutup mulutnya tak percaya. Apakah memang seperti ini jalan Tuhan mengabulkan doanya?

Belum sempat Maria berkata tiba-tiba saja gadis yang tengah dibicarakan muncul di hadapan mereka. Membuat Kevin tersenyum seketika. Nina sengaja pulang cepat karena kondisi tubuhnya yang mengharuskan istirahat. Sialnya ia malah mendapati pria berengsek ini di sini.

Nina menatap curiga ke arah Kevin.

"Apa benar, Nak, kalian sudah menjalin hubungan dan kalian ingin merencanakan pernikahan?" tanya Maria.

Wajah Nina memucat mendengar ucapan ibunya. Degup jantungnya berpacu cepat. Ia memilih menundukkan wajah. "Maaf ..."

Maria memeluk erat tubuh Nina, mengusap air matanya. "Jangan seperti itu, Ibu bahagia akhirnya kau bisa terlepas dari masa lalumu. Ibu juga senang ada laki-laki yang mau menerimamu apa adanya. Mulailah hidup yang baru bersama Tuan Kevin. Ibu yakin, kelak beliau bisa menjadi sosok yang penyayang untukmu dan anak-anakmu," ucap Maria lembut.

SIN & LOVE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang