Satu

66.6K 2.2K 34
                                    

Suasana riuh didalam sebuah bangunan sederhana yang penuh dengan suka cita. Sebuah tempat di mana mayoritas anak-anak tidak memiliki keluarga, di sinilah mereka menghabiskan waktu dalam kasih sayang seorang ibu paruh baya yang selalu berusaha agar tempat ini selalu ada untuk anak-anak ini.

Itulah pengabdian Ibu Maria.

Di sini pun tempat tinggal seorang gadis muda yang sudah tak seceria dulu, namun selalu berusaha tersenyum di depan adik-adik asuhnya. Ya, Nina akan selalu menyembunyikan kejadian kelam pada semua orang.

Tapi tidak dengan wanita paruh baya pengurus panti ini. Bu Maria sering merasa iba setiap kali ingat kejadian lima tahun lalu.

Nina yang ceria masih mempunyai masa depan yang cerah kini tak lagi bersinar. Bahkan harapan yang sudah ditata sedemikian rupa setelah lulus sekolah kini harus ia pendam. Dan tak ada gairah kembali menjalani kehidupan. Mungkin kalau tidak ada Maria dan anak-anak panti ia sudah mengakhiri hidupnya saat itu aja.

Satu hal lagi yang selalu Nina yakini bagaimana pun ia tak akan menyalahkan takdir. Ia sudah pasrah dengan semua yang terjadi di hidupnya.

Impiannya sangat sederhana, setelah lulus sekolah ingin bekerja sambil kuliah agar bisa menjadi sarjana dan dapat pekerjaan dengan hasil yang lebih besar, agar ia bisa ikut andil dalam menyokong keuangan panti.

Tapi sang takdir tak berpihak, hingga kejadian naas merenggut semua impiannya.

Bahkan selama lima tahun ini kondisi psikisnya belum pulih. Trauma sudah pasti dialami. Bahkan untuk dekat dengan lawan jenis pun ia tak bisa.

Dengan wajah manis dan sikapnya yang lembut setiap pria pasti ingin menjadikan miliknya. Tapi Nina selalu menghindar setiap kali teman laki-laki mendekatinya.

Nina selalu merasa tak layak dimiliki pria manapun. Karena dia sudah ternoda dan setiap pria manapun menginginkan wanita yang masih suci, bukan seperti dirinya. Bahkan menikah adalah impian setiap wanita tapi tidak dengan Nina.

Entahlah, trauma ini mengikis kepercayaan dirinya. Meskipun ia selalu rutin kontrol dengan seorang psikiater dia tetap tak bisa melupakan kejadian itu.

Paling tidak ia sudah bisa sedikit berbaur dan itu sudah cukup karena Nina juga tak mau membuat Maria sedih melihat keterpurukannya.

🍃🍃🍃

Kemungkinan hari ini adalah terakhir kalinya Nina menemui dokter. Yah, dokter Lucy yang begitu baik dan sabar menangani psikis Nina sejak lima tahun lalu.

Dia selalu menyemangati Nina untuk terus berjuang dalam menjalani kehidupan.

Bahkan selama lima tahun ini dokter Lucy menolong Nina tanpa meminta bayaran sepeser pun. Itulah yang membuat Nina sering merasa tak enak hati selalu merepotkan dokter Lucy.

Dia sangat menyayangi Nina seperti anaknya bahkan pada saat putranya Arlan Moreno yang berprofesi sebagai dokter juga mengatakan menyukai pasien dari sang ibu, Lucy sangat mendukung dan tentu saja mencoba mendekati Arlan dan Nina.

Tapi Nina tetaplah gadis yang masih diliputi kekelaman trauma itu meski Arlan dengan tulus menyayangi Nina apa adanya tanpa mempermasalahkan peristiwa itu.

Karena Arlan pun sudah jatuh hati dengan kepolosan dan kelembutan gadis itu.

Nina sudah sampai di toko bunga milik bibi Mey. Hampir enam bulan ini Nina bekerja di sini. Selesai membantu bu Maria di panti ia bergegas ke toko bunga. Setidaknya ia sudah mulai berani berhubungan dengan orang luar. Ingin sekali ia bekerja di luar sana yang materinya lebih menjamin tapi dirinya masih terlalu takut.

Bahkan saat Arlan mencoba menawarkan pekerjaan dengan rekannya Nina selalu takut dan menolak.

Kalau saja Nina mau menerima Arlan sudah pasti Arlan akan menyayangi Nina dengan segenap jiwanya dan akan terus berusaha menghilangkan trauma itu.

Jauh di hati kecil sang dokter selalu berdoa agar Nina selalu bahagia dan berharap mau membuka hatinya untuk sebuah cinta.

.

.

.



*22 september 2017

SIN & LOVE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang