50. Petaka Besar -1-

Start from the beginning
                                    

"Kau sungguh tak punya hati!!!" Ino berteriak kencang memekakkan telinga hingga Shikamaru berjengit.

"Hei Nona, pelankan suaramu!!! Kau pikir ini studio karaoke, hah!!" Protes Shikamaru lengkap dengan tampang malasnya.

'Hei apa-apaan itu?' Sakura nampak tak suka dan melototkan mata hijaunya, iya meremas jari-jarinya siap untuk meninju Shikamaru yang tak membiarkannya dan Ino mengunjungi Hinata.

"Katakan pada teman kalian yang manja itu, jika takut pada proses hukum, jangan sekali-sekali berurusan dengan ranah hukum, apalagi sampai memberi perlindungan pada penjahat international."

"Hinata tak tahu apapun Shika." Shikamaru yang hendak melenggang pergi, membatalkan niatnya saat mendengar suara seseorang, suara yang amat ia kenali, suara orang yang membuatnya harus terperangkap di kantor polisi dengan kasus merepotkan dan meninggalkan singgasana damainya di kantor Badan Intelegent Negara.

"Ck..." Shikamaru berdecak kesal saat mendapati Naruto bersama dua orang sahabatnya mendekat. "Kau tahu Naruto? Ini sangat merepotkan, jika saja bukan Komisaris yang menarik ku langsung menggantikanmu dalam kasus ini, aku tak mau berurusan dengan drama semacam ini, hmmm.... seharusnya kau juga tak membuat ulah. Hingga kau bisa mengurusi kasus ini sampai akhir."

Naruto tersenyum tipis mendengar keluhan Shikamaru dalam menghadapi gadisnya. "Kau tidak membuatnya menangis, bukan?"

"Sulit." Jawab Shikamaru frustasi, "saat aku membuka mulut dia sudah ketakukan. Maaf harus menjadikannya sebagai tersangka, kau tahu? Gadismu itu sangat-sangat tak bisa diajak bekerja sama."

"Kau memberi tekanan padanya agar bisa menyelsaikan interogasi dengan cepat, dan lihat?" Sasuke menyeringai sembari menunjukkan salinan berita acara penyidikkan di tangannya. "Kau menggenapi tugas Naruto yang belum terselesaikan. Status tersangka bisa di lepaskan sesuai dengan jalannya persidangan, dan membuat status Nona Hyuuga itu menjadi tersangka kau berhasil membuat Toneri resmi menjadi terdakwa dan tahanan kejaksaan, otak briliant, Shikamaru."

"Khe..." Shikamaru menyeringai tipis, "jangan terlalu banyak bicara disini. Dinding di kantor polisi ini punya telinga. Kita bicara di ruangan Naruto."

Ucapan Shikamaru sontak membuat Sasuke, Naruto dan Sai saling berpandangan, bagaimanapun mereka tahu bahwa Naruto sudah tidak mempunyai ruangan lagi dengan pangkat yang sekarang ini.

"Ck, lelucon apa yang kau buat ini Shikamaru." Sasuke berdecak kesal. "Si Dobe ini bukan lagi-"

"Sstttt..." Shikamaru memotong ucapan Sasuke dan mengisyaratkan pria raven itu tutup mulut. "Disini tidak aman."

...

Alphard hitam berhenti di halaman luas, tepat di salah satu mansion megah bagai istana yang terletak distrik elit, Setagaya. Seorang pria berjas hitam rapi, nampak berlari tergopoh-gopoh menuju mobil mewah tersebut, takut bila sang majikan lebih dahulu turun dari mobil sebelum ia membukakan pintu.

"Okaerinasai, Hiashi-sama..." Kou, pria berstelan jas hitam itu membungkuk memberi hormat pada seseorang yang turun lebih dahulu dari pintu belakang yang di peruntukkan bagi penumpang.

"Hn." Jawab Hiashi dingin tanpa mengalihkan pandangannya yang lurus kedepan.

"Hiashi-sama, gomenasai...." Hiashi menghentikan langkahnya ketika mulut kepala pelayan yang setia mengikutinya selama hampir sepuluh tahun itu melontarkan  perkataan maaf dengan penuh penyesalan. Hingga ia lupa bahwa sang tuan muda juga baru saja turun dari mobil dan tidak mendapatkan penghormatan darinya.

Sweet DreamWhere stories live. Discover now