Dia menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur. Dia mengacak rambutnya kesal dan membuka tab yang diberikan Alfaro.

Disana sudah terdapat jadwal Alfaro selama di luar kota dan apa saja yang harus disiapkan Karina sebagai sekretaris sementara menggantikan Nancy.

Karina mempersiapkan itu semua karena dia tidak mau Alfaro memarahinya lagi karena kerjanya yang dianggap tidak beres oleh Alfaro.

Pukul tujuh malam, Karina keluar dari kamarnya dan langsung menuju restoran. Karina sangat cantik dan kelihatan segar dengan dress yang dipakainya malam ini. Warnanya sangat cocok di pakai untuk kulit putihnya.

Kepalanya celingukan mencari sosok Alfaro dan disana sudah ada Alfaro duduk dengan angkuhnya. Karina menghampiri Alfaro sambil membawa beberapa berkas.

"Tuan" katanya pelan.

Alfaro mengangkat kepalanya dan dia terpesona dengan penampilan Karina. Karina sangat cantik malam ini walaupun bagi sebagian orang wajahnya akan sangat menganggu.

Alfaro berdiri dan tanpa basa basi dia menyelipkan rambut ke belakang telinga Karina. Alfaro benci jika Karina menutupi bekas lukanya. Hatinya akan semakin sakit jika Karina melakukan itu.

"Aku tidak suka kau menutupi bekas luka ini" bisik Alfaro.

"Tapi tuan, rekan bisnis anda akan sangat terganggu"

"Aku tidak peduli, sekarang mana berkasnya"

Karina memberikan berkas yang diperlukan Alfaro sebelum rekan bisnisnya datang. Karina sendiri berdiri di belakang Alfaro saat rekan bisnis Alfaro datang.

Benar saja bahwa rekan bisnis Alfaro memandang sinis Karina karena melihat bekas luka di wajah Karina.

Alfaro berdehem untuk menghentikan tatapan pria itu.

"Bisa kita lanjut karena waktu akan sangat terbuang jika anda hanya memandang wajah asisten pribadi saya"

"Maaf tuan Dimitri, mari kita lanjutkan"

Karina benar-benar menahan perasaannya. Sejujurnya dia malu dengan bekas luka di wajahnya ini tapi dia tahu dia harus menghadapi kenyataan bahwa luka ini tidak akan pernah hilang.

Setelah dua jam membicarakan bisnis akhirnya pertemuan Alfaro selesai juga. Karina menarik nafas lega karena dengan begitu dia terbebas dari tatapan aneh orang-orang.

Karina tanpa sadar menyentuh bekas lukanya dan Alfaro melihat semua itu. Ingin rasanya Alfaro menyentuh luka itu dan dengan kekuasaan yang dia miliki, bekas luka itu tidak ada apa-apanya. Dia sadar dia tidak bisa melakukan itu sekarang dengan Karina yang pasti membencinya dan dengan dia yang masih terlalu gengsi.

"Ikuti aku" perintah Alfaro membuat Karina tersadar dan mengangguk.

Karina mengikuti Alfaro dari belakang dan saat itu dia memandang punggung kekar Alfaro. Dia tersenyum sesaat kemudian segera menghilangkan senyuman itu dari wajahnya. Andaikan Alfaro tidak selalu sinis dengannya dan membulinya, Karina yakin dia bisa berteman dengan Alfaro.

Karina bingung ketika Alfaro membawanya ke sebuah rumah makan kecil.

"Aku lapar jadi kau harus menemaniku makan" Alfaro memilih duduk di sudut ruangan.

Alfaro sengaja membawa Karina makan di rumah makan kecil ini karena dia tahu Karina merasa tidak nyaman jika berada di restoran. Alfaro tahu bahwa orang-orang selalu memandang wajah Karina. Di tempat ini biarpun cukup ramai tapi tidak ada yang terlalu memperhatikan Karina dan Alfaro senang melihatnya.

Setelah memesan makanan dan menunggu pesanan mereka, Alfaro pergi ke toilet. Karina menunggu sendiri di meja.

"Kau Karina kan? " seorang pria menyapa Karina.

"Iya dan kau siapa?" jawab Karina ragu.

"Apa kau lupa denganku, ayolah"pria itu seenaknya duduk di hadapan Karina.

Karina memperhatikan wajah pria itu lama dan kemudian dia teringat seseorang.

"Jeremy" pekik Karina sambil tersenyum.

"Ya, akhirnya kau mengingatku"

"Kau yang merusak buku catatanku" Kata Karina tertawa dan wajah Jeremy seketika berubah tapi hanya sesaat.

"Apa kabarmu?" tanya Jeremy.

"Aku baik dan kau?" aku juga baik.

"Apa yang kau lakukan disini sendiri?"

Karina hanya diam, dia tidak sendiri karena dia bersama Alfaro.

Belum sempat Karina menjawab, Alfaro sudah berada di sampingnya.

**
Alfaro keluar dari toilet dan wajahnya langsung berubah saat melihat Karina berbicara dengan seorang pria. Alfaro tidak terima jika Karina berbicara dengan seorang pria.

Dia segera menghampiri Karina dengan raut wajah marah.

"Karina" bentaknya dan Karina terkejut begitu juga Jeremy.
"Kita harus segera kembali ke hotel" Alfaro menarik tangan Karina kemudian merangkul tubuh Karina menjauh dari Jeremy.

Dia memberikan beberapa lembar uang ketika melewati kasir dan segera membawa Karina masuk ke dalam mobilnya.

Jeremy hanya bisa terdiam dan bingung. Dia tidak mengenal Alfaro saat itu, dia hanya beranggapan bahwa pria yang menarik Karina adalah kekasih Karina.

Alfaro mendorong Karina masuk ke dalam mobil dengan sedikit kasar.

"Ada apa tuan" tanya Karina polos.

"Diam saja kau! " bentak Alfaro.

Karina ketakutan melihat Alfaro seperti ini. Alfaro sendiri berusaha kuat menahan emosinya, tampak dari garis rahangnya yang mengeras.

**
Karina hanya duduk diam sambil melipat kedua lututnya di dada. Sekembalinya ke hotel, Alfaro membawa Karina ke kamarnya.

Alfaro duduk di hadapan Karina sambil menatap Karina tajam. Karina menundukkan kepalanya karena takut dengan tatapan Alfaro.

"Tatap aku" perintah Alfaro.

Karina ragu tapi dia tahu bahwa dia harus menuruti perintah Alfaro. Karina mengangkat kepalanya dan matanya langsung menatap Alfaro.

"Kau tahu kesalahanmu?" tanya Alfaro.

Karina menggelengkan kepalanya sambil menahan tangisnya.

"Bagaimana mungkin kau tidak tahu salahmu" Alfaro mulai meninggikan suaranya.

"Maaf tuan tapi apa salah saya?"

"Aku ingatkan kau ya, jangan mau berbicara dengan pria lain jika sedang bersamaku. Aku tidak suka itu dan bisa saja pria itu orang jahat yang ingin menghancurkan diriku atau perusahaanku" Alfaro berusaha memberi alasan padahal sejujurnya dia tidak rela Karina berbicara dengan pria lain.

"Tapi tuan... "

"Jangan membantahku Karina, dengar baik-baik"

Karina menganggukan kepalanya sambil menangis. Alfaro tersadar dan dia menyesal sudah membuat Karina menangis. Dia mendekati Karina dan duduk di samping Karina.

Tanpa Karina duga, dia memeluk Karina.

"Jangan pernah melawan perintahku lagi ya Nana" Alfaro menatap Karina dan tangannya mengelus bekas luka Karina.

Alfaro mencium bibir Karina walaupun Karina tidak membalasnya. Karina hanya membelalakan matanya saat bibir Alfaro menyentuh bibirnya.

Karina bingung dengan apa yang terjadi. Alfaro baru saja sangat marah pada dirinya tapi sekarang dia mencium Karina. Sebenarnya apa yang Alfaro rasakan padanya, Karina sangat bingung. Jujur saja Karina tidak hanya bingung tapi takut dengan sikap Alfaro. Bel peringatan agar hati-hati berdentang di pikiran Karina. Alfaro bisa sangat berbahaya baginya.

Alfaro sendiri terkejut dengan apa yang dilakukannya tapi dia menepis perasaan itu. Sekarang dia hanya ingin mencium Karina. Bagi Alfaro Karina adalah miliknya dari dulu. Tidak pernah ada wanita lain yang bisa menggantikan Karina di hatinya.

#
#
#
#
#
Maaf utk typo yg ada
By:queen_carol

Alfa dan Karina (Sudah Ada Versi Ebook)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora