23 - Jebakan

11.1K 1.3K 231
                                    

23 – Jebakan

"Bangun Carl!" Alec menyentak, ia duduk di kepala kursi meja makan, memimpin keluarganya yang belum sepenuhnya kembali dari keterkejutannya.

Carlyle bangkit berdiri dan berjalan gontai ke arah kursi di sisi Eliza, makanan yang terhidang di hadapan mereka mendadak tidak tersentuh. Suasana berubah menjad tegang, seluruh pandangan hanya terpaku pada piring yang masih tertelungkup di hadapan mereka. Alec berjalan dengan langkah tegas, memencet tombol intercom pada sudut ruangan. "Panggilkan Wingston," ucapnya sedikit menyentak.

"Kita pikirkan solusinya saat ini juga, di ruangan ini juga, dan di meja ini juga," ucap Alec tegas pada seluruh anggota keluarganya.

Tidak lama kemudian Jeremy Wingston muncul dengan wajah mengeras, menatap Carlyle dengan pandangan buas. "Ada yang bisa saya lakukan, Yang Mulia?"

"Duduklah, Mr. Wingston," titah Alec, kemudian ia menatap Jeremy Wingston tajam. "Keputusan pertamaku, aku ingin Seana Horesten atau Seana Wingston tetap berada di arena Istana Kerajaan Falks sampai dengan hubungan antara Kerajaan Falks dan Werewolf membaik."

"Tapi Yang Mulia, ibu dan kakek—"

"Aku tahu, Mr. Wingston. Tetapi melepaskan Seana ke Kerajaan Werewolf sama saja dengan kau melepaskan putrimu ke tangan Rutherford. Bangsa Falks dilarang masuk ke wilayah Bangsa Werewolf, begitu pun sebaliknya. Mungkin kau lupa bahwa kau adalah falks dan kau tidak dapat mendampingi Seana untuk hadir pada pemakaman ibu dan kakeknya."

Jeremy Wingston terdiam. "Saya mengerti,"

"Yang kedua, aku mau identitas pembunuh atas sembilan puluh enam werewolf dihilangkan."

Jeremy Wingston menatap Alec datar. "Apakah maksud Anda, mengorbankan orang lain untuk mengakui atas kejahatan yang diperbuat Pangeran Mahkota?"

Alec tersenyum kaku. "Ya."

"Saya—" Jeremy mengembuskan napas panjang, "Baik, Yang Mulia."

"Yang ketiga, aku ingin kau menuliskan pesan untuk Rutherford, bahwa jika sampai dalam satu bulan terhitung dari hari ini ia tidak mampu menemukan Alexander Rutherford, maka perang jalan keluarnya."

"Baik, Yang Mulia."

Alec menatap Carlyle datar. "Dan sekarang aku bertanya padamu Pangeran Mahkota, bagaimana bisa kau membunuh keluarga dari mate-mu? Apakah amarah membuatmu menjadi dungu?"

Carlyle mengepalkan tangannya di bawah meja, menyembunyikan getar tangannya yang menghebat. "Aku tidak tahu bahwa mereka adalah keluarga Seana. Aku tidak pernah melihat mereka dalam bentuk werewolf, bahkan aku belum pernah bertemu mereka dalam sosok aslinya. Jadi aku hanya menyerang mereka dan membunuh mereka sesuai dengan naluriku."

"Kau membunuh mereka dalam keadaan berbentuk menjadi hewani?" tanya Evan, keningnya berkerut, menyelidik.

"Ya, aku—" Tenggorokan Carlyle tercekat.

"Werewolf perempuan tidak mampu berubah menjadi sosok hewani," ucap Aubree, lalu menatap Alec tegas. "Ini jebakan."

Alec menatap Jeremy datar. "Kau telah mendapatkan informasi akurat, Mr. Wingston?"

Jeremy mengangguk pelan. "Ya, telah dibenarkan oleh perwakilan Werewolf di Neterity bahwa kedua dari delapan werewolf adalah Gideon dan Bethany Horesten."

Amaris menyandarkan punggungnya ke kursi. "Apa ini ada hubungannya dengan keeempat tangan Aiden?"

Semua mata menatap Amaris tidak mengerti.

"Aku melihat Ansley di pemakaman Marc,"

"Tidak," jawab Adam tegas. "Bisa kupastikan ini tidak ada hubungannya dengan mereka. Ini murni jebakan yang mengarahkan Carlyle sebagai pembunuh ketua Kingmoon's Pack dan putrinya." Adam menatap Alec tajam. "Dan jebakan ini muaranya akan mengarah kepadamu, Alec."

THE HALF BLOODWhere stories live. Discover now