3 | breaking point

716 172 62
                                        

29 days before

"Michaeeeel! Look what I made for ya." ucap Leanne dengan riang. Tangannya menyodorkan sebuah kertas bergambar kepada Michael.

Michael yang masih lemas karena ia baru saja bangun tidur dengan segera menarik kertas yang ada di tangan Leanne. Matanya lalu terbuka lebar karena kagum melihat sebuah lukisan dirinya yang dibuat Leanne.

"Gila guenya ganteng banget di sini," ucapnya. Tapi alisnya kemudian mengkerut. "Eh kok rambut gue warna ungu? Kan sekarang biru."

Leanne memutar kedua bola matanya dengan malas. "Yaelah, itu gambarnya bulan kemarin."

Michael lalu tidak menjawab. Dia hanya tertawa-tawa senang. Leanne suka melihat Michael yang seperti ini, yang terlihat sangat sehat.

Ralat, setidaknya membaik sebelum sepenuhnya sehat. Ya harapnya begitulah hasil dari CT-Scan yang dilakukannya minggu lalu. Hasil CT-Scannya seharusnya sudah bisa di ambil sore ini. Karen dan Daryl sedang mengecek. Itu sebabnya Leanne menemani Michael sendiri.

"Eh iya omong-omong tadi lo ketemu Calum gak di kampus?" tanya Michael. Leanne hanya menggeleng.

"Engga, dia setau gue lagi ada pengamatan gitu sebulan di Adelaide. Kenapa?"

Michael hanya tersenyum kecut dengan kepalanya yang menunduk. Ia menggeleng pelan.

"Dih kok malah geleng-geleng? Kenapa?"

"Gak kenapa-kenapa. Kangen aja rasanya sama Calum. Semenjak dia kuliah, dia jadi jarang jenguk gue," jawab Michael. Mata hijaunya memperlihatkan sebuah kekecewaan.

Leanne tau pasti Michael sedih karena Calum, teman seperjuangannya semenjak mereka di middle school, jarang menjenguknya. Keadaan Michael yang seperti ini memaksanya untuk tidak meninggalkan rumah sakit ini, bahkan hanya untuk ke rumahnya.

Kedua dari mereka kemudian diam tidak berbicara. Hanya suara dari elektrokardigram jantung yang ada di samping Michael yang terdengar. Tahu-tahu pintu kamar terbuka. Memperlihatkan Karen dan Daryl dengan sebuah amplop besar di tangannya.

"Hey mum!" ucap Michael girang. "How's the result?"

Karen dan Daryl pun melangkah mendekati ranjang Michael. Keduanya kemudian mengusap punggung tangan Michael pelan.

"I'm so sorry, Michael," Daryl membuang nafas berat. "Kamu harus kuat."

"K-kenapa? Hasilnya bagus kan? Iya kan?" Michael berbicara dengan intonasi suaranya yang mulai meninggi. Kepanikan tersirat jelas dari kedua mata hijaunya.

Karen dan Daryl terdiam. Mereka saling melempar tatap seperti memutuskan siapa yang akan memberi tahu. Michael dan Leanne hanya bisa dengan bingung menunggu kedua orang tua Michael untuk memberi tahu.

Gak, hasil check upnya pasti bagus. Iya, pasti, batin Leanne.

"Hey? Jawab mum, dad. Kasih tau Mike hasilnya."

Untuk yang kesekian kalinya Daryl menghela nafas berat. Tangannya lalu bergerak memberi amplop besar itu kepada Michael. Dan Karen dengan mata yang mulai terlihat basah menjawab pertanyaan Michael.

"The result showed that the chemotherapy -not even a bit- worked on your body. The cancer cells keep spreading to your back bone. And doctor said your life would not be longer than 4 weeks."

***

A/n

Gatega gue nulis beginian:(

Chap selanjutnya gabegini amat kokk aseli

Your vomments are my support tq :)

Last Days | m.cWhere stories live. Discover now