6 | h-4

564 154 53
                                    

4 days before.

"Demi apapun, Michael, lepasin gue setan!"

Sudah ke yang sekian kalinya Leanne berteriak pada Michael yang duduk di kursi depan mobil. Ia meminta untuk dilepaskan ikatan pada pergelangan tangannya dan kain hitam yang menutup pandangannya. Tapi sayang, Michael tidak menghiraukannya sama sekali.

"Diem ya, Le. Lo berisik, sumpah deh," tukas Michael santai.

"Diem pala lo kotak! Gue diiket sama mata gue ditutup begini sialan!" omel Leanne lagi.

Tapi tak usah repot-repot, Michael tetap tidak memperdulikannya. Matanya tetap terpaku pada jalanan melalui jendela mobil.

"Ini juga si imigran Thailand! Malah sekongkol sama si papa smurf!"

Yang dimaksud Leanne dengan imigran Thailand adalah Calum. Dia ada di dalam mobil yang sama dengan Michael dan Leanne. Michael yang memintanya untuk ikut. Mulai dari perencanaan, hingga transport menuju lokasi eksekusinya sekarang; Calum yang menyetir mobil. Michael berniat memberikan sedikit kejutan untuk Leanne. Tapi sepertinya gadis berpipi tembam itu tidak suka kejutan.

"Eh pada bolot ya? Lepasin gue woy."

Michael dan Calum masih diam.

"Lo mau nyulik gue hah?! Oh atau jangan jangan kalian mafia? Astaga, hidup gue kenapa begini."

Kemungkinan yang tidak-tidak mulai terbayang oleh Leanne. Ia menyebut dengan meneriakan segala kemungkinan yang ada di dalam otaknya. Dan itu membuat Michael menyesal tidak menutup mulut gadis itu juga.

"Kebanyakan nonton drama indosiar lo dasar, "ucap Calum santai.

"Berisik lo botak! Lepasin gue anjir, gue gak be-"

Ucapan Leanne lalu tertahan saat dirasakan mobil yang ditumpanginya berhenti.

"Kita udah sampe?" tanya Leanne singkat.

"Yep," Michael melepas ikatan pada tangan dan membuka kain penutup mata Leanne. Ia lalu menarik tangan gadis itu. "Ayo keluar."

Leanne mendadak diam. Bukan karena kagum atau apa, tapi karena takut. Ia takut gelap. Bagaimana tidak, sejauh matanya memandang, ia hanya melihat sebuah lapangan kosong dengan rumput disekitarnya juga bangku kayu yang berada tak jauh dari mobil.

"Gelap banget, Mike. Kita pulang aja yuk," ucap Leanne gemetar.

Michael menggeleng cepat lalu melepas cengkeraman kuku-kuku tajam Leanne pada lengannya. "I'm here, girl. Now let's get out. Calum juga mau pulang tuh."

Mendengar ucapan Michael, Leanne menolehkan kepalanya ke arah Calum. Dan benar saja, cowok itu nampak sudah siap melajukan mobilnya untuk pulang dengan wajah mengantuk.

"Tapi-"

"Gak ada tapi, sekarang ayo ikut gue."

Tangan kanan Michael lalu menarik pergelangan tangan Leanne pelan. Sedangkan tangan sebelahnya menyeret koper yang entah berisi apa dan sejak kapan ada di sana. Michael secara tiba-tiba menghentikan langkahnya saat sudah sampai pada sebuah bangku kayu tua.

"Nah sekarang lo diem duduk di sini. Nanti gue balik lagi."

Leanne tidak membantah. Ia melakukan apa yang Michael pinta. Dirinya mendudukan diri pada bangku kayu itu dan mulai memperhatikan Michael yang terlihat mondar-mandir tidak jelas.

"Lo ngapain si?" tanya Leanne heran.

"Ssh, I've told you to just sit in there, not asking any question, okay?"

Leanne hanya mengangguk pelan.

Michael terus melakukan urusannya. Dibukanya koper birunya dan mengeluarkan karpet berbulu berwarna biru navy. Tak lupa juga selimut tebal dan beberapa bantal kecil.

Setelah menggelar karpet berbulu di atas lapangan kosong, Michael meletakkan bantal bantal pada ujung karpet. Beberapa snack juga juga ia ambil dari dalam koper, tak lupa juga dua gelas coklat panas yang sempat dibeli tadi. Semuanya Michael tata pada karpet. Sedangkan Leanne hanya memperhatikannya berlari mondar-mandir.

Setelah 10 menit, akhirnya semua sudah siap.

Michael menarik pergelangan tangan Leanne untuk bangkit. "Ayo ke sini."

Leanne menggeleng cepat lalu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. "Nope."

Michael mengangkat kedua bahunya. "Yaudah bagus, tutup mata aja. Gue tuntun ke lapangan."

Detik selanjutnya Michael mulai melangkahkan kakinya mendekati lapangan. Tidak jauh, hanya sekitar 10 meter.

"Sekarang buka deh mata lo."

Leanne mengikuti perintah Michael. Ia melihat ke depan. Matanya terbuka lebar dengan tangannya yang sekarang menutup mulutnya yang terbuka.

"Enchanted, huh?" tanya Michael.

Michael yakin Leanne sama kagumnya dengan dirinya sekarang. Matanya menatap pemandangan di hadapannya. Langit gelap nan luas yang penuh tertutupi oleh gemerlap bintang-bintang bertaburan. Lampu kota dan rumah penduduk di bawah bukit ini juga menambah cantiknya pemandangan.

"Oh gosh, I always love city lights," Leanne menolehkan kepalanya ke arah Michael. "Tapi, gue gak pernah lihat yang begini sebelumnya."

Senyum gadis itu mengembang lebar. Ia memeluk Michael refleks karena senang lalu menyandarkan kepalanya disisi lengan Michael.

"Will you have a sleepover right here?" Michael mengajak Leanne duduk di atas karpet dan bersandar pada sebuah batang pohon di belakangnya.

"Maulah! Thanks a lot, kitten."

"My pleasure, miss." Michael lalu tersenyum simpul. Tangannya terlingkar pada bahu Leanne untuk menariknya mendekat sebelum akhirnya berbisik.

"I'll make you glad as long as I have time in this world."

***

WHOA SUCH A LATE LATE UPDATE, YEAH?

kek ada yg nungguin cerita lu update ae nin hhhhh.

I been busy working, belom lagi atasannya kejam, gue kena over time mulu, ga dikasi kasi pulang:((

Yaudah, sekian.

Wassalam

Nindy Clifford

Last Days | m.cTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang