Kyuu: Sayonara Memories

25 5 1
                                    

“Fumi, ayo bangun! Nanti kau akan terlambat ke sekolah.”

Dunia masih terlihat gelap, sangat gelap. Dan suara Takuya-niichan terdengar sayup-sayup. Aku dimana? Dimana Takuya-niichan berada? Apakah aku tersesat di dunia yang asing?

“Fumi, Ayo bangun! Mengapa kau sulit sekali untuk dibangunkan?”

Tiba-tiba, terlihat samar cahaya yang sangat redup di dunia gelap itu, semakin lama semakin terang hingga akhirnya cahaya itu dapat menyinari seluruh ruangan gelap itu. Dan aku dapat melihat seluruh isi ruangan itu. Oh? Ternyata kamarku, Takuya-niichan sudah berdiri di sisi tempat tidurku.

Ohayou[1].”

Aku masih mengerjap-ngerjapkan mataku dan berusaha melihat Takuya-niichan.

Ohayou, Fumi.” Sapa Takuya-niichan sekali lagi.

          “Ohayou, niichan.” Kubangkitkan tubuhku dan memegang erat kepalaku yang sedikit pusing.

Daijoubu?” khawatir Takuya-niichan.

“Sepertinya aku mengingat suatu hal yang aneh.”

          “Apa itu?”

“Aku tidak bisa mengingatnya.”

“Mungkin kau mencoba mengingat mimpimu semalam. Jangan lupa cuci mukamu, air liurmu berserakan kemana-mana, tuh.”

          “Niichan, bodoh!” aku melempari bantal guling ke arah Takuya-niichan yang tertawa dan langsung meninggalkan kamarku.

Sebenarnya aku sangat enggan meninggalkan tempat tidurku, tapi mau bagaimana lagi aku harus masuk di hari pertamaku masuk sekolah. Ya, Koukousei. Cepat sekali aku tumbuh besar.

          Dengan sempoyongan dan berusaha keras menggapai-gapaikan setengah dari nyawaku yang masih bertebangan, aku berjalan menuju kamar mandi. Setelah itu aku menuju lemari dan kuraih seifuku[2] baruku. Dengan blazer berwarna biru tua berdsi kotak-kotak biru tua, kemeja berwarna putih, dan rok pendek berwarna senada dengan dasi.

          “Yosh! Aku terlihat sangat kawaii dengan seragam ini.” Pujiku di depan cermin sambil memeletkan lidahku dan memamerkan jari telunjuk dan jari tengahku sehingga berbentuk V, terdiam, dan tertawa kecil. Lalu kusisir rambut panjang lurusku berwarna hitam, dan ku jepit poniku yang mulai panjang dengan jepit rambut mungil berwarna pink. Lalu kuraih tasku dengan gantungan tas berbentuk sebuah teddy bear kecil dan berlari meninggalkan kamarku.

Ohayou.” Sapaku.

Ohayou, Fumi.” Sapa Kaasan, Tousan, dan Takuya-niichan yang sudah duduk di meja makan yang sedari tadi menunggu kehadiranku. Lalu menatapku sebentar.

Nani ka. Mengapa kalian melihatku seperti itu?” Aku kebingungan dan menatap tajam mereka.

Kawaii Fumi!” Puji Tousan sambil tetap menatapku.

Kawaii, kau pantas sekali memakai seifuku itu.” Takuya-niichan berkata sambil menyengir.

Kaasan hanya diam dan berjalan kearahku, lalu menyentuh dasiku dan merapikannya. “Sudah rapi, jadi terlihat semakin kawaii.” Ucap Kaasan sambil tersenyum.

Aku hanya gelagapan menahan malu, dan pastinya salah tingkah. Mataku jadi tak sanggup melawan tatapan mata mereka yang masih antusias melihatku, maksudku seragamku­­. Wajahku berubah menjadi merah padam. “Yamette[3], kalian menjadi menyebalkan sekali.” Kataku sambil duduk disebelah Takuya-niichan. “Ittadakimasu.” Ucapku sambil melekatkan kedua telapak tanganku, meraih sumpit didepanku dan menyantap gohan dan mengambil beberapa tamagoyaki dengan ekspresi yang menyebalkan.

Giniro HikousenWhere stories live. Discover now