Purorōgu

53 5 0
                                    

“Yasuko-kun[1]?! YASUKO­-KUN?!” Mataku spontan terbuka lebar dan terbangun dari mimpi burukku. Keringat keluar deras membasahi pelipis, desahan nafas yang terdengar tak karuan. Mataku menatapi setiap sudut kamarku. Tidak, ini bukan kamarku. Aku berada di ruangan kosong tanpa apapun. Tanpa pintu, tanpa jendela dan fentilasi udara. Dan lebih tepatnya lagi, aku sendiri. “Ini dimana?”

          “Kau di dunia lain, Fumiko.”

Aku langsung mencari asal suara tersebut yang terarah dari sudut ruangan yang terlihat remang-remang. “Kau... Yasuko-kun? Kau masih hidup?!”

Ia hanya tersenyum.

“Apa maksudnya ini?! Sedang apa kau disini? Kau sudah meninggal... Aku percaya itu.” Detak jantungku yang berdetak kencang dan keringat dingin mengucur deras, mata yang mulai berkaca-kaca diikuti hayalan suram yang kutahu sebelum kuterbangun, aku menangis meraung-raung didalam kamar. “Apa aku sedang bermimpi?”

Raut wajahnya berubah, gerahamnya dikatupnya kuat-kuat. Aku dapat melihatnya menahan tangis. Ya! Aku melihatnya, sungguh. “Apa yang telah terjadi, Yasuko-kun?”

Ia yang berdiri tepat didepanku dengan sigapnya langsung memeluk erat tubuhku yang dimana kami tak pernah melakukan hal ini sebelumnya.

“Mengapa, Yasuko-kun? Jelaskan semuanya kepadaku.”

Kami terdiam, didalam ruangan itu terasa sunyi yang dimana hanya terdengar detakan jantung kami yang hampir berdampingan. Ia pererat pelukannya, aku hanya diam dan merasakan begitu hangat pelukannya. Aku hampir menangis.

Lalu ia melepaskan pelukan itu, ia berdiri didepanku dengan dada yang tampak dibidangkan dan wajahnya yang menjadi kemerahan, ia tarik nafasnya dalam-dalam, lalu terdiam sejenak. “Fumiko, aku menyukaimu.

Nafasku terhenti seketika, aku terhenyak, dan tanpa sadar setetes air mata berhasil jatuh di pipiku yang memerah. “Nani[2]...”

“Aku menyukaimu. Maaf, aku tahu ini bukanlah waktu yang tepat untuk mengatakannya. Tapi, aku benar-benar tak tahan lagi untuk mengungkapkannya, sebelum aku benar-benar pergi.”

Aku benar-benar tak tahu harus mengatakan apa. “Yasuko-kun, aku membencimu!” Tangisanku seketika pecah dan benar-benar tak sanggup mendengar lagi apa yang akan ia katakan selanjutnya.

“Akhirnya tak ada lagi yang mengganjal dihidupku, aku dapat pergi dengan tenang sekarang. Arigatou[3] Fumiko, atas semua yang kau lakukan terhadapku selama ini. Semoga kita dapat bertemu kembali di lain waktu.”

“Ta-tapi...”

“Sampai jumpa, aku akan selalu berada disisimu. Aku mencintaimu, Fumiko.

“T-tidak! Kenapa, Yasuko-kun? Kenapa?! Ini terlalu cepat!Tangisanku semakin deras yang dimana bayangan, entah apa sebenarnya wujudnya berubah menjadi bercahaya yang begitu menyilaukan, lambat laun semakin redup dan, sosok laki-laki yang saat itu sedang tersenyum, menghilang. Selanjutnya aku tak ingat apa-apa lagi.

[1] Panggilan untuk anak laki-laki atau ke orang (laki-laki) yang sudah dekat

[2] Apa

[3] Terima kasih

Giniro HikousenWhere stories live. Discover now