(3) Trying

53 7 4
                                        

Aku mengenalmu walau hanya dari kejauhan, mengagumimu saat tersenyum.

Dahulu senyummu bagaikan candu bagiku. Bila-ku merindu, aku selalu teringat dalam lengkungan bibir tipismu.

Rasanya aku tak perlu bersusah payah untuk meneguk berbotol-botol alkohol untuk membuatku menjadi pecandu.

Cukup melihat senyuman manismu saja, sudah cukup membuatku menjadi pecandu berat.

Yah, aku sudah kecanduan dengan lengkungan bibir tipismu. Kali ini aku kalah lagi terhadap kenyataan.

Bahwa aku masih terus merindukan-mu, berharap perasaanku kembali lagi seperti dulu.

Bahkan saat ini aku mencintaimu, mencintaimu diam-diam. Mencintaimu seperti ini begitu menyakitkan.

Ketika cinta ini harus berakhir sampai disini. Tak ada kata terindah untukmu selain doa.

Ku lepas engkau dengan senyum, bukan air mata. Karena ku tau, cinta tak harus saling memiliki.

Doaku, semoga kau temukan yang lebih baik di sana. Aku tak akan memaksakan genggaman itu, karena semakin aku menggenggamnya, hal itu pula membuatnya semakin tersiksa.

Rasanya, melupakan adalah hal yang tak mudah untuk-ku lakukan. Terlebih ku harus melupakan dirimu, yang telah banyak membuat cerita di memori hatiku.

Hingga setiap moment yang dahulu pernah kau lakukan, masih terekam jelas di otakku.

Meski kini hanya tersisa sebagai kenangan. Rindu ini sungguh menyiksa diriku, tapi tak apa-apa.

Asal masih dirimu yang masih ku rindukan. Kini hanya sebatas rindu tanpa berani ku ungkapkan dengan siapapun.

Rindu yang kian hari makin bertambah. Ya, aku merindukan dirimu kembali tertanam di hatiku.

Juga, aku merindukan perasaan ku yang dulu.

Perasaan yang amat menggilaimu. Perasaan yang sangat mencintaimu.

Diam-diam aku selalu merindukanmu. Berharap kau tau apa yang aku rasakan saat ini.

Berharap perasaan bisa mengubah rindu menjadi benci.

Tapi nyatanya. Percayalah, menahan rindu secara diam-diam terlalu menyakitkan.

Sepertinya ini waktu yang tepat untuk diriku mencoba melepaskan bayang-bayang dirimu dalam imajinasiku.

Dan sepantasnya, aku harus benar-benar merelakan apa yang sudah terjadi sebenarnya.

Tapj kenapa hati ini masih enggan untuk meninggalkan cinta yang salah ?

Dengan masih terus mencoba untuk bertahan dengan hal yang sepantasnya tak patut untuk di pertahankan.

Ada apa dengan semua ini ?

.
.
.
.
.
.
.

-T-

Try To ForgettingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang