2. Bersedia Dilecehkan

Start from the beginning
                                    

"Perempuan?"

"Iya, perempuan."

"Pakai jilbab syari ngga dianya?"

"Ya ngga lah, Mas," sahut Queen. Pikirnya, mana ada artis Korea berjilbab syari, coba!? "Pakaiannya ya seksi gitu."

"Ya kalau gitu kasihan banget, dia udah melecehkan jiwa laki-laki, terus kena pelecehan juga. Dobel kasihan," kata Bima.

Dan kali ini berganti kening Queen yang mengernyit.

"Kok gitu, Mas?"

"Ya iya, Ta," kata Bima. "Laki-laki, kalau lihat perempuan yang ngga halal, apalagi kalau seksi, pikirannya pasti ngga jauh dari keinginan buat melecehkan. Perempuan kadang ngga sadar, mereka bikin pria-pria terpelatuk dengan gampangnya."

Queen nyengir. "Mas Bim kekinian deh..."

Bima tertawa. "Dalam Islam kan udah jelas, ada perintah menutup aurat. Kalau muslimah masih menolak mengenakan jilbab dengan berbagai alasan, itu namanya mereka memberi tahu dunia bahwa mereka bersedia dilecehkan. Laki-laki itu makhluk lemah kalau udah berhadapan dengan perempuan, Ta. Kan Rasul sendiri yang bilang, bahwa fitnah paling besar itu ya wanita," jelasnya. "Fitnah itu bukan berita bohong yang disebar ya, Ta... Fitnah itu adalah ajakan dengan cara kasar atau pun halus, untuk berbuat keburukan. Nah, perempuan ngga berjilbab, pada dasarnya mengajak untuk berbuat keburukan. Melihat mereka aja udah bisa bikin seorang pria terpelatuk atau terpicu syahwatnya. Jelas bikin dosa."

Queen bengong, tapi lintasan dalam kepalanya membuatnya kembali melontarkan kalimat, "Mas juga?"

"Apanya?"

"Ya itu tadi," kata Queen, matanya menyipit. "Kalau lihat cewek ngga berjilbab, Mas bangkit gitu gairahnya?"

Sepasang mata Bima menjelajahi sepasang mata lain yang kini tengah menatapnya sembari menunggu jawaban. Sunggingan senyum di sudut bibir Bima tercetak.

"Aku normal lho, Ta," kata Bima pelan. Didekatkannya wajahnya kepada Queen yang kini tampak manyun.

"Tuh kan!"

"Tapi alhamdulillaah aku punya Allah," kata Bima lagi. "Ghadhul bashar itu ngebantu banget..." ucapnya, "waktu belum menikah."

Kerunyut di kening Queen kian menjadi.

"Sebelum menikah? Terus pas udah nikah, udah ngga ngebantu?" selidik Queen.

Duh, kok dia takut ya Mas Bima-nya ini asik-asikan enjoy pemandangan di perjalanan kampus ke rumah, atau rumah ke kampus!? Apalagi di kampus kan banyak mahasiswi yang cantik-cantik...

"Pas udah nikah, kan ada kamu," Bima menjawab dengan alis turun naik. Lengkungan senyuman menggoda yang ditampilkannya sukses membuat Queen tersipu.

"Ih, Mas Bim apa sih..." respons Queen. Padahal hatinya senang.

"Iya, Ta," kata Bima lamat-lamat. "Kalau ada godaan cukup kuat di luar sana, yang aku lakukan adalah pulang, dan ketemu kamu."

Tangan Bima menyasar pada pipi kiri Queen. Mencubitnya dengan kekehan pelan. Bima senang sekali melihat istrinya merona seperti sekarang.

Kalau ada godaan cukup kuat di luar sana, yang aku lakukan adalah pulang, dan ketemu kamu.

Dan Queen paham makna dari sederet kata barusan. Teringat ketika Bima pernah pulang dan menerjangnya begitu pintu rumah baru dibuka sedikit. Atau ketika semalaman dia dipeluk suaminya ini tanpa lepas.

Atau pernah juga Bima balik lagi ke rumah padahal baru sepuluh menit sebelumnya pamit ingin ngajar. Suaminya itu bilang bahwa dia tidak enak badan dan sudah izin ke kampus untuk tidak mengajar hari itu. Tapi yang membuat Queen heran, kalau tidak enak badan, kenapa suaminya justru bersemangat sekali ketika mereka mengerjakan apa yang harus suami dan istri lakukan untuk mendapatkan keturunan.

Rupanya... bisa jadi suaminya ini melihat sesuatu di luar sana, makanya memutuskan pulang dan bertemu dirinya. Gitu?

"Kita jadi sarapan atau ngga nih, Ta?" tanya Bima tiba-tiba.

Terkesiap, Queen meletakkan ponselnya secara sembarang di atas kasur, lalu mengangguk. " Iya, iya, Mas. Yuk, bikin nasi goreng. Pakai kornet ya? Kemarin dikasih bonus kornet sama Pak Haji. Dikasih empat kaleng deh tuh kayaknya. Sama minyak goreng. Alhamdulillaah..."

Queen bercerita sembari kakinya menapaki lantai kamar. Dia mendahului Bima dalam langkah menuju dapur, berusaha agar suaminya itu tidak mengetahui betapa dia sedang sangat malu sekali. Sedangkan Bima, tertawa sendiri melihat punggung Queen dan rambut istrinya yang tergerai hingga melewati bahu. Pelan, Bima mengelus dadanya sendiri.

"Sabar, Bim, nanti aja sarapan dulu..." gumam Bima, lebih kepada dirinya sendiri.

[][][]

.

[✓] BIMAQUEENWhere stories live. Discover now