2 dari 3

790 82 28
                                    


*

Aku menangis didepan Seojoon Appa hingga aku lelah dan tertidur kembali, saat aku membuka mataku kembali, aku mendengar suara Appa yang sedang berbicara dengan adikku Jungkook. Adik kecilku yang baru berusia lima tahun.

"A-Appa." aku memanggil Seojoon Appa, aku ingin meminta tolong Seojoon Appa untuk mengambilkan minum.

"Tae, kau sudah bangun?" tanya Seojoon Appa.

"Tae haus A-Appa." kataku.

Seojoon Appa mengerti maksudku dan langsung menyodorkan segelas air yang sudah diberi sedotan, supaya memudahkan aku untuk minum.

"Akh . . ." aku mengiris menahan sakit, saat menggerakkan kepalaku hanya untuk meraih sedotan yang dijulurkan Seojoon Appa karena leherku dipasang penyangga. Akhirnya Seojoon Appa mengambil sendok, dan menyuapkan sesendok demi sesendok air ke mulutku. 'Ya Tuhan, kenapa kondisiki menyedihkan seperti ini?' batinku. Bergerak saja rasanya sangat sakit. 'Mengapa aku tidak mati saja.' batinku.

"Ma-maaf." ucapku pada Seojoon Appa.

"Maaf untuk apa Tae?"

"Tae me-me re pot kan Ap-Ap pa." jawabku terbata.

"Tae tidak merepotkan Appa, sudah kewajiban Appa merawat anaknya." jawab Seojoon Appa yang membuatku menitikan kembali airmata.

Sudah empat hari aku dirawat di rumah sakit, ternyata luka-luka yang aku derita lumayan parah. Seojoon Appa menceritaka jika tulang bahuku patah dan harus menjalani operasi. Pergelanagn kaki kiri harus dibalut Elastic Bandage karena retak dibagian tersebut. Belum luka lebam-lebam disekujur tubuhku, yang kudapat dari Eomma setiap harinya. Keadaan diperparah dengan diagnosa dokter jika aku terkena infeksi saluran percernaan, dan karena itu aku harus masuk ruang operasi lagi untuk kedua kalinya. Lengkap sudah penderitaan ini, aku betul-betul merasa tidak enak dengan Seojoon Appa yang empat hari ini selalu merawatku. Dari mengelap tubuhku, menyuapiku, semuanya dilakukannya dengan tulus.

Sejak aku dirawat, Seojoon Appa jarang pulang ke rumah, ia memilih menghabiskan waktunya merawatku di rumah sakit bersama Jungkook. Seojoon Appa membawa Jungkook bersamanya, kata Appa ia tidak bisa meninggalkan Jungkook di rumah bersama Eomma dan kakaknya, takut kejadian yang menimpaku terulang kembali. Biasanya Appa pergi dipagi hari dan siang hari untuk mengantar dan menjemput Jungkook sekolah. Urusan pekerjaan Seojoon Appa diantar oleh sekertarisnya. Jangan lupakan Jimin yang setiap hari menjengukku.

Seojoon Appa berniat akan membawaku dan Jungkook pulang ke rumah Kakek Nenek yang tidak begitu jauh dari rumah setelah aku pulih nanti. Kakek dan Nenek juga sudah menjengukku dua hari yang lalu ketika aku hendak menjalani operasi yang kedua. Neneklah yang menyuruh Seojoon Appa supaya aku dan Jungkook tinggal bersamanya.

Peristiwa ini membuat hubungan Eomma dan Seojoon Appa jadi renggang. Apalagi setelah pemeriksaan yang dilakukan dokter terhadap tubuhku, dokter mengatakan kepada Seojoon Appa jika sekujur tubuhku banyak bekas lebam akibat pukulan benda tumpul.

Seminggu kemudian kondisiku sudah membaik, aku sudah bisa duduk, meski bahu dan kaki kiriku masih sakit jika digerakkan, tapi sudah mendingan. Hari ini aku ditinggal berdua dengan Jungkook dikamar, Seojoon Appa sendang ke Bandara menjemput Hyungsik hyung sekalian mengantar Kakek dan Nenek pulang. "Kookie . . ." panggilku, menghentikan Jungkook yang sedang asyik bermain kereta Thomas-nya.

"Apa?" tanyanya sambil membulatkan matanya. Bikin gemes.

"Ambilin hyung minum dong Kook!" perintahku.

"Ambil sendiri dong hyung, Kooki lagi sibuk ini."

"Ah Kookie jahat sama hyung, Kookie ga sayang sama hyung lagi." ocehku.

IGNOREDWhere stories live. Discover now