Smart Jerremy

Mulai dari awal
                                    

“ lalu TGI Friday! Friday! Friday!!!!!!!” Dean menyanyikan lagu Friday milik Rebbecca black jauh lebih buruk dari aslinya, aku bisa melihat sampai ada seorang pria yang kepeleset dilantai belakang Dean

“ wow! Sehebat itukah suaramu?” ujar Jerremy…

Aku menatap jam tanganku dan jam hampir menunjukan pukul 8 dan kelas bahasa akan segera dimulai

“ hey.. Jer… kita harus bergegas ayo kita temui… Mr. Smith…” ujarku mengajak Jerremy

“ ok kawan… kita bertemu bersama di kelas olah tubuh… gym class… yang tempatnya lebih mirip pelatihan ballerina… see you around…” ujar Dean sambil melangkah menuju tangga.

Kini hanya aku dan Jerremy

“ kau jadi tour guide ku sekarang…” ujarnya

“ uhm.. yeah… bisa kau bilang begitu…”

Kami pu berjalan menuju lorong seni rupa tempat dimana karya para mahasiswa dipamerkan.

“ jadi.. seperti apa kelas bahasa disini?” tanyanya

“ kau tak akan menemukan sesuatu yang tertulis, jika kau menyukai creative writing, maka setiap mata kuliahnya akan kau sukai. Terlihat aneh memang pelajaran olah tubuh, yang jangan kau pikir mirip dengan olah raga, karena ini hanya akan melatih keluwesan tubuhmu.. dan tentang kelas bahasa… uhm.. Mr. Smith adalah guru yang hebat kau tahu,… dia memberi inspirasi, mengajarkan pola bahasa, dan pengetahuan umum juga seperti kebudayaan dan lain-lain yang bisa menambah ilmumu untuk menulis… menyenangkan…” ujarku panjang lebar.

“ wow! Semuanya akan berbeda…” ujarnya

“ ya.. tentu saja….”

Kami berhenti di sebuah auditorium megah, dengan lcd sebesar layar bioskop, dan mr. Smith yang duduk manis disana, membaca buku-bukunya. Belum ada siapa-siapa disana kecuali kami berdua.

“ kau mau dimana?” tanyaku

“ hmmm… aku suka duduk dekat dosen, lebih jelas…” ucapnya

“ hmmm… ya, aku juga…tergantung dosennya sih…”

Kami pun sepakat duduk didepan dekat dengan Mr. Smith… berjarak sekitak 2 setengah meter darinya.

“ oh… mr. Lerman… masuklah… have a seat…” ujar Mr. Smith

“ morning sir… “ ucapku

“ morning… well it seems you have a friend…” ujarnya sambil menutup tumpukan buku-bukunya.

Mr. Smith berjalan mendekati kami. Tampilannya mengingatkanku pada Einstein, dia tidak terlalu tua mungkin sekitar 40 tahun, tapi rambutnya mulai ubananan, gaya rambunya seperti Eisnsten, kacamata bulat tua besar, tubuhnya yang kurus dan tinggi, dan kebiasaannya membawa penggaris panjang kemana-mana . bahkan disaat dia pergi ke toilet.

“ yeah.. um… mr. Smith… ini Jerremy… Jerremy Alexander…” ujarku memperkenalkan Jerremy

“ good morning mr. Smith…”ujar Jerremy menjabat tangan mr.Smith

Mr. Smith terdiam, memperhatikan Jerremy dari atas kebawah.

“ ya.. kau murid pindahan dari Cambridge…” ujarnya melepas kacamatanya dan memasukannya kedalam kantong

“ I suspect… you are very smart boy… kau punya keahlian apa dibidang bahasa…” ujar Mr. Smith memelototinya

“ uhm… um… “ Jerremy bergumam ragu

“ don’t be shy… pasti ada walaupun hanya satu…”

“ uhm… aku salah satu bagian dari bulletin sekolah masa sma, aku banya menulis cerita, opini dan masih banyak lagi didalamnya….” Ujar Jerremy

“ karangan?” Tanya Mr. Smith mengangkat alisnya

“ ehm… iya…”

“ dan dipublikasikan?”

“ iya….”

Mr. Smith terdiam… dia menggerakan kedua alisnya, ini yang selalu ia lakukan pada mahasiswa baru, mengetes sebarapa cerdas mereka, dia agak pilih kasih, keras pada yang agak dungu, dan menantang yang cerdas untuk memenuhi tantangannya.

“ aku berharap tidak dilatarbelakangi dengan statusmu sebagai bagian bulletin sekolah…” ujarnya memainkan penggarisnya, diatas mejanya

“ no, no sir… its selection…” ujar Jerremy

“ uhm… pretty good… ada yang cukup memuaskan…” tanyanya masih ingin tahu

Jerremy terdiam, dia menyikutku , dan memasang expressi ‘ dia menyebalkan..’ aku hanya mengedipkan mataku member respon ‘ memang iya…’ tai Jerremy menjawab pertanyaan mr. Smith

“ aku… aku memenangkan lomba mengarang dan menulis pidato tingkat nasional… saat SMA…” ujarnya

Mr. Smith memukulkan penggarisnya pada mejanya, dia sontak membuat kami berdua terkejut, dan satu hal lagi, fakta bahwa Jerremy memang amat cerdas. Mengarang? Tingkat nasional? Apa yang bisa kukarang? Karanganku hanya, Rachel McAdams mengajakku minum kopi bareng dan berjalan-jalan disekitar Beverly Hills. The End

“ nasional? Seinggris…” ujarnya menatap Jerremy dalam-dalam

Mr. Smith berjalan mengelilingi kami berdua…

“ menarik… kapan?”

“ ketika aku SMA…” ujarnya

Mr. Smith mengelus-ngelus dagunya

“ kau tahu! Aku percaya kau cerdas, kau ambil jurusan apa dulu..”

“ Arabic studies…” ujarnya

“ apa yang membuatmu terjun ke Arabic studies?” tanyanya

“ ibuku… Arab, aku memiliki darah Persia, Arab, turki dan inggris. 3 darah arab dan tidak bisa berbahasa arab adalh suatu kemaluan bagiku… jadi aku harus bisa, karena suatu saat nanti aku memutuskan untuk tinggal di Arab…” ujar Skandar mantap

“ kau benar…., kaubisa bahasa arab…” ujarnya

Jerremy tercengang

“ jangan pasang ekspresi itu, hanya sedikit…. Tapi taka pa, kau kagum denganku? Hahaha! Initinya! Aku menyukaimu, dank au sangat cerdas, dan aku yakin akan membuat suatu kemajuan dikelasku, karena ini sangat boring… murid-murid menyukainya tapi… ya mereka boring…”

AKu dan Jerremy betukar pandangan, sedangkan Mr. Smith masih menatap kami berdua.

“ ya… kalian berdua boleh duduk…” ujarnya

Kami berdua pun duduk. Jam sudah menunjukan pas pukul 8. Para mahasiswa datang berbondong-bondong memasuki auditorium. Sebentar lagi si Einstein smith, akan menjelaskan materinya.

Aku menepuk pundak Jerremy. Dia menoleh kearahku

“ i-I never know you are so smart like that…” ujarku tersenyum

“ its normal thing…” ujarnya

“ normal? Ibuku pasti akan sangat bangga padaku … jika aku sepertimu…”

“ kau juga cukup keren setidaknya kau punya tujuan pasti dalam hidup…” senyumnya

Kami pun kembali focus pada pelajaran mr. Smith. Dia mengajarkan pola kalimat, dia banyak bercerita hal, dan sesuatu yang ia pelajari dari sebuah film, dia mengajarkan karya sastra, seperti drama dalam Shakespeare, dan lain-lain. Dia memutar vide singkat.

Dia mengajarkan kebudayaan, bahsanya. Dan setiap kali kau keluar kelas Mr. Smith. Kepalamu akan terisi banyak imajinasi dan ide baru yang bisa kau rangkum untuk inspirasimu. Jadi siapkan catatan bukan untuk materi tapi idemu. Itulah yang Mr. Smith katakan

Pieces of Love riddle ( Indonesian Language )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang