Chapter 40

320 28 0
                                    

[Kunjungan]
=========

Minho yang kukenal selalu tersenyum secerah mentari;

Minho yang kukenal selalu tertawa riang bersamaku;

Minho yang kukenal hanya seorang anak yatim piatu yang selalu ceria;

Minho yang kukenal selalu melebihi apa yang bisa kulakukan;

Minho yang kukenal selalu menjadi pusat perhatian diantara ayah dan ibu;

Minho yang kukenal mulai merebut semua perhatian yang harusnya hanya teruntukku;

Minho yang kukenal terlalu serakah untuk menjadi polos;

Minho yang kukenal akan selalu menjadikanku seperti cahaya yang akan terus menyorotinya;

Minho yang kukenal merebut segalanya bahkan jika pemikiran seperti itu tak pernah ada menurutnya;

Minho yang ku kenal akan terus seperti itu--- jika tidak kuhentikan.

***

Flashback on Chanyeol's POV
November 1st, 1996

"Chanyeol, kamu mau kemana?", sosok itu--- anak itu berlari kearahku saat sepeda roda tiga ini akan kugiring memasuki sebuah hutan.

Aku selalu bertanya tanya, mengapa ayah dan ibu mengikut sertakan dia dalam acara liburan kami kali ini.

Aku yang berulang tahun, dan seharusnya akulah yang menjadi tokoh utamanya. Namun, lihat apa yang ia lakukan disana? Dengan wajah polos dan senyum manisnya, dia berbagi tawa bersama ayah dan ibuku.

"Mau kemana?", kali ini dia memegang pundakku.

"Main sepeda disana?", aku menunjuk area luas tertutup rimbun pohon di hadapan kami.

"Tapi kan hadiahmu belum dibuka semua, Chanyeol", Minho kembali tersenyum seraya menarik narik tanganku, "Ahh! Aku tadi menemukan beberapa hadiah menarik bersama ayah dan ibumu. Ayo kita buka sama-sama hadiah lainnya".

"Minho! Dia ayah dan ibuku. Mereka bukan milikmu. Jadi kamu tidak boleh buka semua hadiah itu dengan mereka", aku mulai jengah dengan semua perkataannya.

Aku melihat dia terdiam sesaat. Kemudian arah pandangnya tertuju ke keranjang kecil milik sepeda ini, "Ini untuk apa?".

"Aku mau kamu melepas dua roda kecil ini nanti. Jadi kamu harus ikut aku main ke hutan sana"

"Chanyeol! Sebaiknya kita beritahu ayah dan ibu. Hutan itu menyeramkan. Aku takut"

"Yakk!! Mereka bukan ayah dan ibumu. Berhenti panggil mereka seperti itu"

Aku melihatnya--- mata hitam legam yang mulai berkaca kaca itu. Aku takut dia akan menangis karenaku. Namun seketika dia kembali tertawa, "Baiklah. Bahaya jika kamu main sendiri kesana. Aku kan adikmu. Jadi aku akan bermain bersamu, Chanyeol".

Menyenangkan, saat kata kata itu terucap oleh bibir kecilnya.

Aku menggiring sepeda kecil ini dibantu Minho. Kami tertawa bersama menikmati perjalanan singkat menuju pinggiran hutan. Minho sesekali berlari kecil seraya menarik sepeda kami. Aku bahkan sampai terjatuh, terburu buru untuk menyamai langkahnya.

Goodbye OppaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang