Chapter 38

319 27 0
                                    

[More about You]
=========

About him who doesn't greet me well, becomes silent in his knowing, stares me from a farness; Just see, how great you pretend become that man.

***

Flashback on Author's POV,
November 1st, 1996

"Mom! Mom!", seorang anak berteriak seraya menekan pinggir perutnya sekuat tenaga.

Anak lelaki itu merintih kesakitan, menunggu ibu yang tengah berlari susah payah ke arahnya. Sedang perut anak itu sudah bersimbah darah. Birunya baju tak berwarna biru lagi. Merah darah menyelimuti bahkan menetes saat resapan kain itu sudah tak bisa menahan derasnya alirah darah yang keluar dari celah-celah jemarinya.

"Chanyeol!", ibunya berteriak membantu tangan mungil itu menutupi luka si anak. Rintih tangisnya membuat si anak tersenyum seraya mengusap lembut wajah sang ibu.

"Bertahan, nak!", dengan wajah bingung dan panik si ibu menatap wajah seorang lagi. Seorang anak laki laki yang tengah menatap mereka kebingungan.

Anak yang ditatap itu terduduk dan menangis. Tangannya yang bergetar hebat tak sengaja melepaskan sebuah obeng berlumur darah.

"Bu-bu-kan. Aku bu--", dengan susah payah ia bersuara.

"Tolong! Tolong panggil seseorang", si ibu tak memperdulikannya. Dia justru jauh lebih khawatir pada Chanyeol yang mulai hilang kesadaran, "Cepat, bantuan! Cari bantuan, Minhoo! Cepat, Minho!".

Flashback end


Suara detik jam mengalun mengisi hening di ruang tersebut. Beiringan dengannya, ribut ketukan jari yang menyentuh permukaan meja, telah mengantarkan Chanyeol jauh tenggelam dalam benaknya sendiri. Pemikiran yang akhir-akhir ini sedikit banyak berhasil menghidupkan kembali kenangannya.

Kisah sedih seorang anak yang bahkan sudah terlupakan sejak dua puluh lima tahun silam.

Kini, dia duduk dalam relung kisah itu. Mengaitkan berpuluh cerita yang masih teringat olehnya.

Duduk di sebuah kursi seraya melayangkan pandangan kosong ke sebuah foto berbingkai, Chanyeol menemukan kembali--- masa masa kecilnya yang bahagia.

"Maaf mas, makan siangnya sudah siap. Mas Chanyeol mau ikut makan di bawah atau saya bawakan ke sini aja, mas?", salah satu pelayan masuk ke kamar Chanyeol setelah berhasil memunculkan wujudnya di hadapan si pemilik ruang.

Chanyeol tak mengalihkan pandangnya dari bingkai foto itu. Hingga si pelayan hanya mengangguk mengerti dan beranjak pergi.

Tak selang semenit, ponselnya berdering. Dia menatap kosong benda itu dan menerima panggilan tersebut beberapa detik kemudian.

"Hallo! Chanyeol, beneran kamu resign? Tapi kenapa? Kok kamu gak cerita ke aku?", suara di balik telfon berbicara tanpa sapaan.

"Hani---", Chanyeol masih belum lepas dengan tatapan kosongnya.

"I know. Aku ngerti banget ngak boleh kepoin urusan pribadi bos sendiri. Tapi aku bertanya bukan sebagai anak buah kamu ya, Yol. Melainkan pacar kamu. Harusnya kamu cerita dong. Kok malah resign diam diam sih?", Hani, nama si penelpon terdiam cukup lama memunggu respon yang di telpon.

"Chanyeol? Kok diam aja sih? Yah sudah deh. Hapal aku kebiasaan kamu yang ngirit bicara tuh. Next time aja kamu cerita, ya. Bye, Chanyeol".

Seketika sambungan antar panggilan itu terputus. Meninggalkan Chanyeol dan pemikirannya yang buram akan masa lalu.

***

-tbc-
CU at 4:71

Goodbye OppaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang