Ikan

35 1 5
                                    

Indonesia menduduki peringkat keempat dalam negara dengan penduduk terbanyak setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, dan peringkat ketiga dalam negara dengan pulau terbanyak dengan lebih dari 17.500 pulau (tidak termasuk yang sudah dicuri dan/atau belum dihitung) setelah Kanada dan Finlandia. Tetapi, Indonesia hanya menduduki peringkat 113 dari 188 negara yang termasuk dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Apa itu? Indeks Pembangunan Manusia adalah statistik komposit yang terdiri dari harapan hidup, tingkat edukasi, dan pendapatan per kapita, dimana ada 4 tingkatan yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, dan rendah. Indonesia termasuk di tingkat sedang, kenapa? Karena buku mahalnya minta ampun, relatif terhadap pendapatan rata-rata masyarakat Indonesia, dan tugas sekolah yang jumlahnya diluar nalar, meninggalkan kami para pelajar dengan waktu yang tidak banyak untuk membaca buku favorit kita.

Itu adalah satu dari banyak hal yang sering dipikirkan oleh Lana, seorang pelajar perempuan dari salah satu SMA favorit di Gresik. Di Indonesia, perempuan kurang dihargai. Contohnya, Lana pernah mendengar temannya berkata "Kalau milih pemimpin, jangan yang perempuan" meskipun dia lupa alasannya, tapi sudahlah, itu juga tidak penting.

Hobi Lana adalah membaca, mulai dari struk belanjaan, billboard, hingga bungkus pensil mekanik yang terjatuh di jalanan. Tapi dia juga suka membaca sesuatu yang lebih konvensional seperti artikel di internet dan novel remaja. Lana adalah anak yang selalu ingin tahu, apapun yang dia pikirkan, hampir selalu timbul pertanyaan baru di kepalanya, entah untuk mengklarifikasi kebenarannya, atau untuk menambah pengetahuan baru, sehingga dia mencarinya di internet.

Dulu, Lana sempat memiliki hobi menulis, dia selalu menulis apa yang dipikirkannya di media sosial, tetapi ternyata hobi menulisnya tersebut berdampak pada berkurangnya waktu untuk belajar, dan dia juga berpikir, kalau dia selalu menulis pikirannya (yang biasanya adalah curahan hatinya tentang sistem pendidikan di Indonesia), maka dia tidak ada bedanya dengan remaja-remaja labil yang selalu memperbarui status di media sosial.

Dulu, Lana takut berada sendirian di suatu tempat, dalam istilah medis dinamakan monofobia. Dia takut dengan jin, dimana jin tersebut bisa berbentuk hantu seperti tuyul, genderuwo, dan kuntilanak, atau alien. Dia percaya bahwa jin-jin tersebut bisa muncul kapan saja lalu melukai, menculik, atau membunuhnya, atau saat dia membuka pintu, pintu itu malah terhubung ke tempat lain yang menyeramkan. Namun, karena dari dulu dia suka dengan yang namanya penyihir, karena menurutnya mereka keren, bisa melakukan apapun, bisa mengalahkan orang yang jumlahnya jauh lebih banyak darinya, dan dia semakin terobsesi dengan penyihir setelah melihat film Hollywood Doctor Strange, sehingga dia sampai ingin benar-benar menjadi penyihir, meskipun dia tidak tahu caranya.

Cita-cita Lana adalah menjadi presiden, mungkin presiden perempuan kedua setelah Megawati. Karena, dia ingin mengubah sistem pendidikan di Indonesia. Tetapi, pada akhirnya dia berpikir, tidak ada gunanya mengeluh. Dia teringat 2 baris dari lagu favoritnya, Gapapa Jelek Yang Penting Sombong-nya Chandra Liow "Stop hating, do something, jangan cuma bacot aja," dan 4 baris dari Blumenkranz-nya Hiroyuki Sawano "Diese welt ist grausam, es ist traurig aber wahr, diese welt ist seltsam, es ist fraglich aber wahr," yang artinya adalah... ah sudahlah, silahkan cari sendiri. Jadi, intinya, hobi Lana ada 3, urut dari yang paling disukainya, membaca, berpikir, dan menulis, meskipun dia sebenarnya sangat malas menulis sampai dia merasa sangat paham akan apa yang ditulisnya.

Suatu hari, saat dia sedang salat magrib di masjid di dekat rumahnya, dia berpikir, atau lebih tepatnya berimajinasi, salatnya pun menjadi tidak khusyuk, tapi, mau bagaimana lagi, hobi tetaplah hobi. Untungnya, kebetulan, dia sedang mendapat tugas menulis dari sekolahnya (ini bahkan diluar tugas intrakulikuler), dimana setiap kelas, 22 kelas (tidak termasuk kelas 12), yang terdiri dari 22-36 anak diwajibkan membuat suatu buku, dan setiap anak harus menulis minimal cerpen 1000 kata untuk dikumpulkan menjadi satu buku per kelas. Buku tersebut akan dicetak masing-masing sebanyak 1000 eksemplar, dan setiap alumni SMA tersebut disuruh untuk membeli minimal satu buku. Alhasil, dia menuliskannya dalam cerpen tersebut, tanpa basa-basi lagi, inilah ceritanya:

Kepulauan Dewaحيث تعيش القصص. اكتشف الآن