Prolog

55.9K 2.3K 12
                                    

Hari pertama masuk sekolah baru, bukanlah hal yang mudah bagi sebagian besar orang, butuh adaptasi lagi dengan lingkungan sekitar, terlebih mencari teman yang memang sefrekensi. Begitu pula yang akan Alana alami hari ini.

Alana berangkat pagi sekali untuk berkeliling melihat-lihat lingkungan sekolahnya. Semenjak bundanya meninggal satu minggu yang lalu, Alana lebih suka diam dan menyendiri. Ia juga sering menghindari pertanyaan apapun dari kakak dan papahnya yang memang kini sibuk dengan urusannya masing-masing.

Sekolah terlihat masih sangat sepi karena ia datang terlalu pagi. Alana berjalan menelusuri koridor sekolah sendirian untuk melihat setiap sudut sekolah ini. Pikirannya masih termenung akan sang bunda. Ia merasa tak bergairah untuk hidup, tak ada lagi orang yang dapat ia percayai untuk saat ini, tak ada yang peduli dengannya, semuanya hanya sibuk dengan kepentingannya masing-masing, dan kini Alana juga akan memilih untuk sibuk dengan kepentingannya sendiri. Namun sialnya, tidak ada satu hal pun yang dapat ia kerjakan untuk menyibukkan dirinya! Tidak ada bunda, maka tidak ada pula tujuan hidupnya.

Alana melewati ruang aula olah raga dengan pintu besar yang terbuka. Terdengar suara pantulan bola ke lantai yang bergema dan suara sepatu mendesis akibat bergesekkan dengan permukaan lantai. Dengan rasa penasaran Alana membelokkan arah kakinya melangkah. Alana memasuki aula yang sepi itu.

Alana melihat seorang cowok dengan seragam putih abu-abu. Namun dasinya nihil dan seluruh kancing kemeja putihnya terbuka menampilkan kaos polos hitamnya. Ia berlari-lari kecil menampilkan kebolehannya dalam bermain basket tanpa sadar akan kehadiran orang lain di ruangan ini. Ia berlari ke arah ring dan melompat kecil untuk memasukkan bola itu ke dalam ring. Ia berhenti saat melihat bola yang telah masuk ring malah menggelinding menabrak kaki seseorang.

Bola itu menggelinding tepat di depan ujung kaki Alana. Alana membungkuk untuk mengambil bola itu, dan kemudian berdiri tegak untuk kemudian melirik ke arah cowok itu. Cowok itu hanya memberikan tatapan dingin. Alana berjalan ke arah cowok itu dan mengembalikan bola itu ke hadapan cowok tersebut.

"Lo anak baru?" Tanyanya setelah menerima bola basket dan melihat Alana yang terasa asing.

Alana mengangguk. Segera Alana berbalik badan tanpa sepatah kata pun. Alana kembali berjalan menuju pintu keluar dan tepat saat itu seorang cowok lagi masuk dengan berlari kecil dan berteriak, tak peduli ada seseorang yang berjalan berlawanan dengannya.

"MELVIN!!" Teriak cowok itu menghampiri cowok yang tadi bermain basket.

Mendengar panggilan itu Alana berpikir cowok yang bermain basket itu bernama Melvin. Alana kembali melanjutkan langkahnya dan kini ia menyumbat kedua lubang telinganya dengan earphone yang ia biarkan bertengger ditelinganya.

Buukkk....

"Aauuww...." rintih Alana memegang kepala belakangnya bersamaan dengan bola yang jatuh ke lantai setelah mengenai kepalanya. Alana mencopot earphone-nya.

Dua orang cowok itu menghampiri Alana.

"Eh, maaf-maaf gue nggak sengaja. Lo nggak papa, kan?" tanya seorang cowok yang baru datang tadi.

"Nggak papa gimana, kepala orang sakit tuh! Tanggung jawab! Entar kalo amnesia gimana?!" Tutur cowok yang Alana yakini bernama Melvin.

"Perlu gue anter ke UKS?" Tanya cowok yang satu.

Melvin langsung menarik tangan Alana sebelum mendengar jawaban Alana.

"Eh? Mau kemana?" tanya Alana.

Melvin tak menjawab. Ia terus menarik tangan Alana hingga tiba di UKS.

"Udah lo duduk dulu, nih minum!" Ujar Melvin seraya memberikan sebotol minuman yang ada di atas nakas. "Kalo pusing lo ambil obat di kotak itu, bisa kan sendiri?! Biar gue panggil petugas UKS dulu!"

"Tapi gue cuma kena bola doang, udah nggak papa kok!" Timpal Alana.

"Mending di periksa dulu, dari pada lo geger otak!"

Cowok itu langsung pergi keluar UKS. Tanpa sadar Alana tertawa kecil setelah mendengar jawaban cowok itu. Untuk beberapa lama belakangan ini sejak bundanya meninggal, akhirnya ia bisa mengembangkan bibirnya. Dia, Melvin, seorang cowok yang akhirnya dapat membuat Alana kembali tersenyum walaupun hanya sesaat. Ia cowok yang baik, walaupun ia sebenarnya terlihat jutek.

Seorang cewek masuk dan menanyakkan keadaan Alana, namun cowok yang bernama Melvin itu tak kembali. Tapi Alana sangat berterimakasih padanya untuk saat ini.

○●○●○●○●○●○●○●○
Sorry kalo ceritanya nanti agak aneh, karna sedang tahap revisi😁

CARE [Tahap Revisi]Where stories live. Discover now