(5) Kopi : the last memory

558 131 43
                                    

Gue menyadari betul perubahan raut wajah Krystal saat gue bilang kalau besok adalah hari terakhir gue disini. Sejak kami turun dari Singapore Flyer, Krystal semakin pendiam. Bahkan saat gue ajak jalan ke Esplanade Jetty untuk menaikki Bumble bee water taxi, semacam taxi tapi melalui air. Karena tujuan kami ke Clarke Quay, jadi gue memutuskan untuk naik water taxi. Untuk memperbanyak kenangan gue sama Krystal malam ini.

Gue dan Krystal sudah menaikki bumble bee water taxi, dan kami duduk saling diam. Bahkan saat kapal kami mulai jalan menyusuri sungai, Krystal tetap saja diam, padahal gue sudah mencoba untuk mengajak dia ngomong tentang kegiatan kami untuk besok.

Krystal hanya melihat pemandangan dari water taxi yang sedang kita tumpangi saat ini, matanya terus memperhatikan setiap pemandangan yang kita lewati untuk menuju Clarke Quay.

Gedung-gedung tinggi mengiringi perjalanan gue dengan Krystal menuju Clarke Quay. Krystal terus memperhatikan setiap gedung yang kami lewati, ia menyenderkan tubuhnya di sandaran kursi dan menghela napas pelan.

"Lo kenapa?" Tanya gue, sejak keterdiaman Krystal tadi gue belum tanya dia kenapa.

"Hm, nggak tau, nih. Kayanya gue udah capek deh, mau langsung istirahat di hotel," jawabnya. Gue bernapas lega, gue pikir dia nggak mau lagi ngomong sama gue, gue kira dia marah sama gue.

Marah kenapa?

Ya, bisa aja Krystal marah karena gue pulang besok?

Gue pun mengacak rambut Krystal yang sudah tidak tertutup oleh topi punya gue, dia melihat kearah gue dan tersenyum tipis. Gue melebarkan senyum, membuat Krystal juga ikut tersenyum semakin lebar. Ngeliat senyumnya aja gue belingsetan gini, gue nggak suka liat dia diem terus kaya tadi.

"Sini, sandaran aja sama gue kalo capek, dada gue siap 24 jam untuk lo sandarin kok," ucap gue setelah sesi senyum-senyuman tadi. Gue menepuk dada gue, Krystal pun tertawa mendengar tawaran gue. Lalu menepuk dada gue pelan.

"Modus lo!" Ucapnya pelan seraya tertawa pelan.

Duh, tawanya aja manis banget. Rasanya gue pingin tunda kepulangan gue besok.

Setelah sampai, kami pun lanjut berjalan menuju hotel yang ternyata letaknya tidak jauh dari hotel yang kami tempati.

Seperti biasanya, gue pun mengantar Krystal dulu ke kamarnya. Sesampainya didepan kamar, dia pun membalikkan badannya untuk menghadap gue. Dia tersenyum manis didepan gue.

"Sampai bertemu besok," ucapnya lembut, gue membalasnya dengan senyum lebar. "Istirahat ya, besok pagi gue kesini," balas gue mengacak rambutnya pelan. Krystal pun mengangguk dan masuk ke dalam kamarnya.

***

Pagi ini gue merapihkan semua baju-baju dan memasukkannya ke dalam ransel yang gue bawa. Jadi rencananya dari Universal Studio gue mau langsung aja ke Bandara biar nggak makan waktu lama.

Setelah gue siap, gue langsung aja mengunci pintu kamar dan jalan menuju kamar Krystal. Tadi sih dia bilang habis selesai mandi, dan sekarang tinggal berpakaian. Nggak sampai lima menit gue sudah tiba di kamarnya, baru gue menekan bell sekali Krystal udah keluar dengan pakaian santainya kaya biasa. Dengan hotpants dan kaosnya saja dia sudah terlihat sangat cantik. Tidak lupa ransel kecilnya yang selalu membawa berbagai barang-barang pentingnya.

"Selamat pagi," sapa gue dengan senyum lebar, Krystal melirik ransel yang gue bawa sebentar lalu membalas sapaan gue dengan senyum lebarnya juga.

"Selamat pagi juga, kopi," mendengar balasannya, gue menekuk bibir gue kebawah. Lucu sih panggilannya, kopi, gue suka. Tapi, ya, nggak kopi juga kali.

Kopi & Susu (On Hold)Where stories live. Discover now