Chapter 6 | The News

Začať od začiatku
                                    

Ia mendumal dalam hati. Lagian kenapa juga mengambil buku pelajarannya harus setelah istirahat kedua dan setelah pembagian mata pelajaran serta pengaturan kelas, bukannya besok saja..

"Lo bawa duitnya nggak?" tanya Tiffany.

"Bawa," jawab Stella. "Lo nggak bawa?"

Tiffany menggeleng lesu. "Lupa minta gue. Abang gue juga bego bukannya ngingetin."

Stella terkekeh pelan. "Minta aja sama dia duitnya," celetuknya.

"Mana punya duit segitu banyak dia. Kere. Buat beli bakso aja ngutang, apalagi buat bayar buku pelajaran." Tiffany mendumal.

"Yah, gak bisa deh gue pacaran sama dia. Kere," canda Stella sambil menahan tawanya.

Tiffany langsung menoleh ke belakang seperti memutar tubuhnya, mengejutkan Stella dengan mata bulatnya. "Lo emang mau jadian sama dia??!!"

"Nggak lah!"

"Dasar perempuan matrealistis," cibir Tiffany.

"Kebutuhan itu namanya," kata Stella. "Kayak lo nggak aja."

"Ya jelas dong! Duit nomer satu!"

"Sssstttt."

Keduanya langsung membeku sembari menahan tawa saat mendapat peringatan dari sekumpulan siswa lain yang tengah mengantri. Mereka mendekat dan terkekeh pelan dengan nada meledek.

"Diomelin kita," bisik Tiffany.

Stella menepuk pundak Tiffany. "Elo sih.."

Tentu saja Tiffany langsung balas menepuk pundak Stella. "Lo juga."

Sedang asik berdebat dan main salah-salahan perihal siapa yang sebenarnya salah dari kejadian ditegurnya mereka karena berisik, tiba-tiba saja...

"Anjir-anjir aslinya ganteng banget!"

Baik telinga Stella maupun Tiffany langsung menajam begitu mendengar kata 'ganteng' yang beberapakali diteriakkan oleh sekumpulan siswi di belakangnya. Mereka menoleh dan berhasil mendapatkan titik tuju yang jadi penyebab berisiknya perempuan-perempuan ini.

"Iya ih! Kemaren gue liat di berita aja ganteng banget. Ternyata aslinya lebih bening, anjir!"

"Iya bening banget anjir. Gue sabtu minggu kemaren ampe bela-belain nonton berita buat liat dia doang."

"Makanya kan! Beruntung banget kita masuk sini bisa liat yang bening begini."

Itu Deon dan Miko, yang kali ini tengah berjalan ke arah mereka. Atau setidaknya itulah yang mereka harapkan.

Stella menyenggol lengan Tiffany selagi keduanya berjalan mendekat sembari permisi kepada sekumpulan anak yang tengah berbaris demi bisa berjalan lewat.

"Dia masuk tv juga?" tanya Stella.

Tiffany mengangguk, namun pandangannya masih lurus ke depan. "Iya, dia seterkenal itu."

"Woah." Spontan saja mulut Stella terbuka lebar dan menggelengkan kepalanya kagum.

"Iya, woah juga," ujar Tiffany tanpa sadar.

"Lo yakin dia cuman atlet aja? Bukan artis atau apa gitu yang bikin dia terkenal?"

Tiffany tertawa geli mendengar pertanyaan Stella. "Dulu gue juga mikirnya begitu," kata Tiffany. "Bukan, dia itu terkenal gara-gara jadi atlet paling muda sama... yah, ganteng."

"Makasih."

Baik Tiffany maupun Stella berhasil dibuat tersentak saat dua orang siswa dengan perbedaan tinggi yang terbilang cukup jauh. Stella meneguk salivanya keras-keras, entah kenapa ia merasa seperti pernah merasakan kejadian ini. Di mana ia ditangkap basah karena bergosip oleh orang yang menjadi topik pembicaraannya.

Radeon & StellaWhere stories live. Discover now