Kembali ke 'Nol'

6.2K 615 110
                                    

Jika luka bakar ataupun gores akan semakin melebar jika tak diobati, lalu apakah luka dihati juga dapat melebar ? tak peduli sedalam apa rasa sakitnya, apakah akan ada obat untuk menyembuhkanya ?

Jika memang itu ada, bolehkan sedikit saja ia meminta untuk dirinya.. untuk hatinya yang semakin terluka karena suami yang kini mulai ia cintai.

Tujuh tahun sudah dirinya melepas segala impiannya untuk menjadi dokter, melepas segala kerja kerasnya sendiri hanya karena sebuah ketidaksengajaan. Menghabiskan malam yang penuh gairah dengan seorang pria dalam penggaruh alcohol dan berujung dengan kehamilan aneh yang terjadi pada seorang pria. Seberapa keras ia menampik pun , kenyataan pahit ini telah merubah kehidupannya 180 derajat.

Pernikahan yang hanya dilandasi oleh keterpaksaan dan rasa tanggung jawab.

....

Jika saja dirinya tidak menerima pertanggung jawaban dari Naruto... mungkinkah dirinya dan Menma akan hidup lebih bahagia ? jika selama tujuh tahun ini dia tidak hidup bersama dengan Naruto, apakah cintanya akan tertanam sedalam ini ? bahkan Sasuke yakini tidak akan ada lagi rasa sakit yang terus menggerogotinya seperti saat ini.

Entah berapa jam sudah ia merenung dan menangis dalam suasana gelapnya kamar. Merenung akan sikap suaminya terus mengabaikannya tanpa pernah mengucapkan sepatah kata pun setelah kejadian yang menguras emosi mereka. Bahkan kamar besar ini pun terus saja terasa dingin. Dingin berkepanjangan karena ketidakhadiran suaminya sendiri yang selalu tidur bersama dengan anak kandungnya dari wanita lain.

Beribu tetes air mata pun rasanya akan sangat kurang jika mengingat keadaan rumah tangganya saat ini.

KRIETT

..

"Papa ?"

Suara derit pintu yang dibuka pelan dan disusul kemunculan sosok kecil sang buah hati, membuat ia tersentak kaget. Dengan gerakan pasti lantas saja dirinya segera menghapus air mata yang bersarang pada pelupuk mata dan kedua pipi putihnya. Tak ingin anak tercintanya mengetahui akan keadaan dirinya sekarang.

"Menma ? ... kenapa Menma kesini hm ?"

Ucapan pelan nan lembut meluncur keluar dari bibir Sasuke. menggerakan tangan sebelah kananya bermaksud untuk menyuruh Menma mendekat. "Apa Menma tidak bisa tidur ?" lanjutnya ketika sang anak sudah dalam dekapannya.

"Hu'um.." Guam Menma pelan."Tou-san selalu tidur dikamar Boruto.. Papa pasti kesepian, untuk itu Menma ingin menemani papa saja." Balas Menma pelan.

Mendengar penuturan dari buah hatinya lantas saja air mata yang sempat ia tahan kembali meluncur dengan bebasnya. Tak kuasa menahan rasa hangat dan nyaman akan perhatian yang diberikan Menma kepadanya. Rasa sakit yang tertoreh dihatinya dengan perlahan-lahan hilang digantikan haru yang meyelimuti.

Sungguh ... ini adalah obat yang paling ampuh dari semua obat yang ada dimuka bumi. Anaknya, Uzumaki Menma adalah sebuah karunia terindah yang pernah ia dapatkan dalam hidupnya.

"Hiks..."

"Kenapa papa menangis ? apa papa ingin tidur sendiri ?" Tanya sang buah hati dengan raut cemas ketika melihat papanya yang semakin deras mengelurkan air matanya.

Merasa terbawa suasana, lantas saja Sasuke menghapus air matanya dan menggelang pelan. "Bukan Sunshine, papa hanya merasa sangat senang.. sampai-sampai papa menangis." Jawab Sasuke parau.

"Benarkah ?"

Tangan putih itu pun terjulur mengarah pada Menma. Mengangkatnya ringan dan membawa sang buah hati untuk merebahkan tubuh mereka keatas kasur empuk yang hangat dan nyaman.

PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang