+25 : Supaya Malamnya Bisa Langsung Ena-ena

Mulai dari awal
                                    

"Mas pikir di rumahnya El udah ada lemari pendingin."

"Ada, tapi cuma satu pintu."

"Kamu maunya yang berapa pintu?"

"Dua," Gadis itu memutar bola mata seakan semuanya sudah jelas, "Gitu aja pakai nanya."

"Anggaplah Mas membelikan kalian lemari pendingin sesuai dengan keinginan kamu, lantas yang di rumah El itu mau disumbangkan ke mana?"

"Bukan disumbangkan, tapi dipindahkan ke kos-kosan Mas El. Kalau fasilitas kosnya dilengkapi, uang bulanannya juga bisa dinaikkan. Benar kan?"

Andra berdecak kagum pada kemampuan berhitung adiknya dan bertanya dengan penasaran, "Minta apa dari Nendra?"

"Lemari kaca dan perlengkapan berkebun," Gadis itu menjawab tanpa beban.

"Bukannya tahun lalu kamu udah beli lemari kaca? Harganya mahal loh, Dek. Kamu nggak kasihan sama Nendra?"

"Mas Nenen itu uangnya banyak loh, Mas. Nggak ada alasan untuk Dara kasihan sama dia. Ada juga Dara yang harus dikasihani karena cicilan rumah belum lunas."

"Cicilan belum lunas?" Suara Nendra membuat Andra menghentikan kalimat apapun yang hampir meluncur dari bibirnya, "Cicilan apa?"

"Bukan apa-apa," Dara mengibaskan tangan tanda tak peduli, "Mas udah beli hadiah pernikahan untuk Dara?"

Nendra menghempaskan bokongnya di sofa dan menggeleng, "Mas bingung mau beli apa. Kamu lagi butuh apa sih Dek?"

"Lemari kaca."

"Yang kayak di rumah kamu itu ya?"

"Iya."

"Ya udah, nanti Mas belikan lemari kaca," Kemudian Nendra menyodorkan tas kertas yang sedari tadi dijinjingnya, "Ini juga hadiah pernikahan. Anggap aja hadiah pertama, lemari kacanya hadiah kedua."

"Aw!!" Dara langsung menjerit kesenangan, "Makasih Mas."

"Sama-sama," Nendra menyeringai.

"Boleh dibuka sekarang?"

"Boleh."

            Diiringi oleh tatapan penasaran Andra dan cengiran Nendra, Dara merobek bungkus kadonya dengan brutal. Kedua saudaranya berdecak melihat tingkahnya, namun Dara tak peduli dan terus merobek kertas pembungkus tersebut, sampai menemukan sebuah buku bersampul hijau kusam dengan tulisan berwarna putih mencolok di atasnya. Buku yang membuat Andra mengerang tak percaya, sedangkan Dara terbahak-bahak, "Kama Sutra? Really Mas?"

"Ini buku bersejarah," Nendra memberitahu dengan nada bangga, "Kamu orang ketiga yang memegang buku ini."

"Oh ya? Siapa yang pertama dan kedua?"

"Awalnya Mas beli buku ini untuk Mbak Rara," Nendra mengakui dengan cengiran dan Andra langsung menyambitnya dengan bantal sofa, "Tunggu dulu Mas, ceritanya belum selesai."

"Dasar adek kurang ajar!" Maki Andra geram, "Kenapa Rara nggak bilang apa-apa soal ini?"

"Karena setiap pengantin perempuan memang sedikit banyak harus memiliki pendidikan seks," Nendra menjawab dengan lugas, namun Andra tak menghargainya karena pria itu kembali melempari adiknya dengan bantal, "Mbak Rara nggak marah kok. Justru waktu aku dan Nindya menikah, Mbak Rara menurunkan buku ini pada Nindya. Sekarang Dara yang mau menikah, itu artinya buku ini harus diturunkan kepada generasi ketiga keluarga kita."

"Generasi ketiga mbahmu!" Sembur Andra naik darah.

"Mbah kita sama Mas," Cengir Nendra sama sekali tak merasa bersalah.

"Dara suka bukunya," Dara sengaja bersuara untuk menghentikan pertikaian di antara kedua saudaranya, "Makasih ya Mas."

"Sip," Nendra mengangkat jempolnya dengan ekspresi bangga, "Semoga sukses ya Dek."

            Dan begitulah Dara mendapati saudara konyolnya itu terkapar di lantai karena diserang oleh saudara tertua mereka. Dara tertawa terbahak-bahak menyaksikan keduanya bergulat dengan sengit, namun segera melarikan diri ketika melihat gelagat kalau Andra akan segera memenangi pertarungan tersebut. Jangan sampai saudaranya yang kaku itu merebut harta berharganya!

            Andra berteriak marah melihat adiknya melarikan diri dengan membawa buku berisi tentang pelajaran seks. Di atas lantai, Nendra tertawa-tawa sambil memegangi kaki Andra agar tak bisa mengejar adik bungsu mereka. Di ruang keluarga, suami istri keluarga Bastiaan mendaftar tamu undangan yang terus bertambah, tanpa memedulikan tingkah anak-anak mereka. Keluarga Bastiaan sungguh penuh dengan drama.

**

Salam, Jejoy.

28+ (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang