03

66.5K 359 2
                                    

aku kembali mengingat kejadian yang baru saja menimpaku di lift kantor tadi. andai saja lift itu tidak rusak pasti aku bisa sampai di apartementku lebih cepat dan pastinya tidak akan ada adegan-adegan memalukan seperti tadi. aku merutuki diriku sendiri yang takut kegelapan dan terlalu mudah untuk berkeluh kesah pada orang lain.

TING!!

aku tersadar dari lamunanku dan segera menuju ke apartementku. saat masuk kedalam, apartemenku gelap gulita dan itu artinya Debbie sedang tidak ada di rumah, aku membuka pintu utama selebar-lebarnya agar cahaya dari luar bisa membantu aku mencari ketekan lampu (wtf ketekan).

"gottcha" aku menghembuskan nafasku kasar, karena aku menahan nafas selama mencari ketekan lampu, segera aku menutup pintu dan masuk ke kamarku. aku segera membuka pakaian kerjaku dan langsung melesat ke kamar mandi karena aku merasa badanku terlalu gerah dan lengket.

setelah selesai dengan ritual mandi aku memilih untuk memakai legging hitam dan crop tee favoritku.

"perfect" aku berkata pada diriku sendiri karena memperhatikan pantulan diriku di kaca besar di kamarku. aku menepuk bokongku yang montok dan memperhatikan pada bagian dadaku yang umm mulai membesar.
"apakah secepat itu? semanjur itukah?" aku bertanya pada diriku sendiri. bahkan aku sendiri juga sering meremasnya karena beberapa artikel berkata pijatan lembut di bagian dada akan membuat lebih besar, tapi hanya perubahan kecil saja yang aku lihat.

"apakah hanya pada lawan jenis saja baru akan bereaksi?"
"oh c'mon just forget it Deasy, its not real" aku mensugesti diriku sendiri. aku keluar dari kamarku karena cacing-cacing di perutku akan memporak porandakan keadaanku yang berakibat aku harus masuk rumah sakit.
yaa aku memang manusia yang tidak bisa terlambat makan karena penyakit maag ku.

"okeey aku hanya harus memasak untuk mengganjal perut aku yang sudah mulai keroncongan"

"ohh shit kosong?? melompong? tidak ada apa- apa di kulkas??" aku mulai menggerutu

aku memang belum ada berbelanja untuk mengisi kembali kulkasku karena kesibukanki dan aku sudah terlalu lelah sehingga setelah pulang kantor aku langsung membersihkan diri dan tertidur hingga pagi.

"really? junk food again" aku memutuskan untuk pergi keluar mencari makanan mungkin aku bisa mendapatkan makanan yang lebih baik daripada makanan cepat saji.

aku mengendarai HRV ku dengan santai dan mulai mengedarkan pandanganku ke pedagan kaki lima, sebelum aku disibukkan dengan pekerjaanku dulu aku sering makan di pinggiran jalan seperti ino, karena ada kesan tersendiri bagiku.

aku memarkirkan mobil ku dan mulai menjelajah makanan pinggir jalan malam ini, fyi sebelum aku keluar aku mengganti baju crop ku dengan sweater bebek kesukaanku.

"mas pentol bakarnya 20rb ya" aku tersenyum kepada mas penjual pentol bakar yang aromanya
membuat aku tertarik untuk mencoba.

"buat dimakan sendiri neng? banyak amat"

"hahaha iya mas, abis dari baunya enak"

"ini neng pesanannya"

"berapa semuanya mas?"

"lah kan tadi pesennya 20 ribu neng, gimana sih ga fokus gitu. udah lapar yaa"

"hahaha iya maaf ya mas"

aku segera membayar pesananku dan meninggalkan penjual pentol itu. aku kembali mencari-cari apa yang aku akan makan malam ini. tidak lama berkeliling aku menemukan kedai nasi goreng yang kelihatannya enak, aku berjalan menuju kedai tersebut dan mulai memesan.

"ibu pesan nasi gorengnya 1 sama mie gorengnya 2, kecapnya sedikit aja tidak usah pake saos ya bu" ucapku banyak permintaan namun tetap berkata sopan.

"iya neng di tunggu ya" kemudian ibu itu meneriakkan pesananku kepada orang yang memasak mungkin suaminya.

sambil menunggu pesanan makananku aku memainkan ponselku mengecek sosial media ku dan membalas beberapa grup rumpi chat ku sampai aku mendengar namaku di panggil oleh suara yang cukup familiar di telingaku.

"Deasy"

merasa di panggil aku lau mendongakkan kepalaku dan tersenyum.
"eh hai Mr. Edward"
"eh maksudku Edward"

Edward lalu tersenyum, senyum yang tidak dapat kuartikan apa maksud dari senyuman itu. karena setau aku Edward adalah orang yang irit senyuman. bahkan jarang sekali aku melihatnya tersenyum. tapi aku beruntung, bahkan sangat beruntung bisa melihat senyumannya yang sangat jarang itu dan bisa mendengar tawa seperti waktu di lift kantornya.

aku menggelengkan kepalaku kuat kuat untuk mengusir fikiran tebtang kejadian itu.

Don't touch My BoobsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang