Tidak Pernah Berubah

6 1 0
                                    

Hamburg, Jerman 2017

Seorang gadis dengan rambut berwarna coklat gelap panjang terlihat memetikkan gitarnya di atas panggung kecil. Mata indahnya terpejam mengikuti alunan lagu dari Britney Spears yang berjudul Everytime, yang dia nyanyikan saat ini di depan Asklepios Klinik Barmbek, Hamburg, Jerman, salah satu Rumah Sakit dengan jaringan terbesar di Eropa.

Saat ini tengah di adakan seminar kedokteran dengan nuansa non formal yang bukan hanya menyajikan ilmu kedokteran, tapi juga hiburan dan beberapa stand makanan yang berada di depan Rumah Sakit tersebut.

Gadis berambut coklat tadi membuka matanya seiring dengan berhentinya petikan gitar yang melantunkan nada indah. Gadis itu tersenyum dengan cantik, menandakan bahwa permainan gitarnya telah selesai. Seketika suara tepuk tangan menggema di sekitarnya, membuat gadis itu tersenyum canggung.

"Hebat sekali. Aku tidak menyangka selain berbakat dalam bidang kedokteran, kau juga berbakat memainkan gitar, Terresa."

Terresa -gadis yang sedang turun dari panggung kecil tersebut tersenyum mendengar rekannya memujinya dengan bahasa Jerman.

"Terima kasih." Jawabnya sambil tersenyum malu.

"Hey, apa kau tidak tahu kalau Terresa dulu pernah berada di sekolah seni Korea Selatan? Jadi sudah pasti dia mengerti dunia musik seperti ini." Ungkap rekannya yang lain.

"Benarkah?"

Terresa menganggukkan kepalanya pelan, membuat beberapa helai poninya jatuh ke wajahnya.

"Terresa, handphone-mu dari tadi berdering terus. Ku rasa ada hal penting yang harus disampaikan." Ucap temannya seraya memberika tasnya yang tadi sengaja dia titipkan sebelum naik ke atas panggung.

"Iya, aku akan kembali ke Jakarta dalam waktu dekat. Mungkin dari orang tuaku." Ucapnya sambil merogoh handphonenya yang tengah berdering.

"Kau akan kembali ke Indonesia? Kapan?"

"Besok aku akan berangkat." Ucapnya singkat. Tangannya meraih handphonenya, dan segera pamit dari tempatnya berada untuk menerima telepon.

"Iya ma." Jawabnya setelah menjauh dari kebisingan.

"Kamu ini kemana aja sih? Dari tadi mama telponin gak di angkat-angkat. Kamu gak lagi macem-macem kan disana?" Omel mamanya.

Terresa tersenyum, "gaklah mama. Aku abis nyanyi tadi di acara seminar Rumah Sakit. Tasnya aku titipin ke Victoria."

Terdengar helaan nafas lega dari mamanya. "Mama kira kamu macem-macem." Ungkap mamanya jengkel, membuat Terresa tertawa kecil. "Kapan kamu sampai di Jakarta? Mama sama papa kangen kamu."

"Besok aku berangkat ma. Aku udah pegang tiket pesawatnya kok, jadi mama gak usah khawatir. Anak mama yang satu ini pasti udah di Jakarta sebentar lagi."

Mamanya terkekeh pelan, lalu mulai menanyakan kabarnya dan keadaannya selama di Jerman, yang di jawab antusias oleh Terresa.

"Sepertinya Mama harus membuat pesta kedatangan kamu, deh. Mama bisa ajak temen kamu di Jakarta. Chika, Stevan, Reyhan, Andini, dan yang lainnya. Mereka juga pasti kangen sama kamu."

Terresa tersenyum kecil, "gak usah,ma. Aku juga pasti bakal ketemu sama mereka pas reunian nanti. Jadi biar lepas kangennya di sana aja ma."

"Oh yaudah kalau begitu. Mama tutup teleponnya dulu ya, sayang. Sudah malam disini." Ungkap mamanya sambil tertawa.

Terresa menganggukkan kepalanya dan mematikan sambungan teleponnya. Matanya menatap langit sore Hamburg, Jerman yang indah. Dirinya akan kembali ke Jakarta besok. Melepas rindu bersama keluarga dan teman-temannya. Dan juga ... Stevan.

Rainy GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang