46. Orang Yang Benar-Benar Mencintaimu -1-

Mulai dari awal
                                    

Tentu saja, bagaimana ia tidak kesal, beberapa jam lalu ia sudah bersiap untuk pulang, bahkan dirinya sudah berkemas dan bersiap keluar dari ruangannya. Namun malapetaka besar terjadi, ketika ia membuka pintu Asuma sudah menyambutnya dengan senyuman sarat makna.

Dan selanjutnya ia terdampar di ruang interogasi ini, untuk mengerjakan pekerjaan yang sama sekali bukan tugasnya. "Hei! Kenapa lama sekali???!!!" Setengah berteriak dengan nada marah, Shikamaru geram melihat dua mahluk di depannya yang masih sibuk saling pandang.

Hinata yang lebih dahulu tersentak karena teriakan Shikamaru, buru-buru bangkit dan berdiri dihadapan Shikamaru. "Konbawa Nara-san." Salam Hinata sopan sembari berojigi.

"Silahkan masuk." Shikamaru yang berwajah malas itu mundur beberapa langkah, mempersilahkan Hinata yang juga telah berdiri di depan pintu.

"Tunggu, biar aku lebih dahulu." Jawab Naruto mendahului Hinata masuk kedalam ruangan itu.

Mutiara lavender Hinata menatap sendu punggung tegap Naruto yang berlapis kaos dalaman putih itu, hatinya terenyuh, semakin sulit baginya untuk melepaskan dan meninggalkan Naruto, jika pria itu terus berkorban untuknya. 'Kenapa Naruto-kun... kenapa harus aku....? Mengapa kau tidak mencari saja pengganti diriku yang jauh lebih baik...? Jika begini, akan semakin sulit bagiku untuk melepaskanmu...'

...

"Jadi Hyuuga-san..., kau sama sekali tak menaruh curiga pada kekasihmu itu?"

Menggeleng pelan seraya menunduk, Hinata masih bersikeras untuk melindungi Toneri, kendati posisinya semakin tersudut. Shikamaru adalah salah satu penyidik dari Badan Intelegent Negara yang memiliki IQ diatas rata-rata.

Siapa yang tak meragukan kemampuan pria ber Klan Nara ini. Bahkan untuk merombak BAP yang mati-matian disusun oleh Naruto, ia hanya membutuhkan waktu setengah jam.

Sebenarnya ini adalah hal yang mencoreng wajah Naruto. Selama ini pihak kepolisian akan meminta Badan Intelegent Negara untuk melakukan interogasi, bila sang tersangka atau saksi, memiliki kepribadian ganda yang cenderung pintar menyembunyikan kebenaran.

Namun kali ini, jujur Naruto merasa harga dirinya telak di cabik-cabik saat tugas sederhana menginterogasi gadis lugu macam Hinata harus di gantikan oleh orang lain.

"Hyuuga-san, kau yakin tak mencurigai gerak-gerik pacarmu itu? Lalu bagaimana hubungan kalian bisa terjalin, kau tidak merasa curiga saat dia bahkan tak menyempatkan diri untuk bertemu denganmu tiga bulan lalu, padahal dia sedang berada di bibir pantai bertarung dengan calon suamimu itu?" Tanya Shikamaru sambil melirik kearah Naruto.

Hinata menggeleng pelan, ia hampir terisak karena nada bicara Shikamaru yang terkesan membentaknya. Hatinya terasa ngilu mengingat semua dusta yang di torehkan oleh Toneri disebabkan oleh bisnis haramnya.

"Shika, bisa lebih sopan sedikit. Kau membuat Hinata takut." Sepasang tangan kekar Naruto mengelus lembut bahu kecil Hinata yang sedikit bergetar karena isakannya.

"Huffff.... hoammmm..."  Shikamaru menguap bosan. "Memang merepotkan, ya? Bila melibatkan perasaan dalam kasus seperti ini." Shikamaru lalu membenarkan posisi duduknya agar lebih tegap, yang tadinya bersandar pada kursi. Ia menumpukan tangannya pada meja seraya memajukan wajahnya agar lebih dekat dengan wajah Hinata dengan tujuan agar leluasa melemparkan pertanyaan pada Hinata.

"Hyuuga-san, sebenarnya sejauh mana kau mengenal kekasihmu itu? Kau sama sekali tidak menaruh dan melihat hal mencurigakan selama berhubungan dengannya, rasanya lucu sekali, gudang itu masuk dalam wilayah butikmu, dan kau tidak tahu ada orang yang menyimpan berkilo-kilo heroin di wilayah butikmu, hanya ada dua pilihan, kau sedang melindungi kekasihmu, atau kau terlibat dalam jaringan ini."

"Shika!!!!" Naruto berteriak tidak terima, ia mengabaikan reputasinya di mata para polisi penjaga yang notabene adalah bawahanya. "Kau tak bisa sembarangan melemparkan tuduhan padanya, kau seorang penyidik Shika, asumsimu bisa merubah status seseorang dari saksi menjadi tersangka.

"Memang." Shikamaru membuat beberapa catatan pada kertas di dalam map. "Komisaris sudah mengalihkan kasus ini padaku. Dan itu karena kau yang terlalu lemah. Aku berhak membuat keputusan disini." Shikamaru menutup mapnya dan mengarahkan pandangannya Hinata. "Dan Anda Hyuuga-san, karena Anda tak bersikap kooperatif dalam penyelidikan ini, kami mencurigai keterlibatanmu dalam jaringan ini, dan menetapkanmu sebagai tersangka. Dan untuk membatasi ruang gerakmu kau akan diamankan sementara di markas ini."

Hinata terkesiap tak percaya, ia mendongak dengan air mata yang berlinang. 'Tersangka.... aku akan mendekam di sel ini.... Tou-sama dan Neji-nii pasti akan malu... aku telah menghancurkan reputasi Hyuuga.... Dan Toneri-kun... tidak..." Hinata mendongak, tatapan memelasnya kini tertuju pada Naruto yang wajahnya telah merah padam menahan amarah.

Telapak tangan lebar pria berkulit tan itu terkepal kuat, dan..

"SIALAN KAU SHIKA!!!!"

BUAGH

Tak terkendali, Naruto malah melakukan perlawanan, bogem mentah ia hadiahkan pada rekannya. Menarik kerah kemeja putih yang digunakan Shikamaru, Naruto berniat menghajar kembali Shikamaru. Sementara pria Nara itu lebih memilih memejamkan matanya.

Shikamaru punya pengendalian diri yang jauh lebih baik dari Naruto. Ia tahu jika ia membuat keributan dan balas menyerang Naruto, resikonya adalah turun dari pangkat yang dengan susah payah ia perjuangka .

"Inspektur Namikaze Naruto!" Suara lain yang amat ia kenali membuat Naruto berbalik dan urung menyerang Shikamaru.

"Memanipulasi barang bukti. Mempersulit jalannya penyelidikan, membawa kepentingan pribadi dalam tugas."

Deg

Asuma sang Komisaris berjalan mendekat kearahnya seraya menyebutkan satu persatu kesalahannya. "Dan saat ini, menyerang anggota Badan Intelegent Negara, di tengah jalannya penyelidikan, kau tahu sanksi atas pelanggaranmu? Mulai malam ini, pangkat Inspekturmu ku tarik. Brigadir Dua Namikaze Naruto."

Kaku, Naruto terdiam saat mendengar keputusan Asuma. Tubuhnya membatu saat Asuma dan Shikamaru meninggalkannya di ruangan itu hanya bersama Hinata.

Karirnya yang selama ini ia raih dengan kerja keras, tetesan darah dan perasan keringat. Sekarang ia berada di posisi terendah dalam institusi kebanggaannya. Ia adalah putera kebanggaan orang tuanya. Dan malam ini dia mencoreng reputasi keluarganya.

Demi Hinatanya, karena membela wanita tercintanya, malam ini ia kehilangan hal berharga yang menjadi kebanggaan keluarganya. Orang tuanya, terutama Namikaze Minato, ayah tercintanya yang menaruh kepercayaan penuh padanya.

つづく
Tsudzuku

Sweet DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang