"Saya undur diri untuk berangkat menjalankan perintah Anda, Yang Mulia," Julio menunduk hormat lalu mulai berbalik dengan langkah lebar.

"Tunggu!"

Langkah kaki Julio berhenti saat Joanna memanggilnya. Joanna mendekati Julio dengan perlahan. Dia berdiri di hadapan sang petarung itu.

"Apa yang harus aku lakukan jika penyihir itu datang lagi ke sini?" tanya Joanna dengan raut wajah takut. Julio menatap mata amber milik Joanna dengan saksama. Julio lalu melihat pergelangan tangannya dan melepaskan gelang dari anyaman akar kayu dengan sejumput rambut halus sebagai bandul.

"Pakai ini, jangan pernah Anda lepaskan. Dia tidak akan berani mengganggu Anda." Julio menyerahkan gelang itu kepada Joanna.

"Benda apa ini?" tanya Joanna sambil memperhatikan gelang itu.

"Rambut ini adalah rambut dari penyihir yang pernah dijadikan uji coba para tabib. Dia adalah pemimpin bangsa Sorgin yang telah mati. Mereka takut dengan pemimpin mereka. Jadi jangan pernah lepaskan ini, Tuan Putri." Julio memasangkan gelang itu ke tangan Joanna. "Anda akan aman bersamanya selama saya tidak ada di sini."

Hal ini juga menjelaskan mengapa penyihir itu langsung ketakutan dan pergi dari hadapan Julio semalam. Julio siap melangkah lagi ingin meninggalkan istana, tetapi Joanna lagi-lagi menghentikan langkah kakinya. Orang-orang di istana cukup merasa heran dengan kedekatan mereka berdua. Sang raja kali ini membiarkannya karena Julio sudah menyelamatkan nyawa putri kesayangannya. "Seminggu lagi kau harus pulang," hanya itu kata-kata yang Joanna ucapkan. Dia kemudian berlalu dari hadapan Julio.

➴➵➶

Malam telah tiba. Ufuk sudah bersembunyi di balik angkasa luas. Di mega luas sana, para bintang juga tengah bersembunyi. Bulan malu menampakkan diri. Awan hitam beriring menutupi langit pekat. Mendung malam dengan angin yang menusuk tulang menjadi penghias sunyi. Di bawah naungan langit mendung, Julio duduk dengan selinting rokok yang menghangatkan tubuh. Api dia padamkan di tendanya. Hanya menyisakan setitik kecil api dari rokoknya. Matanya awas menatap hutan Dunkelheit di depan sana. Aroma sedap mengundang hidungnya untuk tergoda memasuki hutan. Ranting-ranting melambai mengajak masuk sang petarung. Dia tidak tergoda dengan semua semu itu. Raganya tetap menikmati lintingan rokok daun yang diisapnya. Dia masih menunggu, menunggu sesosok pengintai dari dalam hutan yang melihatnya kemarin. Dia yakin sosok itu tengah bersembunyi sambil memperhatikannya di sana.

Menurut mitos yang Julio dengar, di sana memang ada seorang penunggu misterius dengan kuda hitamnya. Entah siapa dia, tetapi dia bukan manusia biasa. Mata merahnya menandakan aura jahat. Sang petarung sangat yakin sosok itulah yang mengendalikan hutan penggoda Dunkelheit. Masih menjadi pertanyaan bagi Julio, mengapa sosok itu menunjukkan diri padanya sekarang setelah belasan tahun dia hidup berdampingan dengan hutan itu. Apakah dia berniat jahat pada Julio atau merasa Julio sebuah ancaman untuknya. Dia tidak tahu alasan sebenarnya dan ini akan menjadi pekerjaannya untuk mencari tahu.

Rokok Julio sudah habis dilahap api. Dia sekarang memilih untuk menghadapkan tubuhnya ke arah istana. Istana kerajaan Mazahs terlihat cukup terang dari kejauhan. Bangunan khas renaissance dengan sentuhan gothic itu sudah menjadi rumahnya sekarang. Pikirannya tertuju kepada penyihir Sorgin yang sudah mulai bergerak. Istana sedang dalam masa tidak aman, ditambah dia juga mendengar desas-desus para pemuja setan yang mulai menyebarkan ajarannya untuk memasuki istana. Szandor, pria licik itu pernah menawarinya untuk mengikuti ajaran sekte sesatnya, tetapi seperti yang sudah bisa ditebak, Julio tidak terpengaruh.

Saat Julio masih menatap istana, sudut matanya menangkap gerakan yang tidak biasa dari hutan Dunkelheit. Dengan cepat mata tajamnya beralih ke kedalaman hutan. Benar saja, sang penunggu misterius berdiri tegak di sana dengan seluruh tubuh tertutupi jubah hitam. Matanya merah menyala menatap Julio. Kuda Julio menjadi gelisah. Tubuhnya bergerak-gerak dan kakinya mengentak tanah. Ringkikannya semakin nyaring di tengah sunyi. Julio berdiri dan mendekati bibir sungai. Berharap dia bisa lebih dekat dengan sosok itu, tetapi lagi-lagi sosok itu menghilang ditepis kabut. Dedaunan kembali terdengar nyaring seakan baru saja terbebas dari rasa himpitan yang menyesakkan.

DUNKELHEIT [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora