2. Serpihan Kisah

Start bij het begin
                                    

"Azam kurang apa sih, Rif? Ganteng iya, perhatian iya, mapan jelas. Katanya kamu target nikah tahun ini, nah ini ada yang deketin kamu kok malah sok cuek bebek.." kata Mbak Au yang ia akhiri dengan gelengan pelan tidak habis pikir dengan tingkah Rifka.

"Rifka itu masih menunggu Mas Zafran yang tengah merantau guys..." Vio berdecak lalu melnjutkan, "ck, nggak pengertian amat sih kalian."

Zafran Ar-Rasyid adalah cinta pertama Rifka. Kami bertiga tentunya sudah paham akan hal itu. Hanya saja kini Zafran masih merantau di negeri seberang, dan sepertinya Rifka masih setia menanti cinta pertamanya.

"Nggak usah sibuk sok pengertian sama aku deh, urusin aja kisah ngenes friendzone kamu sama Carrel yang nggak berujung."

Ucapan Rifka sukses membuat Vio bungkam. Rifka memang tahu betul bagaimana menutup mulut Vio yang suka ceplas-ceplos itu, begitu pun sebaliknya.

"Nah iya tuh, Vi. Kamu kapan jadian sama Carrel?" timpal Mbak Au.

"Aku temenan doang elah. Aku sama Carrel tuh udah terlalu nyaman sama status pertemanan kami."

Ya, begitulah Viona. Dia selalu menampik soal perasaannya dengan Carrel Ravega Junifar yang merupakan sahabatnya. Padahal sudah terlihat jelas bagaimana perasaannya kepada Carrel ketika kami membicarakannnya.

"Teman tapi nikah ya, Vi?" goda Rifka sembari menaik-naikkan alisnya.

"Iya kalau nikah, kalau ternyata Carrel tiba-tiba punya pacar gimana? Nangis-nangis deh kamu Viona!"

"Setan ya mulut kamu Atsnaita Yashinta!!!" kesal Vio.

Aku,  Mbak Au,  dan Rifka hanya tertawa melihat ekspresi kesal Vio. Lagipula buat apa juga dia menahan-nahan perasaannya? Kalau suka ya bilang suka, apakah seberdosa itu menyukai sahabat sendiri?

"Anjirlah ya ini Audy doang yang udah mulai kelihatan hilalnya," ujar Rifka.

"Hilal apaan? Hubunganku sama Mas Mahen masih gitu-gitu aja. Nggak ada status," ujar Mbak Au yang ia akhiri dengan melengkungkan bibirnya ke bawah membentuk emot sedih.

Mahendra Arya Sadewa adalah teman dekat Mbak Au. Kalau aku melihat interaksi mereka  hubungan mereka sudah bak suami istri. Namun nyatanya mereka hanya sebatas teman kuliah. Ya, Mbak Au kini memang masih melanjutkan S2-nya. Ibarat pembeli, Mas Mahen itu seperti penggemar yang hendak membeli novel penulis favoritnya, namun karena ia belum mempunyai cukup uang ia menyembunyikan novel itu agar tak dibeli orang lain. Itu ia lakukan kepada Mbak Au, aku rasa Mas Mahen tak ingin Mbak Au dilirik oleh laki-laki lain. Namun Mas Mahen belum confess juga. Kata Mbak Au, Mas Mahen belum siap berkomitmen. Ah sunggug, aku tak mengerti dengan jalan pikiran laki-laki.

Satu tanganku terulur merangkul pundak Mbak Au, "seenggaknya dia udah pernah main ke rumahmu kan Mbak Au? Udah ketemu ayah ibu mbak Au juga."

"Justru itu Na.. Orangtuaku malah semakin ngarep sama Mas Mahen, padahal ini aku sama dia belum ada kejelasan."

"Aduh ribet juga ya kalau orangtua udah srek gitu..."

Ya, seperti ibuku yang sudah merasa mantap dengan si mas yang aku dan ibuku bahkan belum tau namanya, lanjutku dalam hati.

"Gila.. Gila.. Ini kita berempat kenapa kisah cintanya pada bermasalah sih? Heran.." Rifka menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

"Berempat? Sorry, aku enggak ya!" ujarku tak terima dengan statement Rifka.

"Helloooow kamu masih gamon sama Mas Ardha Mas Ardha kamu itu ya Na!" sanggah Vio.

"Ih mana ada?!" balasku.

"Itu buktinya ibunya masih sering whatsapp kamu!"

"Berarti yang gamon ibunya, bukan aku!"

"Nyatanya kamu masih jomblo sampai sekarang, kenapa coba?"

"Itu nggak ada hubungannya sama Mas Ardha!"

Sementara Mbak Au dan Rifka hanya menatap lelah perdebatanku dengan Vio. Ya, sepertinya Vio ingin balas dendam.

"Emang ibunya Ardha sekarang masih sering whatsapp kamu, Na?" tanya Mbak Au yang aku balas dengan gelengan.

Pasca berakhirnya hubunganku dengan Mas Ardha, ibunya memang masih sering menghubungiku. Meskipun aku sama sekali sudah tak ada komunikasi dengan Mas Ardha hubunganku dengan ibunya masih terjalin dengan baik. Namun akhir-akhir ini ibu Mas Ardha sudah tak lagi menghubungiku.

Ah iya, mungkin ibu Mas Ardha sudah mulai dekat dengan Fasha yang jelas-jelas adalah calon menantunya. Aku rasa tidak baik juga kalau aku masih intens berhubungan dengan ibu Mas Ardha di saat dia sudah memeliki calon. Iya calon, karena kata 'pacar' sepertinya kurang sesuai untuk usia kita.

"Hhhh aku pengen dijodohin aja deh biar nggak ribet.." celetuk Vio.

Membuatku yang sempat melamun langsung menatapnya shock bercampur tak percaya.

Siapa bilang perjodohan itu tidak ribet? Aku juga tidak tahu, atau belum tahu?

Dring!

Dering ponselku yang menandakan ada pesan masuk membuatku buru-buru mengambilnya di saku tasku.

From: mommy❤
Na, namanya Irshad Maulana Adi. Panggilannya Irshad. Duh dari namanya aja udah keliatan kalo anaknya soleh kalem nggak neko-neko ya Na

Aku hanya mendengus lelah membaca pesan dari Ibu. Padahal belum tentu sebuah nama menggambarkan seperti apa orangnya.

.

.

.

TBC



M A R R I E D ?  ?  ? Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu