Thirteen - Say goodbye

23.4K 4.5K 951
                                    

Sehun hanya dapat terus mengecup puncak kepala putri pertamanya, pikirannya buntu. Dipelukannya putri kecilnya tampak lelap, atau mungkin damai.

Pintu dibuka paksa dan Sehun bahkan tak dapat menutupi air matanya yang terus mengalir.

"Oh Sehun..." panggil salah satu dari kedua orang yang masuk kedalam kamar rawat putrinya, tubuh Sehun terasa kelu seperti lidahnya. Ia hanya bisa menatap kedua orang itu nanar.

"Kumohon...

"Hidupkan putriku sekali lagi..." mohon Sehun dengan susah payah, matanya tak sanggup menatap pada layar monitor yang menunjukkan garis lurus. Semua seakan menghukum ketidakpeduliannya selama ini.

Lay membawanya menjauh dari tubuh putrinya yang terbaring, Sehun dibawa keluar. Dengan tidak rela ia menatap pada wajah Hanna yang damai.

"Hiduplah sekali lagi untuk Daddy ya? Daddy mohon.." bisiknya parau sebelum tubuhnya terbawa keluar oleh Lay yang kemudian bersiap untuk masuk bersama dokter dan perawat lainnya.

"Kau harus berdoa Sehun-na, semoga Tuhan tak menghukummu lebih dari ini" ucap Lay sembari menepuk pundaknya dan menghilang di balik pintu kamar rawat putrinya.

Ya, dan Sehun mulai berdoa didalam hatinya. Air matanya kembali leleh saat ia ditohok oleh rasa tak pedulinya pada kedua anak kecil yang seharusnya diasuh dan dicintai olehnya.

Kau ayahnya Sehun, tapi kau bahkan tak pernah menganggapnya ada cerca batinnya sendiri membuat ia menundukkan wajahnya.

Tangan kecil merayap menuju wajahnya, seorang bayi kecil yang bahkan belum dapat berjalan itu membuat air matanya kembali luruh.

"Hanse-ya" panggil Sehun serak dan anak lelaki itu menampilkan senyum manisnya yang menggemaskan, tanganya menggapai ingin masuk dalam gendongannya.

"Tolong daddy, daddy sangat takut" lirih Sehun saat Hanse telah nyaman dalam pelukannya. Bibi yang ikut disana sudah menangis sedari tadi sembari merapalkan doa untuk putri pertama majikannya.

Pintu terbuka dan Sehun tak bisa menahan kakinya lebih cepat dari pikirannya yang buntu sejak Hanna tak membalas pelukkannya tadi.

Wajah Suho penuh air mata, ia menatap nanar pada Sehun kemudian pada Hanse yang melongok lucu digendongan ayahnya. Suho kembali berkaca-kaca, ia tetap diam dan maju ke hadapan mereka untuk mengelus surai Hanse lembut.

"Maafkan kami Sehun-na, kami sudah berusaha semaksimal mungkin..." buka Suho dengan suara yang benar-benar parau, Lay muncul dibalik pintu dengan wajah yang tak jauh berbeda.

"Nona Oh Hanna sudah dinyatakan...." Telinga Sehun berdenging memekakkan, tak ada yang dapat ia dengar selain banyak tangisan disekitarnya.

Tuhan benar-benar sedang menghukumnya.


























































Sehun terbangun ditengah malam, seperti yang selalu terjadi selama dua bulan ini. Wajahnya juga semakin pucat, tumpukan berkas yang telah ia kerjakan semalaman ia singkirkan berantakan dari kasurnya. Beranjak menuju nakas untuk mengambil air minumnya.

"Ayolah Hanna, jangan terus didalam mimpi daddy. Besok Hanse akan berulang tahun, kecuali kau ingin menghadiri pestanya juga" monolog Sehun sembari melihat pada satu-satunya potret Hanna yang kini terpajang di nakas dekat kasurnya.

Ia terkekeh, menyembunyikan wajahnya yang menyedihkan dalam telapak tangannya yang kurus. Seperti tengah menggambarkan betapa kacaunya ia.

Merasa sudah tak dapat lagi tidur, ia beranjak menuju dapur di rumahnya yang besar dan kosong, tanpa Hanna dan Hanse.

Ia menatap meja makannya sendu. Menyesali waktu yang terbuang tanpa menghabiskannya duduk disana bersama kedua putra-putrinya, Sehun memalingkan wajah kemudian naik menuju lantai dua.

Sehun menghela nafas berat setelah berhasil membuka pintu kamar putrinya yang rapi dan dingin, banyak mainan Hanse disana.

Berjalan lurus menuju balkon dan matanya terhenti pada sebuah tanaman Iris disana yang sudah mulai layu.

"Besok daddy bawakan lagi bunga Iris yang baru untukmu" monolog Sehun, tangannya yang kurus mengapai pot bunga itu.

"Apa yang ini perlu daddy bawakan juga?" tanya pria itu pada kesunyian malam. Tak ada yang menjawabnya.

"Hanna-ya, daddy ingin tidur juga..." gumam Sehun sembari mengamati bintang cantik dilangit malam, "kenapa kau selalu muncul dalam mimpi daddy saja" keluh Sehun sementara air matanya sudah turun satu persatu.

Ia masuk kembali, tanpa menyeka air matanya. Hanya berjalan menuju ranjang Hanna yang dingin dan merebahkan tubuhnya yang lelah disana.

"Hanna, daddy tidur ya? besok kau harus hadir di ulang tahun Hanse, dia pasti akan sangat senang" gumam Sehun dengan sebuah senyum hambar menikmati wangi khas Hanna yang menguar di atas kasur.

-

Sehun berjalan menuju sebuah taman yang rindang, dengan sebuah bouquet bunga Iris ditangannya. Duduk dengan tenang diantara pepohonan yang rindang ia menengadahkan wajahnya yang tirus dan menutup matanya.

"Hei, daddy disini. Hari ini ulang tahun Hanse, kau ingin merayakannya juga kan? Hadiah apa yang harus daddy bawakan?" gumam Sehun setipis angin sementara tangannya mengelus permukaan bunga Iris itu. Hatinya terasa sakit setiap ia mengingat ketidakpeduliannya dulu

"Daddy rindu dengan mu. Dasar anak nakal, apa yang kau sembunyikan bersama paman Suho dan Lay?" gumam Sehun berpura-pura marah namun airmata nya kembali mengalir.

Ponselnya bergetar, Sehun tersenyum sendu.

"Ayo kita bertemu sekarang Hanna"

"Ayo kita bertemu sekarang Hanna"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
The Daddy's Complex • Oh SehunWhere stories live. Discover now