"iya Sky, gue cuma khawatir sama loe"

"gue bakal baik-baik aja kok Wir, thanks ya"

"iya Sky, gue tutup dulu ya"

Ray baik-baik saja tanpa ku. iya aku tahu itu.

***

(AUTOR POV)

30 menit sebelum Wira bertemu Ray. Di kafe disebuah mall, Ray sedang bersama teman-temannya.

ia sedang menegak habis jus Stroberi favoritnya, seakan ia tidak membutuhkan bantuan sedotan.

"sedih amat tampang loe" ucap Arya, teman Ray sembari melempar gumpalan tisu ke arahnya.

"apaan sih" sahut Ray

"udah lah Ray, cewek kayak Sky mah banyak, loe bisa nemuin 100 bahkan ribuan yang mirip Sky, lebih dari Sky juga bisa" ucap Tio sembari merangkul Ray yang duduk di sebelahnya

Ray menghela rangkulannya "tau apa loe tentang Sky" ucap Ray dengan nada tinggi

"udah-udah, mending sekarang kita ke timezone yuk, ngibur Ray" ucap Tania yang langsung di setujui oleh yang lainnya
***

(Sky POV)

hari-hari ku semakin buruk, usai Wira membuatku yakin bahwa Ray benar-benar bahagia tanpa aku.

teman-teman ku tentu saja selalu mendukung ku, mereka lah yang selalu menghiburku.

aku tertidur di kelas, seperti yang kalian ketahui dari ceritaku sebelumnya, aku sering tertidur selama pelajaran berlangsung.

tapi mungkin hari ini adalah hari sial ku. guru mengetahui aku yang sedang tertidur.

hari ini aku mendapat ocehan guru plus lemparan spidol plus membuat 100 puisi dalam bahasa inggris. Iya Mr. Reyhan guru bahasa inggris ku kadang memberi hukuman yang sangat bermanfaat untuk melatih tangan dan otak muridnya.

"disini Mr.?" tanya ku dengan wajah kantuk

"In the library! you will only annoy your friends if you do the task in the classroom" ucap Me. Reyhan

aku langsung pergi usai mengambil buku dan kotak pensilku.

"siall... sialll.. sial" hanya kata itu yang aku ucapkan seraya aku berjalan menuju perpustakaan.

sampai aku di perpustakaan, aku bertemu dengan Ray. ia sedang menggunakan komputer yang ada di perpustakaan bersama beberapa temannya. Aku menunduk dan langsung mengambil tempat duduk.

"Ray ada Sky" ucap salah satu teman Ray yang aku tidak bisa tebak entah siapa

aku tidak mendengar apa jawaban Ray dan sebenarnya aku penasaran.

aku bisa merasakan seseorang sedang berjalan ke arah ku , tapi aku terlalu takut untuk menoleh.

"Sky, ngapain?" tanya seseorang

aku menoleh dan mendapati Tio berdiri di sebelah ku.

"gue lagi buat tugas"

Tio mengernyitkan alisnya "sendirian?"

"hm, ini tugas untuk hukuman" sahut ku

"hm? dihukum? by the way tugasnya apaan? siapa tau bisa bantu" ucap Tio

"buat poetry sebanyak 100"

"wuih bahasa inggris ya, kalo gitu gue gak bisa bantu, mungkin Ray bisa bantu" ucap Tio langsung menatap Ray "Ray bantuin Sky gih kasian nih buat 100 puisi bahasa inggris, loe kan pinter tuh"

"eh gak perlu" ucap ku menolak

Ray berdiri mendekati kami "lah ini si Ray aja mau, jangan nolak bantuan, pamali" ucap Tio sembari menepuk bahu ku

"tentang apa?"  tanya Ray sembari membungkuk di sebelah ku

jantung ku berdegup kencang, sama seperti saat pertama kali Ray ada di jarak yang sama sebelum kami pacaran. Ray pintar bahasa inggris, jadi dia sangat sering membantu ku dalam segala hal berhubungan dengan bahasa inggris.

"bebas" ucap ku dengan nada yang pelan

"loe kan pinter buat puisi, nanti gue bantu translate" ucap Ray

"gue udah ada puisinya" ucap ku memberikannya buku yang biasa ku tuliskan puisi, dan bodohnya aku semua puisi itu isinya tentang dirinya. "cuma perlu bikin 86 puisi lagi" sambung ku

Ray membaca salah satu puisi ku, ia tersenyum. aku malu. "buatnya jangan panjang-panjang, nanti capek nulisnya" ucap Ray. aku mengangguk menjawabnya.

ia mengambil pensil di dalam kotak pensil ku. jantung ku masih berdegup kencang.

1 jam sudah berlalu, Ray bilang dia tidak ada pelajaran karena gurunya sedang cuti hamil, dia bertanya tentang kenapa aku bisa di hukum, namun obrolan kami terasa canggung.

aku sudah menyelesaikan 62 puisi, Ray sudah mentranslate 57 puisi, dia benar-benar baik, aku suka sikapnya yang ini.

"loe udahan aja, gue bisa sendiri kok" ucap ku, aku kasihan.

"bantuin orang gak boleh nanggung-nanggung" sahutnya dengan tetap menulis. aku tersenyum.

***

Tangan ku pegal usai mengerjakan semua puisi, tapi pasti Ray tak ada bedanya dengan ku. Aku bingung harus bagaimana berterimakasih.

Aku membeli 2 kaleng soda, aku bermaksud akan memberikan salah satunya kepada Ray sebagai ucapan terimakasih. Aku mencarinya di kantin. Tapi aku tidak melihatnya, aku urungkan niat ku.

Tapi tidak sampai sana saja, aku melihat Ray! aku baru saja hendak memanggilnya. tapi aku kalah cepat dari Tania. dia melingkarkan tangannya ke leher Ray dari belakang. Aku kecewa, tapi aku tidak bisa berbuat apa.

rute ke kelas ku hanya bisa jika melewati mereka, tapi sebenarnya aku tidak mau melewati mereka. Tapi mau bagaimana lagi.

aku melewati mereka dengan harapan salah satu dari mereka tidak ada yang melihat ku. Mustahil

"hai Sky!" sapa Tio, aku menoleh dan tersenyum "loe minum dua soda?" tanya Tio

Tania tertawa "setres gak gitu-gitu amat kalik" ujarnya

aku menghela nafas, kemudian pergi tanpa peduli apapun. iya Tania, loe menang hari ini.

"apaan sih loe Tan" ucap Ray seakan membela ku. aku senang.
.
.
.
.
terimakasih sudah membaca, jangan lupa like+coment. oh iya bagi kalian yang mau ngobrol-ngobrol sama aku lebih lanjut bisa chat aku di line➡️ dpwpu, aku ramah kok orangnya hehe💕

Just With You(COMPLETE)Where stories live. Discover now